Share

3

last update Last Updated: 2021-08-09 08:44:28

Pucuk dicinta ulangpun tiba Gita segera menyusul ke arah tempat gue. Dengan gaya khas dia yang pendiam, nundukin kepala sambil tersenyum dengan 5 jari.

"Lu serius dari tadi enggak nemu tuh buku? Perasaan materi itu mudah kok, di setiap pengantar filsafat pasti ada selipan tentang filsafat."

"Ya Allah Gitaku sayang gue tahu ini mudah bagi lu yang pinternya ngalahin kucing tetangga yang beranak tapi masalahnya lu tahu 'kan ini akhir semester dan pasti banyak mahasiswa yang berburu buku. Nah kebetulan 'kan materi gue di pinjam sama beribu mahaiswa yang ada di sini."

Gue bener-bener pasrahlah seandainya itu buku enggak ketemu dengan terpaksa gue copas aja, masalah nilai mah gampang tinggal bisikan aja tuh pak botak pakai sogokan adalan gue. Sogokan itu adalah gue ngadu aja sama bokapnya pak botak.

Pak botak sama gue itu tetanggaan dari kecil, nah nyokapnya sayang banget sama gue tapi nyokapnya enggak sama seperti di film kok yang bakal jodohin anaknya sama orang yang udah kenal.

Bagi nyokapnya pak botak, gue terlalu berlian untuk jadi istrinya dan pak botak juga udah punya pacar guys. Tapi sayang sang pacar enggak pernah di kenalin sama nyokapnya pak botak yaitu tante Rika. Pak botak itu tipe-tipe playboy yang katanya dia bakal putusin kalau pacarnya lagi bucin sebucinnya sama dia. Gila ga tuh pengin gue musnahin manusia kek dia.

"Bener lu nih In, gue dari tadi juga enggak ketemu sampai mata gue perih, udah deh lu cari aja di jurnal pasti nemu atau kalau ga lu cari buku digital di aplikasi Ipusnas disana buku umum kan lumayan banyak. Daripada lu copas tapi nilai lu yang ga amankan." Saran Gita

***

Namun sayang keberuntungan saat ini enggak berpihak di gue, selama hampir tiga jam gue dan Gita ngubek buku itu tapi tetep aja enggak nemu sama sekali guys. Karena gue sudah hampir menyerah salah satu cara ya gue harus nanya sama pihak tandon (salinan terakhir atau salinan pertama atau buku terbaru dari buku yang ada dimiliki oleh perpustakaan)

"Git mending temenin gue ke tandon aja, kali aja di tandon ada." ajaku ke perpustakaan bagian tandon.

"Oke gue setuju, kenapa enggak dari tadi ngajak kesana ogep. Buang buang waktu 'kan tapi enggak apa lah demi sahabat gue ini."

See Gita tetep lah Gita sahabat gue yang paling mengerti keadaan dimanapun dan kapanpun.

"Permisi Bu. Maaf mau tanya buku filsafat kok enggak ada ya? Tadi saya nyari enggak ketemu sampai sekarang bu." tanyaku dengan hati hati.

"Ouh iya udah abis Dek, soalnya kemarin anak semester satu pada kesini pinjam buku filsafat dapat tugas dari pak Andra, beliau juga pinjam buku tandon kok Dek. Adek cari aja di jurnal, atau kalau mau cari aja di perpustakaan kampus sebelah."

"Hah semuanya di pinjam bu? Pantesan saya cari kok enggak ketemu bu, ya sudah bu terima kasih banyak bu."

***

Kurang ajar tuh botak niat bener ngerjain gue, pasti dia sengajakan kasihan hukuman kayak gitu. Mama... anakmu di aniaya tetangga kita yang kejam dan tak berperi ketetanggaaan Ma...

"Ehm..gue mau nyogok aja deh Git, gue minta aja tuh si pak botak buat pinjemenin bukunya ke gue kalau sampai ga dipinjemin gue bakal ngadu sama nyokapnya. Ide gue brillian kan Git?" Emang terkadang otak gue cemerlang, Terimakasih buat otak gue yang ngasih ide yang bener-bener berguna ini.

"Iya itu sih terserah lu aj In...tapi apa lu yakin pak Andra mau bukunya di pinjem?" jawab Gita sambil mencari upil.

"Kalau dia enggak mau minjemin nih Git, gue kasih tahu aja tentang kejahatan anaknya di kampus dalam menindas gue, pinterkan gue Git?"

"Owh... Jadi gitu akal busuk kamu, saya bakal bilang kalau tetangga kesayangannya ini ternyata manfaatin kesampatan dalam kesempitan."

Perasaan perpustakaan ini enggak horor deh kok gue merasa kayak mencium bau bau di botak. Enggak mungkin dong di botak ke sini dan ngobrol sama mahasiswanya.

"Eehh..a-anu Bapak kok bisa ada di sini sih? Mau cari buku ya Pak? Moon maap nih Pak bukannya perpustakaan khusus dosen ada di sebelah sana ya Pak?" ciutku sambil menunjukkan perpustakaan khusus dosen.

"Enggak usah pura pura mengalihkan pembicaraan ya. Jawab pertanyaan saya tadi Layinah, kamu mau ambil kesempatan dalam kesempitan ya? Ngaku atau saya bakal lapor ke orang tua kamu." ancam pak Andra dengan serius.

"Enggak kok Pak, saya enggak ada niat jelek sama Bapak."

"Ini orang nonggol darimana sih Git?" tanyaku lewat kedipan mata

"Entahlah tiba tiba aja nonggol gitu aja. Gue enggak tahu In." Gita mengangkat bahunya

Ini orang katanya bilang buat merahasiakan tentang tetangga kenapa tiba tiba tadi nyamperin gue. Dasar orang tua labil, gue yakin pasti pacarnya sebel punya pasangan yang aneh kayak gitu.

"Saran saya buat Anda cari aja deh itu buku di perpustakaan kampus sebelah. Kayaknya di perpustakaan sini bukunya sudah habis di pinjam sama mahasiswa yang lain. Inget saya enggak bakal pinjami Anda buku saya. Dan jangan pernah copas"

"B-baik pak, terimakasih atas sarannya dan iya bener buku di sini sudah habis di pinjam termasuk Bapak juga ikutan minjam."

***

Dengan berat hati akhirnya gue ngajak Gita buat ke kampus sebelah. Lumayanlah di sini selain bukunya yang lengkap dan rapi, gue bisa sekalian cuci mata.

Mahasiswa di sini ganteng banget guys, lebih ganteng dari mahasiswa kampus gue. Selain itu mahasiswa kampus sebelah juga terkenal dengan otak yang pinter. Waw bangetkan yak

Sebelum masuk perpustakaan kampus sebelah kita di suruh nyerahin ktp yang gunanya buat pinjam kunci loker untuk naruh tas. Sayang di sini bukunya enggak boleh di pinjam, hanya boleh di photocopy atau kalau mau irit kayak gue paling cuman di foto doang.

"Gile bener ya In, buku di sini rapi banget di sampulin semua enggak kayak di sana yak. Mana acnya dingin banget beda banget sama yang di sana. Enggak bakalan nyesel dah gue nemenin lu seharian di sini."

"Inget Non, jaga mata kita sudah berjilbab loh, jangan sampai mata kita berkeliaran dimana mana alias zina mata."

Terkadang manusia emang seperti itu lupa kalau dirinya sudah berjilbab dan gue pun masih suka seperti itu akibatnya orang di luar sana menjadikan simbol seperti ini "Buat apa sih berjilbab tapi kalau tingkah laku kita masih di bawah itu."

Sebisa mungkin gue selalu introspeksi diri. Jangan sampai ada orang lain yang menilai orang yang berjilbab itu rendah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja Kian Memudar   21

    ***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b

  • Senja Kian Memudar   20

    *****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.

  • Senja Kian Memudar   19

    ****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas

  • Senja Kian Memudar   17

    Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status