Share

2

Penulis: Mawar_Biruku02
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-09 08:43:28

Hari ini seharusnya jadi hari libur buat bersantai di rumah karena kebetulan enggak ada mata kuliah. Namun dengan perasaan yang berat hati gue harus ke kampus buat cari buku. Kapan sih tuh manusia botak berhenti ganggu kehidupan gue enggak cukup apa sehari-hari dia ganggu kenyamanan dalam bertetangga.

Sambil menunggu ke kampus lebih baik sekarang gue olahraga kecil di depan teras rumah.

***

"Pagi Om, masih pagi ngelamun aja Om atau jangan-jangan nih lagi nunggu pacar yang ke seribu atau ke seratus atau ke sejuta. Buset banyak banget dah, Om pacarmu banyak banget yak Om." sapaku dengan senyum lima jari

"Heh... ngapain kamu anak kecil mengganggu pemandangan saya? Mau nambahin kotoran debu di rumah orang tua saya? Terserah saya dong mau ngelamunin pacar, orang tua atau bahkan selingkuhan hak saya. Sudah sana pergi dari sana hust..." ucap Andra sambil melambaikan tangan.

"Ini gue masih ada di halamanan rumah gue loh bapak Andra yang gue hormati kalau lagi di kampus doang. Emang ini jalanan punya nenek moyang lo apa?"

"Terserah kamulah, saya capek pagi gini yang harusnya saya nikmati dengan udara sejuk eh malah ada pemandangan yang jelek yang sayangnya harus saya liat tiap hari. Nasib... Nasib... Nasib, malangnya nasib saya ini." Andra mengelus dada

"Dasar udah tua aja masih aja ngomel biar tuh dia susah jodoh. Kalau sama gue tuh orang kok ga ada senyumannya sama sekali. Giliran sama yang lain aja beuh senyumnya di manisin." sungutku

"Eh... anak kecil tunggu bentar saya mau bicara sama kamu sebentar. Jangan kabur yak ini pembicaraan yang sangat penting terkait dengan nilai kamu."

Andra turun dari tangga dengan langkah tergesa-gesa. Sebelum dia membuka pintu rumah tak lupa dia menyemprotkan parfum. Karena Andra tahu kalau tetangga kecilnya ini paling ga suka dengan bau parfum.

Entah kenapa dia paling hobi dalam menganggu tetangga depan rumahnya itu. Jangan kalian pikir karena Andra suka sama tetangganya ya tapi emang sejak kecil Andra paling suka ganggu Layinah.

"Dengar ya In, kalau di kampus please jangan pernah sekali kali kamu manggil atau menyapa saya. Kalau di kampus pura pura sajalah enggak kenal sama saya. Karena saya enggak mau kalau ada yang tahu kita itu tetangga. Kalau sampai kamu melakukan hal itu maka tamatlah nilai kuliah kamu." peringati Andra dengan gaya sok coolnya.

"Baik Bapak, bisa di mengerti sekali, kalau gitu saya permisi dulu bapak, masih ada pekerjaan rumah yang menanti di sana."

"Ya udah sana gih pergi, saya juga malas lama lama ada di deket kamu, rasanya pengin ngatain terus. Bye anak kecil dan ingat pesan saya jangan cuman pesan mamah aja yang kamu inget."

"Hm... Andai di Indonesia enggak ada larangan bunuh perilaku orang yang menyebalkan, rasanya gue mau daftarin tuh manusia buat di bunuh dan di ganti dengan perilaku yang baik dan benar." gerutuku dalam hati.

Tetangga yang baik tuh menyapa kalau ada tetangganya yang lewat depan rumah, memberi makanan ke sesama tetangga, saling membantu tetangga kalau ada yang kesulitan. Kalau si botak ini enggak, hobinya ganggu kenyamanan dan kesejahteraan gue, gue lewat tuh doi ngasih daun kering dari lantai dua, gue menyapa dia malah di galakin bahkan kadang di sewotin.

***

Suasana perpustakaan sangat ramai sekali, dengan semangat 45 gue masuk dan cari buku yang di berikan sama si botak. Banyak sekali buku-buku ynag tertata rapi di setiap ujung rak buku. Namun tak satu pun bahan materi yang gue dapet. Entahlah itu buku lagi sembunyi kemana, kalau sampai ga nemu buku itu jalan satu-satunya ya copas di g****e.

Thank's God untuk mereka yang menulis makalah dan publish di g****e. Jadi buat mahasiswi pemalas kayak gue ga bakal kesusahan cari buku seperti lagi cari jodoh yang entah dimana sekarang kau berada. Oke back too topic, gue lupa kalau pak Andra itu punya indra penciuman yang sangat tajam.

Kalian pernah denger enggak sih kalau ada dosen di anugrahi penciuman yang tajam, bila para mahasiswanya mengerjakannya tinggal copas doang? Nah salah satunya si dosen botak itu, dia selalu tahu kalau para mahasiswanya ambil materi cuman copas.

Pernah salah satu dari temen gue yang waktu enggak dapet bukunya dan jalan terakhir dia copas, padahal isinya sudah di ubah, tetapi entah darimana tuh doi tahu kalau temen gue cuman bermodal makalah copas.

"Buku, kau ada dimana sih gue capek tahu, udah 1 jam gue cari lu tapi enggak dapet hasil apa-apa." Mata dan tanganku tidak berhenti mencari keberadaan buku itu.

Hp gue berdering tanda kalau ada panggilan masuk dan yang nelfon ternyata sahabat kapret gue.

"Woy..kutu kupret lu ngapain dah di perpustakaan lama banget, mau apelin penjaga perpus atau mau cari mangsa? Selama satu jam tadi belum nemu bukunya?"

"Hust... jangan keras-keras woy, suara lu sampai kedengeran temen sebelah gue yang lagi baca buku." Senyum lirih ke temen sebelah yang lagi fokus banget baca buku, kek merasa dapet uang segede truk.

"Perlu gue bantu enggak? Tadi hukuman lu tentang apaan sih?"

Gue buka kertas kecil yang sedari tadi ada dalam gengaman. Kurang baik apa coba kertas aja gue genggam apalagi doi yang selalu setia ada dalam ingatan. Oke back to topic guys.

"Judul gue ribet kalau lu mau bantu kesini aja, gue hampir pingsan cari tuh buku ga ketemu dari tadi. Eh tadi lu nanya tugas gue yak, materi gue tentang filsafat sedetail mungkin."

"Ah... Ogep itu mah banyak diperpus, lu pasti engak fokus carinya kan? Atau ini alasan doang supaya dapet ngecengin penjaga perpus yang kece badai." Teriak Gita dengan semangat 45

"Enggak usah banyak ngomel kalau mau bantu lu kesini aja bantuin gue cari tuh buku, udah satu jam nih gue lumutan disini."

Gita itu walaupun orangnya kalau ngomong suka pakai toa tapi dia sahabat gue yang paling the best. Iya'iyalah paling the best orang gue cuman punya temen satu doang di kelas. Bukannya gue sombong sih ga mau temenan sama yang lan tapi gue minder soalnya temen-temen gue penampilannya pada wow banget.

Apalah daya gue cuman pakai gamis berselimut khimar yang menjuntai. Alasan yang lainnya karena gue termasuk orang yang introvert guys, hanya nyaman pada orang tertentu, Gita juga gitu orangnya introvert, jadi bisa kalian bayanginkan orang introvert pasti bertemen dengan sesama introvert juga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senja Kian Memudar   21

    ***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b

  • Senja Kian Memudar   20

    *****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.

  • Senja Kian Memudar   19

    ****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka

  • Senja Kian Memudar   18

    Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas

  • Senja Kian Memudar   17

    Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status