Beranda / Romansa / Selling My Husband / Terlalu Serakah.

Share

Terlalu Serakah.

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 10:26:40

Elena terdiam beberapa saat setelah Adam mengucapkan kata-kata itu.

"El, dibandingkan denganku, kamu lebih cocok bersama pria itu."

Ia tidak langsung menjawab. Hanya menatap Adam dengan sorot yang sulit ditebak—antara tersentuh dan terluka.

Namun, dalam hatinya... ada sesuatu yang hangat. Cemburu. Akhirnya Adam merasakannya juga. Akhirnya, lelaki itu menyadari keberadaannya... dan takut kehilangannya.

Itu cukup. Untuk malam ini, itu cukup.

Mereka duduk kembali. Dua cangkir di atas meja, satu berisi teh hangat yang hampir habis, satu lagi kopi hitam yang mulai mendingin.

Tak ada perbincangan. Hanya diam. Tapi bukan diam yang hampa. Ada ribuan kata tak terucap yang beterbangan di udara, membentuk ruang hening yang... anehnya nyaman.

Setelah beberapa saat, Elena melirik jam tangannya dan berdiri.

"Aku pulang dulu," katanya singkat.

Adam mengangguk, ikut berdiri.

"Aku juga harus kembali ke rumah sakit."

Mereka berjalan keluar bersamaan, lalu berpisah di trotoar, tanpa ucapan panjang, tanp
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Selling My Husband   Seperti Boom Waktu.

    Langit mulai meredup, senja menggantung di balik kaca jendela ruang rawat. Cahaya keemasan menerpa wajah kecil Vino yang tengah tertidur, pelan-pelan, napasnya tenang. Di sisi tempat tidur, Elena duduk sambil membacakan buku cerita dinosaurus yang tadi siang ia bawa.Sesekali ia berhenti, mengelus dahi Vino lembut.“Tidurlah, nak. Tante jaga kamu.”Adam berdiri di ambang pintu. Pandangannya jatuh ke wajah Vino, lalu ke Elena. Sekilas, dunia di ruangan itu terasa damai. Tapi tidak di dalam dirinya.“El,” panggilnya pelan.Elena menoleh. “Hmm?”“Aku keluar sebentar. Mau bicara sama Lily.”Elena mengangguk. Tak perlu banyak kata. Ia tahu, inilah saatnya.Di area parkir rumah sakit.Suara mesin kendaraan dan langkah-langkah tergesa terdengar di kejauhan. Di bawah pohon besar di sudut parkir, Adam duduk dengan pikiran kacau tapi kemantapan sepenuhnya menyelimuti dada. Tak lama, Lily datang. Tumit sepatunya beradu dengan lantai beton, kaku, tergesa, dingin.“Ada apa?” tanyanya tajam, "aku b

  • Selling My Husband   Memilih.

    Rumah Sakit – Pagi HariRuangan masih diselimuti cahaya temaram saat Adam membuka tirai jendela perlahan. Di atas ranjang, Vino mulai menggeliat. Napasnya lebih teratur. Warnanya tak sepucat semalam.Adam duduk di sisi tempat tidur, tangan besarnya menggenggam tangan kecil Vino dengan erat.Lily belum datang, dia sebelumnya mengirim pesan.“Aku harus ke kantor pagi ini. Ada hal yang harus diselesaikan. Aku ke rumah sakit siang nanti.”Adam hanya membaca, lalu mengunci layar ponselnya. Tidak ada balasan. Tidak perlu. Hatinya sudah cukup penuh oleh banyak hal yang lebih penting dari penjelasan seadanya.Ia mengusap rambut Vino, pelan, dan menunduk dekat ke telinga anak itu.“Papa di sini, Vin. Kamu nggak sendiri.”Dan seolah mendengar, mata Vino perlahan terbuka. Masih lemah, tapi ia tersenyum tipis.“Papa,” gumamnya.Adam menahan napas sejenak sebelum menjawab, “Iya, sayang. Papa di sini.”Beberapa saat berselang.Langkah ringan terdengar di lorong. Aroma makanan hangat bercampur wangi

  • Selling My Husband   Terlalu Serakah.

    Elena terdiam beberapa saat setelah Adam mengucapkan kata-kata itu."El, dibandingkan denganku, kamu lebih cocok bersama pria itu."Ia tidak langsung menjawab. Hanya menatap Adam dengan sorot yang sulit ditebak—antara tersentuh dan terluka.Namun, dalam hatinya... ada sesuatu yang hangat. Cemburu. Akhirnya Adam merasakannya juga. Akhirnya, lelaki itu menyadari keberadaannya... dan takut kehilangannya.Itu cukup. Untuk malam ini, itu cukup.Mereka duduk kembali. Dua cangkir di atas meja, satu berisi teh hangat yang hampir habis, satu lagi kopi hitam yang mulai mendingin.Tak ada perbincangan. Hanya diam. Tapi bukan diam yang hampa. Ada ribuan kata tak terucap yang beterbangan di udara, membentuk ruang hening yang... anehnya nyaman.Setelah beberapa saat, Elena melirik jam tangannya dan berdiri."Aku pulang dulu," katanya singkat.Adam mengangguk, ikut berdiri."Aku juga harus kembali ke rumah sakit."Mereka berjalan keluar bersamaan, lalu berpisah di trotoar, tanpa ucapan panjang, tanp

  • Selling My Husband   Merasa Insecure.

    Pria itu tertawa kecil, nada suaranya ringan dan hangat. “Ya ampun, ini benar-benar kamu. Masih sama seperti dulu. Masih suka duduk sendirian dengan kopi dingin dan wajah sedih.”Elena ikut tertawa, meski samar. “Dan kamu masih suka muncul tiba-tiba.”Drive menarik kursi di seberangnya tanpa sungkan. “Boleh aku duduk?”Elena mengangguk.Mereka terdiam sejenak sebelum Drive membuka percakapan lagi. “Aku pemilik tempat ini, lho.”Elena mengangkat alis, terkejut. “Serius?”“Serius. Setelah resign dari kantor lama, aku buka bisnis F&B. Nggak gampang, tapi... aku suka dunia ini. Tempat yang tenang, orang datang, ngobrol, lalu pergi—membawa sedikit kelegaan, aku harap.”Elena mengangguk pelan. “Kamu berhasil ya.”Drive mengangkat bahu. “Masih jalan. Tapi... senang bisa ketemu kamu lagi. Dunia jadi terasa sempit.”Ia berhenti sebentar, lalu menatap Elena lebih dalam. “Kamu kelihatan capek.”Elena tertawa hambar. “Lagi drama rumah tangga orang.”“Orang?”“Ya... aku bukan bagian dari rumah itu

  • Selling My Husband   Elena yang Disalahkan.

    Malam semakin larut saat Lily membuka pintu rumah dengan langkah lelah. Tumit sepatunya terdengar menggema di ruang tamu yang sepi. Ia meletakkan tas di meja, melonggarkan ikatan rambutnya, dan melangkah menuju kamar Vino.Begitu pintu kamar terbuka, napas Lily tercekat.“Vino?”Bocah itu terbaring tak bergerak, wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya. Napasnya pendek-pendek, dan matanya nyaris tak terbuka.Lily buru-buru menghampiri, meletakkan tangan di dahi putranya. Panas Sekali! "Ya Tuhan! "D engan panik, dia mengangkat Vino ke pelukannya. Lantas, memanggil, "Adam! Adam!"Hening. Tangannya bergetar saat menelpon Adam. Tak lama, pintu depan terbuka, dan Adam masuk bersama Elena—keduanya baru pulang dari toko obat setelah membeli vitamin untuk Vino.“ADAM!! Vino panas tinggi!” teriak Lily dari dalam kamar.Mata Adam membelalak. Tanpa tanya, ia segera menghampiri dan mengambil Vino dari pelukan Lily. “Cepat ke mobil!”Waktu bergulir. Setibanya di rumah sakit, vino lan

  • Selling My Husband   Harus Mengambil Kesepakatan Baru.

    Air kolam berkilau diterpa cahaya mentari yang terasa hangat, menciptakan riak-riak halus seiring angin menuju sore menyapu permukaannya.Adam duduk di pinggir kolam dengan kaki menjuntai, tangannya menggenggam sebuah gelas berisi air putih yang sudah tidak dingin lagi. Diletakkannya gelas itu perlahan di sebelahnya, tak tersentuh.Telinganya masih berdengung oleh suara ayahnya.“Di antara Elena dan Lily, kamu harus memilih salah satunya!”Satu kalimat, namun mengguncang seperti palu godam yang menghantam nalar dan nuraninya sekaligus.Adam menghela napas panjang. Digosoknya wajah dengan kedua tangan, berharap bisa menghapus kerumitan yang bertumpuk di dalam pikirannya. Tapi nyatanya, rasa bingung itu hanya makin menyesakkan.l.ElenaWanita yang dulu tak pernah sekalipun dia lirik, karena perbedaan dunia mereka bak langit dan bumi, tiba-tiba saja muncul, memasuki kehidupan Adam dan Lily yang serba kekurangan, hingga makan sehari dua kali saja bisa dibilang paling mewah.Wanita itu buk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status