Pov Dito
***
Semenjak kejadian itu setiap kali Gita dan Ina datang, gue langsung turun sekalian mau lihat calon ibu dari anak anak gue. Gue yakin rasa ini bukan sekdar rasa suka atau kagum tapi rasa ini lebih ke rasa cinta, sekarang gue lagi nunggu sidang tesis dan setelah itu gue akan bener bener melamar Ina. Karena dari informasi yang gue dapet Lutfi sahabat gue kakak dari Gita ternyata juga suka sama Ina tapi Lutfi memilih untuk menyimpan rasa itu sendiri.
Lutfi tahu kalau gue lagi deketin perempuan yang dia sukai, dia hanya tersenyum dan malah mendukung gue.
Hari ini gue lihat kalau Gita datang ke cafe sendirian tanpa ada Ina di sampingnya perasaan gue jadi sedih banget enggak ketemu calon bini. Tapi tak apalah gue juga mau bicara serius sama Gita ini mulai perasaan gue yang bener bener serius sama Ina. Gue sambut Gita dululah mau baikin dia biar dia mau bantu gue.
"Assalamualaikum, Dek Gita, kok lu sendirian sih, calon bini Abang kemana nih?" celinguk ke kanan da kiri kali ajakan dia menyusul.
"Wa'alaikumsalam Bang Dito. Perasaan kemarin juga Ina habis ke sini, kapok kali Bang, lu godain mulu sih. Dia, di rumah Bang tadi udah gue ajakin ke sini tapi lagi ngerjain tugas filsafatnya." jawab Gita.
"Ouh begitu, Git mau curhat nih sama lu, gue bener bener cinta sama Ina, serius ini habis sidang nanti gue mau langsung lamar Ina. Kira kira Ina terima gue apa enggak ya Git?"
"Eum gimana ya Bang, Ina hatinya susah buat di taklukin dan kalau boleh gue jujur nih Bang ternyata Ina ini mantannya Abang gue. Ina mantannya Bang Lutfi." jawab Gita dengan santainya.
"Hahaha bercanda lu enggak lucu Git, jangan ngadi adi dah lu Git." reflek gue sampai air yang belum gue minum mau langsung gue telen.
"Eh... ogep gue serius nih, Ina beneran mantannya Abang gue. Gue yakin lu pasti merasa 'kan kalau setiap kali Ina main ke rumah dan lu main juga ke rumah, pasti Bang Lutfi nyuruh lu langsung ngajak ke cafe lu sendiri Bang. Itu karena dia mau menjaga privasi hatinya biar enggak gagal move on dari Ina. Emang selama ini lu enggak curiga, Bang?"
Ouh jadi ini jawabannya kenapa setiap kali gue main terus ada Ina, Lutfi selalu minta ketemu di cafe gue. Kok bisa gue enggak nyadar sama sekali ya. Bentar deh kalau misalnya Dito mantannya Ina berarti selama ini yang dibicarakan itu dia.***
FlashbackGila bener judul tesis apaan nih malah yang di acc enggak susai harapan Ya Allah kenapa bukan no satu aja yang di acc sih.
Dosen itu emang bener bener tahu ya guys kita mengajukan lima judul tesis dan salah satunya ada yang sulit entah dapet angin darimana itu dosen malah acc judul gue yang gue anggap itu pilihan terakhir dan susah banget.
Sumpah gue frustasi kalau gini caranya mending gue minta tolong sama Lutfi ajalah kan dia paling jago kalau masalah ginian. Mudah mudahan aja Lutfi ada di rumah kalau sampai enggak ada gue cari tuh orang ke planet manapun.
Gue telfon dulu si Lutfinya lah daripada capek capek main ke rumah tuh orang malah ngilang.
"Assalamualaikum bro, lu dimana sekarang? Gue mau main ke rumah lu ya bantuin gue ngerjain tesis bro.""Waalaikumsalam Warrahmatullah Hiwabarakatuh, lu mau ke rumah? Sebaiknya jangan deh biar gue aja yang nyamperin lu ke cafe lu gimana? Lumayan lu irit ongkos kan?" tawaran Lutfi sangat mengiurkan sih.
"Emang di rumah lu ada apa sih bro lu lagi enggak nyimpen cewek di kamar lu 'kan? Hahaha." candaku karena gue tahu seorang Lutfi ini paham betul soal agama namun aneh dia dulu pernah pacaran mantannya juga ada tiga.
"Hm... karena ada sahabatnya adik gue bro, dia pasti sungkan kalau misal lu main ke rumah sahabatnya adik gue langsung kapok main ke rumah liat tingkah laku absourd lu bro. Hahaha udah deh bentar lagi gue otw." diputuskannya sambungan telfon itu.
***
Jarak antara rumah Lutfi dengan cafe Dito kurang lebih sepuluh menitan. Pucuk di cinta ulam pun tiba Dito langsung nyuruh Lutfi buat ke taman belakang karena tempat itu sangat privasi bagi Dito hanya dia, karyawan cafe dan orang orang terdekatnya lah yang boleh masuk ke ruangan itu.
Segala macam makanan telah siap sedia di meja, gue ini bukan orang yang pelit baik ke sahabat maunpun karyawan cafe sendiri.
"Assalamualaikum Warrahmatullah Hiwabarakatuh bro Dito. Gimana ada kesulitan apa bro?""Waalaikumsalam Warahmatullah Hiwabarakatuh bro Lutfi. Gue bingung bro dosbing (dosen pembimbing) malah kasih acc yang bikin gue pusing kepala." jelasku ke Lutfi.
"Tumben nih seorang Dito bisa pusing, biasanya juga main sikat semua bro."
"Masalahnya 'kan lu tahu sendiri Lut, gue bukan cuman mikir kuliah tapi juga mikir nasib karyawan gue. Bantuinlah Lut. gue beneran udah mentok nih."
***
Setelah perdebatan yang cukup panjang akhirnya gue paham sama penjelasan Lutfi. Thank's God gue punya sahabat yang bener bener pinter. Bukannya mau manfaatin kecerdasan Lutfi cuman mau minta tolong ke siaoa coba kalau bukan sama dia.
Lutfi ini tipe orang yang setia dulunya sampai akhirnya dia cari pacar buat pelampiasan doang. Jahat bener tuh si Lutfi tapi gue pun juga enggak mau munafik sih kalau gue sendiripun sering gonta ganti pacar.
Lutfi pernah cerita sama gue kalau dia punya mantan yang awalnya cuman dia buat mainan eh ternyata dia jatuh cinta beneran sama tuh cewek, kena karma dah lu.
"Bro, gimana ya caranya move on kayaknya gue beneran kena karma dah sama itu cewek." tanya Lutfi dengan serius.
"Hahaha kasihan kali sohib gue ini, niatnya mau jadiin perempuan itu mainan eh ternyata dianya yang kena permainannya sendiri. Hahaha." Gue bener bener enggak bisa nahan tawa ini sumpah lucu banget. Jangan sampai gue ikut ikutan kayak dia kena karma.
"Gue serius bro, kasih tipsnya dong?"
"Oke... oke tapi lu bertanya sama orang yang salah bro, lu tahu sendiri gue 'pun kayak lu 'kan, kita sama sama playboy bedanya lu sekarang yang kena karma. Emang siapa sih tuh cewek, anak mana dia?" Setahu gue mantan mantannya Lutfi anak kampus sendiri alias mahasiswa dia sendiri.
"Dia anak ibu bapaknya lah gimana sih lu. Ah... pokoknya gue enggak bakal kasih tahu ini cewek bisa lu embat nanti."
"Dasar ogep lu mah. Ya enggak bakal mungkin gue embat punya sahabat gue ini. Gue janji deh bakal bantuin lu balikan sama dia"
***
Flash OnKenyataan sekarang gue beneran nikung pasangan sahabat gue sendiri, posisi seperti ini serba salah sih. Lutfi tahu kalau gue suka sama mantannya tapi dia lebih memilih bungkam.
Gue kira Lutfi sama Ina cuman sekedar suka doang eh ternyata punya cerita lama yang belum kelar. Gue mundur nanti hati gue yang sakit tapi kalau gue maju Lutfi yang sakit hati, serba salah. Berikanlah hamba jawaban-Mu Ya Allah. Aamiin.
***** Diibalik pintu yang menjadi pembatas antara dapur dengan ruang santai diam-diam seseorang sedang menguping pembicaraan Lutfi dan kedua orang tua mereka, yakni Gita. Dia berlari menuju kamar segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di bawah bantalnya. Setelah menunggu selama beberapa detik panggilan telefon tersambung. "Assalamu'alaikum warahmatullah hiwabaraktuh Inn, lu hari ini di rumahkan?" "W*'alaikumsalam warahmatullah hiwabaraktuh iya ini gue di rumah, ada apa Git?" "Gapapa gue mau main aja di rumah lu, kalau gitu gue otw sekarang ya." "Oke." jawab Layinah di sebrang sana. Setelah panggilan telefon terputus Gita siap-siap menuju ke rumah sahabatnya. Gita b
*****Pov AndraGue memandangi perempuan berjilbab instan pink sedang melamun di teras depan rumahnya. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas melihatnya sedih seperti itu hati kecilku merasa tercabik-cabik. Gadis kecil yang menurutku pengganggu kini sudah beranjak dewasa.Kalian pasti pernah merasakan friendzone gue pun juga seperti itu, menjadi seorang playboy hanya ingin membuat perempuan itu cemburu. Sampai sekarang gue belum pernah melihat dia cemburu setiap gue jalan sama perempuan lain.Sebenarnya dia tahu nggak sih kalau sebenarnya gue tuh suka sama dia. Okelah dulu memang gue sempat mengelak tentang perasaan ini namun sekarang gue sadar tentang perasaan yang sekarang gue alami.Anggapan bahwa laki-laki itu enggak bisa peka itu salah nyatanya perempuan yang duduk di teras rumahnya sampai sekarang enggak bisa peka dengan perhatian yang selama ini gue tunjukkin ke dia.
****Setelah selesai mandi Bunda menghampiri Ayah, "Yah, kemarin siang ada laki-laki yang melamar putri kita. Menurut Ayah gimana?""Hah siapa laki-laki itu Bun? Putri kita masih kecil paling juga laki-laki itu ilmu agamanya masih cetek. Mengikuti zaman nikah muda tapi bekal agama belum ada.' tanya AyahZaman sekarang banyak sekali remaja mengikuti tren nikah muda tapi belum ada persiapan untuk menikah. Hanya bermodalkan cinta dan nekad, tanpa memikirkan kehidupan jangka panjang.Dari Alqomah, dia berkata, "Aku pernah berjalan bersama Abdullah di Mina, lalu Utsman RA menemuinya untuk berbincang dengannya. Utsman bertanya kepada Abdullah, 'Hai Abu Abdurrahman! Tidakkah kamu mau jika kami mengawinkanmu dengan seorang gadis yang dapat mengingatkanmu sebagian dari masa lalumu?"' Kata Alqamah, "Abdullah menjawab, 'Jika kamu katakan itu, maka sungguh Rasulullah SAW telah bersabda kepada kita, "Wahai
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya.Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kitaBunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?"Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok."Bunda akhirna masuk ke ka
Layinah membuka pintu kamarnya dengan pelan takut kalau Bunda tahu dia pulang dalam keadaan sedih. Sampai detik ini Layinah enggak percaya kalau yang di perjuangkan sama Lutfi bukanlah dirinya. Memang sih setiap kali dia main ke rumah sahabatnya bang Lutfi selalu menghindar Inna pikir karena Lutfi masih mencintainya. Boneka kesayangan yang kini jadi pelampiasan marahnya Inna, "Kenapa gue bodoh banget masih mengharapkan dia?" lebiih baik memang di lampiaskan sama benda mati daripada melampiaskan sama orang di sekitar kita Bunda mengintip keadaan putri kesayangannya lewat celah pintu melihat seperti itu jadi kasihan pasti ada masalah yang bikin putrinya sampai sesedih sekarang. Bunda mengetuk putri kamar Layinah, "Nak, apa Bunda boleh masuk?" Mendengar sang Bunda mengetuk pintu Layinah langsung mengusap air mata yang jatuh di pipinya, "Boleh Bun, masuk aja engga di kunci kok." Bunda akhirna mas
Pov Lutfi Flashback Sepeda motorku sudah sampai di halaman parkir cafenya Dito, eits jangan kalian mikir gue makai mobil ya bukannya sombong tapi mobil gue emang sengaja enggak gue pakai. Gue lebih nyaman pakai motor daripada pakai mobil kecuali ada keperluan beli barang yang mengharuskan gue bawa mobil. Kota Semarang udah penuh dengan begitu banyak penduduk, bayangkan jika satu orang punya satu mobil hal ini akan memberi dampak kemacetan yang parah. Gue saranin aja sih buat kalian yang sekarang punya mobil lebih baik pakai motor aja guys, jangan sampai memperburuk kemacetan dan tentunya menambah polusi udara. Hari ini gue memang mau ketemu Dito secara langsung enggak enak bicarakan ini semua lewat telefon. Sebelum ketemu Dito alangkah baiknya gue pesen minum dan makanan lumayan buat mengganjal makan siang ini. Sambil mengotak atik ponsel yang sedang ku genggam