Home / Romansa / Selling My Husband / Diliputi Kecemburuan.

Share

Diliputi Kecemburuan.

Author: Zhang A Yu
last update Huling Na-update: 2025-05-27 16:28:11

Teriakan anak-anak dan tawa ceria bergema di taman bermain. Angin sore membelai lembut, dedaunan menari di udara. Di tengah pusaran kebahagiaan itu, tampak Adam dan Elena berdiri berdampingan di dekat wahana kuda-kudaan berputar, tersenyum hangat menyaksikan putra mereka—anak kandung Lily—tertawa riang sambil melambaikan tangan.

"Papa! Tante El! Lihat aku!" serunya riang.

Adam dan Elena serempak melambaikan tangan balik. “Iya, Nak! Hebat kamu!” sorak Elena sambil tertawa kecil.

Sayangnya tawa itu tak bertahan lama.

Lily, dengan langkah tergesa dan sorot mata menyala, menerobos keramaian taman. Nafasnya memburu, wajahnya merah padam karena amarah dan cemburu yang meluap. Matanya langsung menangkap sosok Adam dan Elena, lalu tanpa basa-basi, dia mencengkeram lengan Adam dan menariknya ke belakang pohon besar di sisi taman.

"Ikut aku!" desisnya geram.

Adam terpaksa mengikuti, terheran-heran tapi tetap diam, tak ingin membuat keributan di hadapan anak mereka.

Setibanya di belakang pohon,
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Selling My Husband   Suasana Rumah Menjadi Senyap.

    Lily terperanjat mendengar pertanyaan itu.Napasnya tercekat, seolah udara di ruang tamu mendadak menghilang.“Aku nggak... aku nggak sengaja, Adam! Jangan seolah-olah aku penjahatnya di sini!” sergahnya, suara tinggi dan putus asa, "kalau bukan karena dia, semuanya nggak akan serumit ini!”Adam menatapnya tajam. “Kau melemparkan kesalahan ke orang lain lagi?”“Aku cuma ingin keluargaku utuh!” Lily berteriak. “Dia yang datang merusaknya! Dia yang bikin Vino lebih sayang ke dia daripada ke aku sendiri! Kau sendiri juga berubah sejak dia datang, Adam! Kau bukan suami yang dulu!”“Jadi sekarang salahku juga?” suara Adam tetap rendah, tapi dinginnya menampar lebih keras dari teriakan mana pun.Lily tertawa pendek, getir. “Iya! Karena kamu membiarkan dia masuk ke hatimu padahal awalnya kamu meyakinkan ku jika di antara kalian tidak akan ada cinta! Bahkan kamu membiarkan anak kita dipanggilnya sayang, digendong, dibuai, seolah dia—”“—seolah dia peduli,” potong Adam tajam, "karena dia meman

  • Selling My Husband   Hari ini Kamu Sudah Keterlaluan.

    Suasana rumah masih lengang saat Elena membuka pintu pelan sambil menggendong Vino yang tertidur di pelukannya. Wajahnya lelah, tapi ada kedamaian yang sulit dijelaskan.Hari ini, untuk pertama kalinya sejak sekian lama, dia merasakan kehangatan dari orangtuanya—meski bukan untuknya sepenuhnya.Namun, begitu langkahnya menginjak ruang tamu, suara dingin penuh tuduhan menyambut tanpa basa-basi.“Puas kamu! Sekarang kamu bukan cuma rebut suamiku tapi juga berani-beraninya rebut anakku!“ marah Lily meledak-ledak, suaranya menggema hampir memenuhi setiap sudut rumah.Elena berhenti seketika. Di ambang tangga, berdiri Lily dengan mata merah dan raut wajah seperti api yang baru disiram bensin. Napasnya memburu, tangannya mengepal di sisi tubuh.Dengan tetap menjaga nada bicara dan posisi tubuh, Elena hanya menghela napas.“Vino lelah. Aku akan bawa dia ke kamar dulu,” ujarnya pelan, mencoba menghindari konfrontasi di depan anak itu.Tapi Lily tak membiarkan langkahnya berlanjut.Dengan gera

  • Selling My Husband   Sedikit Menghangat Karena Seorang Bocah.

    Langit mendung ketika Lily menyalakan mesin mobilnya, matanya masih menyimpan jejak kelelahan dan amarah yang belum padam.Sepanjang perjalanan menuju sekolah Vino, pikirannya terus berputar. Wajah Adam yang kini selalu hangat pada Elena, senyuman bocah kecilnya yang tampak lebih lepas di sisi wanita lain, dan tatapan dingin mertuanya kemarin... semua itu menggerogoti harga dirinya.“Aku masih istrinya. Aku masih ibunya,” desisnya pelan, lebih seperti pembelaan untuk dirinya sendiri daripada sebuah pernyataan.Tapi setibanya di sekolah, semuanya justru terasa seperti tamparan telak berikutnya.“Maaf, Bu Lily,” ujar guru kelas dengan senyum sungkan, “Vino sudah dijemput tadi oleh Bu Elena. Kami kira memang sudah dijadwalkan begitu.”Sejenak, Lily hanya berdiri terpaku. Matanya membelalak, tak percaya.“Elena?” ulangnya, nadanya meninggi.“Atas izin siapa dia jemput anak saya!”Guru itu tersentak, buru-buru menjelaskan, “Kami… kami pikir sudah ada koordinasi. Bu Elena bilang dijemput at

  • Selling My Husband   Jangan Egois!

    Suasana tegang di balik pohon besar itu seketika berubah saat suara langkah kecil mendekat, disertai tawa ceria yang memecah ketegangan seperti sinar mentari menusuk kabut tebal."Papa! Tante El! Mama juga di sini!" seru Vino riang sambil berlari menghampiri mereka, tangan mungilnya menggandeng erat jari-jari Elena.Elena tersenyum lembut, meski matanya sekilas menyorot cemas pada wajah merah padam Lily dan sorot dingin Adam. Tapi di hadapan Vino, dia tetap tenang."Vino ingin kalian semua naik komidi putar bareng," ujarnya pelan, dengan nada suara tetap ceria.Adam segera menyambut putranya, berjongkok dan memeluk bocah itu erat sejenak. "Tentu, Nak. Tapi tanya Mama dulu ya," ucapnya lembut sambil menoleh ke arah Lily.Lily tersenyum kaku. “Mama... mungkin nanti saja ya, Sayang. Mama agak pusing.”“Eh? Ya udah nggak apa-apa!” sahut Vino cepat, polos seperti biasanya.“Kalau gitu Tante El aja temenin aku ya!” katanya sambil menarik tangan Elena lagi dan bersandar manja di lengannya.S

  • Selling My Husband   Diliputi Kecemburuan.

    Teriakan anak-anak dan tawa ceria bergema di taman bermain. Angin sore membelai lembut, dedaunan menari di udara. Di tengah pusaran kebahagiaan itu, tampak Adam dan Elena berdiri berdampingan di dekat wahana kuda-kudaan berputar, tersenyum hangat menyaksikan putra mereka—anak kandung Lily—tertawa riang sambil melambaikan tangan."Papa! Tante El! Lihat aku!" serunya riang.Adam dan Elena serempak melambaikan tangan balik. “Iya, Nak! Hebat kamu!” sorak Elena sambil tertawa kecil.Sayangnya tawa itu tak bertahan lama.Lily, dengan langkah tergesa dan sorot mata menyala, menerobos keramaian taman. Nafasnya memburu, wajahnya merah padam karena amarah dan cemburu yang meluap. Matanya langsung menangkap sosok Adam dan Elena, lalu tanpa basa-basi, dia mencengkeram lengan Adam dan menariknya ke belakang pohon besar di sisi taman."Ikut aku!" desisnya geram.Adam terpaksa mengikuti, terheran-heran tapi tetap diam, tak ingin membuat keributan di hadapan anak mereka.Setibanya di belakang pohon,

  • Selling My Husband   Marah Besar.

    "Maaf." Elena meraih tangan Adam untuk minta maaf. "Gara-gara aku kalian jadi ribut."Adam menggeleng cepat dengan senyuman getirnya. "Ribut bukan hal baru di antara kami."Elena melipat bibir ke dalam, tidak tahu apa lagi yang harus dikatakan, tidak tahu pula harus berbuat apa untuk meleraikan keributan suami dan istri pertamanya itu."Maaf." Kemudian Adam turut minta maaf.Membuat Elena mengernyitkan alis, tetapi segera tersenyum lembut. "Kamu tidak punya satupun kesalahan."Bola mata Adam berkaca-kaca, sesuatu seolah memenuhi dadanya hingga deru napasnya terdengar lebih jelas, dia merasa ingin menangis tapi wajahnya tampak berseri-seri sampai kemudian dia mendadak merengkuh pinggul Elena untuk mendekapnya erat.Elena terhenyak, punggungnya menegang sejenak.Seolah tak sabar Adam berkata, "Baru kali ini ada orang yang tidak menyalahkanku, El."Elena terpaku.Adam melanjutkan dengan dada semakin sesak hingga tak terasa matanya memanas. "Selama ini orang-orang selalu menyalahkanku, me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status