Wati sangat terkejut mendengar permintaan Adipati dengan tiba-tiba. Dia kebingungan bagaimana membawa Ayu yang dia sendiri tidak tahu bersembunyi di mana.
“Adipati, hamba membutuhkan waktu. Malam ini, hamba rasa tidak mungkin bisa membawa Selir Ayu menuju ke sana.”
“Jika kau tidak bisa membawanya ke sini, aku akan memenggalmu, Wati. Keluar!”
Adipati membuat Wati keluar dengan ketakutan. Dia menutup pintu kamar Adipati dengan resah.
“Bagaimana aku bisa mendapatkan Ayu?” batinnya mencari cara.
Saat itu sebelum Wati membawa beberapa selir menuju aula pertunjukan, dia dihadang oleh beberapa selir level bawah yang mendukung Ayu. Wati sangat terkejut dan marah. Namun, salah satu wanita perampok bisa masuk ke dalam aula selir atas bantuan selir level bawah. Dia berdandan layaknya selir hingga bisa dengan mudah mengelabui pengawal yang berjaga.
Semua pintu masuk aula terkunci hingga Wati juga tidak bisa keluar. Se
Adipati segera menanggalkan baju Ayu. Namun, Ayu mendorongnya. “Kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku!” Ayu segera mengambil kebayanya dan akan memakainya. Adipati semakin menarik Ayu. Dia menahan Ayu untuk memakai kebayanya.“Krek!”Kebaya Ayu sobek dari tangan Adipati yang menariknya. Ayu akhirnya diam tidak bergerak. Dia hanya pasrah. Bagaimanapun juga, tubuh Adipati sangat kekar dan lebih kuat darinya.“Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa melawannya. Dia sangat kuat,” batin Ayu sudah dalam kekuasaan Adipati. Bibirnya dengan rakus sudah menikmati setiap inci kulitnya. Adipati mengangkat tubuh Ayu dan membawanya.“Buk!”Tubuh Ayu sudah terlentang di atas ranjang megah berbahan emas dengan kain sutra lembut sebagai alas. Adipati sudah menjelajahi semua hingga rintihan bercampur keringat miliknya semakin menjadi. Ayu berusaha menahan hasratnya yang tidak jelas kemana. Namun, dia membayangka
Jenderal tidak menyangka jika Adipati akan mengancam untuk memenggalnya. Kata pertama kali semasa dia bersama Adipati yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali.“Adipati, hamba selalu mendukung anda. Apakah kepala hamba juga akan terpenggal?” tanyanya dengan pelan namun menyimpan kebencian. Bagaimanapun juga, dia tidak mau jika Adipati memperlakukannya seperti itu, apa lagi demi seorang wanita.“Aku akan memenggal siapapun juga jika memang aku harus melakukannya, Jenderal. Termasuk dirimu,” kata Adipati dengan jelas membuat Jenderal semakin menahan emosi hati kekecewaannya. Dia sedikit melirik Ayu yang membalas tatapannya.Jenderal menganggukkan kepalanya, pergi dari kamar Adipati. Dia menutupnya dengan tatapan dingin. Wajah kekecewaan masih saja tersirat dengan jelas. Jenderal berjalan meninggalkan kamar Adipati dan masuk ke dalam kamarnya.“Brak!”Semua barang di meja yang biasa dia gunakan untuk menulis, bers
Ayu berada di antara kedua penguasa yang akhirnya saling membenci. Selama ini kedua penguasa itu tidak pernah memperlihatkan kebencian antara keduanya.“Apakah sekarang kalian akan bermusuhan?” kata Ayu sambil menggelengkan kepalanya kepada Jenderal agar bisa mengalah kepada Adipati. Bagaimanapun juga, Adipati adalah penguasa istana dan dia bisa melakukan apapun juga.Jenderal bergeser dari posisinya. Adipati memalingkan wajahnya. Dia menuang minuman dan meneguknya hingga tidak bersisa.“Wati, katakan kepadaku! Apakah benar kau yang memanggil Ayu? Lalu, dari mana kau memanggilnya, sedangkan dia tidak berada di dalam istana,” tanya Adipati semakin membuat Wati kebingungan dan menatap Selir yang juga masih menundukkan kepalanya.“Wati, apa aku harus menanyakan untuk yang kedua kalinya?” tanya Adipati kembali berjalan mendekati Wati yang semakin bergetar.“Hamba meminta bantuan Selir, Adipati. Dia yang membawa
Jenderal menikmati liang Selir dengan hasratnya yang tidak tertahankan lagi. Kini, melakukan itu seperti candu baginya. Jenderal yang awal tidak pernah mau melakukan kontak fisik dengan wanita, kini meluapkan hasratnya adalah kebutuhan pokok baginya.“Kau hanya memanfaatkanku, Jenderal,” kata Selir segera membenarkan jaritnya setelah Jenderal sudah selesai dengan keinginannya. Jenderal menuang minuman berwarna merah memabukkan dan meneguknya dengan habis.“Kau mengatakan ingin menuntaskan apa keinginanmu. Sekarang aku sudah memenuhinya sebagai balas budiku padamu, saat menyelamatkanku di hadapan Adipati.”Selir mendekati Jenderal dan memeluknya dari belakang. “Aku akan melayanimu, asalkan dirimu. Apakah nanti malam kau mau melakukannya lagi?” rayu selir dengan sangat menggoda. Dada kekar Jenderal dia perlahan belai hingga nafas serak bercampur suara kenikmatan keluar dari mulut Jenderal.“Aku akan memanggilmu nant
Adipati sangat terkejut melihat pakaian dalam yang tertinggal di dalam kamar Jenderal. Dia mengambil pedang pengawal yang masih melekat di pinggang. Pedang itu ditariknya hingga terlepas dari tempatnya.Adipati mengambil pakaian dalam berwarna merah yang sangat dia hafal, mirip dengan milik Ayu. Dia mengambilnya dengan ujung pedang dan mengangkatnya.“Panggil, Jenderal!”“Baik!”Pengawal langsung berlari mencari Jenderal yang masih berada di luar istana untuk menelusuri identitas penyusup yang menyerang istana tanpa sepengetahuan Adipati. Pengawal mencari Jenderal yang masih belum juga ditemukan. Hingga Patih keluar dari pintu penghubung hutan kawasan perampok dan kebun istana yang membuat Pengawal menghadangnya dengan pedang. Patih merasa tidak tenang dengan keadaan Ayu di dalam istana. Dia dengan nekad masuk dan mengabaikan perintah Ayu yang mengharuskan dia keluar saatnya tiba."Aku harus segera memeriksa Ayu," batin Pati
Intan masih saja menatap tajam Ibu Suri yang ternyata diam-diam menyimpan sebuah rahasia darinya. Dia teringat anak ayahnya sewaktu menjabat Adipati. Saat itu ada seorang anak yang masih hidup dari selir kesayangan, tiba-tiba hilang dan pergi entah kemana. Intan terus mengamati semua ruangan kamar Ibunya.“Apakah anak itu dibuang oleh ibuku? Aku sekarang baru menyadari jika memang Ibu bisa melakukan hal seperti itu,” batin Intan mendekati Ibu Suri yang masih serius melihat semua perhiasan yang dia bawa.“Ibu, aku mau kembali. Aku mau melanjutkan menyulam. Aku mau membuatkan sesuatu yang spesial untuk Ibu,” kata Intan tidak mendapat respon dari Ibu Suri yang memakai semua perhiasan di tangannya. Intan hanya tersenyum dan mengarahkan tangannya kepada pelayan untuk mengawalnya pergi.Intan berjalan keluar dari aula Ibu Suri dan menuju kamar Adipati. Tapi, dia tidak melihat Kakaknya ada di dalam kamar. Intan segera menuju halaman istana dan m
Jenderal dengan perlahan masuk ke dalam ruangan. Ayu menatapnya. Dia sangat takut dengan Jenderal yang akan memanfaatkan situasi ini kepadanya. Bagaimanapun juga, Ayu adalah wanita yang lemah. Tapi, dia menyembunyikan ketakutannya. Jenderal duduk dan melepaskan baju kebesarannya, hingga hanya memakai penutup tubuh yang tipis. Ayu mencengkeram jaritnya, dan berusaha terlihat tenang. Tubuh Jenderal yang sangat kekar dan besar, pasti tidak akan bisa Ayu kalahkan.“Aku harus berusaha tenang!”Jenderal membuka keranjang yang dia bawa berisi makanan dan minuman.“Kau harus memenuhi janjimu, Jenderal!” Sekali lagi Ayu berbicara dengan tegas. Jenderal masih saja diam menatapnya. Dia meletakkan makanan di hadapan Ayu masih dalam diam.“Kau membutuhkan tenaga,” jawabnya pelan dengan suara basnya yang serak.“Aku tidak perlu makanan. Aku hanya mau keluar dari sini, Jenderal,” kata Ayu masih diam tidak bergerak s
Bibir Jenderal mulai menikmati bibir Ayu yang sudah membuatnya lupa akan janji pertaruhannya untuk tidak akan pernah menyentuh Ayu jika berubah menjadi sangat cantik. Ayu semakin dipeluknya erat, seolah lupa dengan apa yang menjadi harga dirinya sebagai laki-laki yang sangat sulit untuk dikalahkan, apa lagi dengan wanita selir. Jenderal mencengkeram leher Ayu. Ayu yang sangat kaku untuk menerima sentuhan Jenderal. Ayu masih saja menutup bibirnya dan menahan tubuhnya. Dia tidak mau melawan, tapi hanya diam seperti patung.“Hah!”Akhirnya Jenderal melepaskan Ayu dan mendorongnya hingga terjatuh di ranjang. “Buk!”“Kenapa kau menolakku?” tanya Jenderal, berdiri menatap Ayu yang melotot kearahnya.“Apakah kau mencintaiku seperti ini?” tanya Ayu kemudian berdiri, sedikit menjauh dari posisi Jenderal.“Jika kau mencintaiku, apakah kau akan berlaku seperti ini?” tanya Ayu mengernyit.&ldqu