Jatuh Cinta
"Sumpah aku akan bertemu dengan Pak Aam, kau bisa konfirmasi sendiri dengannya nanti," sahut Rio."Ya sudah kalau begitu, hati- hati di jalan," kata Dimas.Kekhawatiran Sifa tentang suaminya juga dirasakan oleh Dimas. Sebagai sahabat Dimas mengenal Rio mendalam, ia merasakan Rio memang sedang jatuh cinta. Sama seperti saat Rio tergila gila dengan Via.Kali ini Dimas tak bisa berbuat banyak, Rio selalu berada di kantor bersamanya, jarang sekali Rio keluar tanpanya. Itu yang membuat Dimas tak tahu siapa wanita yang mampu membuat Rio tergila-gila."Cantik sekali," gumam Rio melihat Gendhis dari jauh sedang mengobrol dengan Aam."Selamat pagi, maaf ya kalau telat dan menunggu lama," kata Rio."Oh tak masalah Mas Rio, mari duduk," ajak Aam.Rio menatap Gendhis sekilas lalu menunduk. Dia melihat wanit itu berdandan sangat cantik, natural. Rambut gelombang dengan warna pirang, bulu mata lentik. Dia hanya mengenakan setelan hitam, tampak elASYIFA FURQON POV 1 (KHUSUS SIFA)-DALAM NOVEL INI PENULIS MENGHADIRKAN CAMPURAN POV 1 DENGAN TOKOH SIFA❤️-Sebatas Kata Andai,Andai aku seperti mereka, tentu tak akan hati ini nelangsa,Dengan mudah bibir ini mengucap cinta layaknya pujangga pada setiap pria,Andai aku seperti mereka, mungkin kita akan bersama sejak lama,Tahukah engkau rasanya mencinta hanya di hati saja? sangat nestapa,Andai aku seperti mereka, tentu Tuhan akan murka padaku juga,Katanya mendekati zina berdosa, apakah menganggumimu sama?Tak perlu kau tahu siapa aku, hanya melihatmu dari jendela kelas saja aku bahagia,Tak perlu kau membalas cintaku, hanya mendengar suaramu saja hatiku gembira,Tak perlu kau menghampiriku, cukup kau diam, kau menerima, dan merasakan semuanya,Biarlah aku yang melayani, mencintai, tersakiti, apapun itu asal bisa bersama selamanya.Sifa, Ponorogo, 2-Juni-2003Asyifa Furqon nama yang di berikan Abah. Aku tersenyum m
MENGAPA AKU TAK BISA MENGERTIMU, MAS?"Eh, em saya adik kelasnya dulu Bu," jawabkuTak munafik hati ini berdetak keras rasa itu kembali lagi setelah aku berusaha sekuat tenaga untuk melupakannya. Lelaki yang sangat aku idamkan ternyata putra dari ibu Purwati. "Apakah ini tanda bahwa Gusti Allah sedang menunjukkan jalan untukku?" kataku dalam hati.Kami mengobrol cukup lama mulai dari masalah usaha yang dirintis bu Purwati sampai dengan masalah Rio. Qodarullah, ternyata kedua orangtua itu adalah mertuaku saat ini. Allah maha baik bukan? Dari pertemuan itu beberapa kali aku berkunjung ke rumah Ibu Purwati.Saat Bu Purwati menceritakan tentang Rio hatiku berdegup kencang. Bahagia rasanya mendengar nama yang telah lama aku lupakan. Hatiku tetap berdesir walau sepintas namanya saja yang terucap. Seperti kata pepatah "Dekati ibunya baru anaknya". Ibu Purwati tak mempermasalahkan penampilanku yang bercadar. Beliau menghargaiku, bahkan sering menelponku.
AURA CINTA? (POV SIFA)"Begini Nduk, rencananya besok Ibu akan pulang ke rumah, kasihan jika Bapak ditinggal sendiri apalagi dekat-dekat ini akan ada banyak tanggapan reog. Bagaimana jika kita mengambil satu pembantu agar bisa meringankan pekerjaanmu selama Ibu tak di sini lagi?" tanya Purwati."Tidak Bu, Sifa sudah merasa lebih baik. Lagi pula Farhat juga sudah besar, bisa ditinggal bermain sendiri sementara Sifa menjalankan kewajiban sebagai seorang istri sekaligus Ibu," jelasku."Tapi Nduk, Ibu tidak tenang jika nanti Rio bekerja di luar kota lalu kau sendiri di rumah! Paling tidak jika ada pembantu kan enak, kau ada teman," kata Purwati.Selama disini Ibu mertuaku sangat membantu meringankan tugasku sebagai ibu baru. Dia tak segan menyuci baju Farhat yang kotor atau membersihkan rumah. Dia mertua terbaik sampai saat ini. Abah dan Umi perlahan mulai menyayangi Mas Rio sebagai menantunya. Beberapa kali Mas Rio mengantar Abah untuk mengisi beberapa kajian
KEDATANGAN TAMU TAMPAN"Itu ada di meja! Jangan kau kasihkan HP barunya, kasih saja yang lama. Nanti HP barunya biar Mas titipkan ke Mas Andri, biar nanti diberikan sama Mas Andri ke Arif," jelas Hasan."Jangan, Mas! Mending nanti kita undang saja Mas Arif ke sini. Kita tanya baik- baik apa maksud semua ini, jadi semua clear tak tanggung seperti ini! Kita dengar dari dua sisi tak hanya satu sisi saja. Tak adil rasanya kalau Mas melakukan itu pada Ifa," usul Dinda."Baiklah, nanti Mas pikir-pikir lagi!" Hasan segera menghabiskan makannya lalu bersiap pergi.Saat Hasan pergi ke kantor, Ifah keluar dari kamarnya."Mas Hasan masih marah ya Mbak?" tanya Ifah."Wajar lah Fah, kalau masih jengkel sedikit! Namanya juga Mas Hasan, kayak kau tak kenal saja. Ayo segera mandi, kita ke rumah sakit! Kasihan Mas Zain tak ada yang menggantikan. Pasti dia menunggu kita," ajak Dinda."Kau harus berbaik-baik dulu Fah akhir-akhir ini, jaga sikapmu juga agar kakak-kakakmu percaya lagi padamu," nasehat Din
Minyak Wangi sampai kwitansi (POV SIFA)“Sepertinya Mas Rio puber kedua Mbak, Hahahaha!" tawa Maya membahana memenuhi ruang tamu Sifa."Tumben amat suamimu Pak Ustad kw lima dandan rapi, sampek kaget aku. Kesambet apa? Jin dan Jun? Kek masa puber, masak iya dia baru puber ya mbak! Telat amat pubernya!” cerocos Maya. Aku hanya tertawa mendengar celotennya. Ternyata bukan aku saja yang menyadari perubahan. Jika seseorang yang pendiam berubah efeknya akan sangat besar.“Siapa yang mau sama Mas Rio selain aku May? Tau sendiri Mas Rio itu pendiam. Seneng diem, susah diem! Punya duit diem, gak punya duit diem, siapa yang betah? Tak jamin ndak ada yang kuat menghadapinya kurang dari satu kali dua puluh empat jam selain aku” selorohku. Maya mengangguk menyetujui pernyataanku. Diakui atau tidak semenjak SMA sampai menikah tak ada wanita dalam hidup Mas Rio selain aku istrinya. Itu bukan menurutku saja loh banyak yang berkata demikian.“Sampai tuh Ustad KW nyaki
CINTA ITU IBARAT MELODI DALAM MUSIK-BACK TO AUTHOR-Cinta itu ibarat melodi dalam musik, jika melodi susunan nada yang di atur tinggi rendah, pola menjadi lagu. Sama seperti cinta yang terdiri dari berbagai elemen perasaan antara benci, rindu, ingin memiliki bahkan menghasilkan dendam untuk melukai. Semua melebur menghasilkan emosi yang tak terkendali. Seseorang bisa menjadi bodoh karena cinta, namun cinta pula mampu menyelamatkan jiwa yang hampa.“Gendhis..” Rio bergumam lirih saat tidur.Sifa terkejut mendengar suaminya mengigau nama wanita lain saat tidur. Kebetulan dia sedang terjaga menyusui Farhat putranya.Pagi harinya saat sarapan Sifa langsung menanyakan hal itu pada suaminya Rio.“Mas, boleh Sifa bertanya?” ucap Sifa.Rio hanya mengangguk, sambil melanjutkan sarapan.“Siapa Gendhis?” lanjut Sifa. Rio tampak diam, berfikir tak mungkin Sifa mengetahuinya. Dia segera mencari alasan."Gendhis?" gumam Rio.“Gendhis? Siapa sih D
BEDA AGAMA ATAU JADI NOMER DUA?-BACK SETTING WAKTU SAAT DI HOTEL JOGJA PART 11-“Ya, Aku mencintaimu dan tetap mencintaimu! Entah kau percaya atau tidak, ini pertama kalinya aku mengatakan cinta setelah waktu berlalu cukup lama,” ujar Rio."Benarkah? Sungguh? Yakin? Pasti? Sure?" cerca Gendhis sambil bergelendotan manja.Rio mengecup bibir Gendhis."Aku adalah lelaki yang membuktikan semua cinta dengan bukti nyata, bukan hanya berkata- kata!" Rio mengelus legan Gendhis sambil sesekali menciumi tangan itu."Berpakaianlah, aku tak tahan melihat kau seperti ini, jangan terus menggoda dan menguji keimananku," kata Rio.Gendhis tersenyum, membelai janggut itu."Mas foto Yuk, tapi dari belakang saja," ajak Gendhis."Untuk apa?" tanya Rio."Kenang- kenangan saja, mumpung pemandangan bagus di sini, ya, ya, ya!" rengeknya.Rio tersenyum dan mengangguk. Gendhis menaruh HP nya dari dalam kamar hotel mencari angel yang pas untuk foto mereka. Dia
CINTA SEMALAM."Dengarkan aku ya! Arti detak jantung ini adalah aku benar- benar jatuh cinta lagi, setelah rasa ini pernah mati dalam waktu yang lama! Aku menemukannya lagi pada dirimu bukan pada Istriku!” ucap Rio.Meskipun Gendhis tak begitu mengerti dengan apa yang Rio katakan, Gendhis tetap tersenyum saja. Kemudian dia melepaskan tangan Rio. Dia beranjak berdiri lalu pindah duduk di sampingnya sambil berkemas."Jangan pernah jatuh cinta padaku! Posisi mencintaiku akan menjadi rumit jika kamu yang melakukannya bukan? Sebelum rasa itu semakin besar, aku mohon hentikan Mas," kata Gendhis.Rio seperti ingin mengatakan sesuatu namun Gendhis segera meletakkan jari telunjuk di bibir lelaki itu, tanda tak ingin lagi dia membahas masalah ini."Mari kita berkemas dan sarapan," ajak Gendhis.Bukan tanpa sebab Gendhis ingin segera sarapan di resto hotel. Ini dilakukan karena malas berdebat dan mendengar semua ocehan tentang cinta dari mulut lelaki di hadapannya.