Plak!!!
Pertanyaan kurang ajar Savian dapat hadiah tamparan dari Carla. Setelah menciumnya dengan rakus seperti tadi, Savian malah bertanya apa ingin di lanjutkan?
Carla beneran tidak habis pikir!
"Nih, lanjutin sama panci!" ujar Carla kesal, lantas ia mengambil panci yang menggantung di dekatnya, lalu menaruhnya di kepala Savian.
Carla hilang dari pandangan usai Savian melepaskan panci yang menutupi wajah tampannya iitu Bukannya mikir, Savian malah erkekeh melihat bagaimana menggemaskannya mimik wajah Carla ketika kesal. Padahal kalau Carla memberi izin, Savian bisa membuat gadis itu merasakan sensasi yang lebih nikmat dari sebelumnya.
Savian mengusap sisi bibirnya, jejak ciuman mereka masih membekas di sana. Bibir Savian menyeringai, menatap pintu kamar Carla dengan pandangan menilai.
Penolakan dari Carla semakin membuat Savian merasa tertantang. Lihat saja sampai kapan
"Pak Savian!" Langkah Savian yang sedang menuntun Carla ke parkiran kampus terhenti, secara kompak Savian dan Carla menoleh ke sumber suara. Mendapati Kristal yang menghampiri mereka seraya membawa lembaran kertas yang di gulung di genggamannya. Carla menelan ludah, tertampar dengan visual Kristal yang badas abis hari ini. Celana jeans ketat yang mencetak jelas kaki jenjangnya dipadukan dengan kemeja biru polos yang di masukan ke dalam celana, tak lupa dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Carla yang sesama jenis saja menelan ludah, apa lagi mahluk jantan yang melihatnya. "Kamu tunggu di mobil, ya." Savian kembali melanjutkan langkahnya sambil menuntun Carla. Tersisa lima langkah saja untuk sampai dimobil Jeep putih milik Savian yang terparkir di bawah rimbunnya pohon beringin. Tangan Savian membuka pintu mobil bagian penumpang, memerintah Carla untuk masuk dan duduk menunggu selagi ia berbicara em
Savian mengamati wajah Carla yang terlelap di sampingnya. Posisinya saat ini sedang duduk di tepi ranjang sembari mengusapi perut rata Carla yang terlelap di sebelah kanan. Tanpa sadar Savian tersenyum samar, Carla kalau pulas begini wajah menyebalkannya jadi hilang tergantikan raut teduh dan polos bagaikan bayi. Tangan Savian yang bergerak mengusap lembut perut rata Carla kini berhenti. Ia terdiam sejenak seakan sedang mempertimbangkan sesuatu. Meski agak ragu, tapi Savian menundukkan kepalanya slow motion mengarah pada perut Carla. Cup. Kecupan manis bibir Savian jatuh tepat di atas perut Carla. Lembut dan dalam. Savian resapi mulusnya kulit perut Carla yang bersentuhan dengan bibirnya itu, sebelum akhirnya Savian mengangkat kepalanya lalu menarik kaus oversize yang Carla kenakan untuk menutupi seluruh perutnya. Savian beneran hanya mengusapi perut rata Carla, tidak merambat kemana-mana meskipun menahan tangannya untuk tidak geraya
Flashback. Hari pengumuman hasil SNMPTN. Suara ketukan pintu membuat Carla terdiam sejenak, belum juga ia beranjak untuk membuka pintunya, pintu tersebut sudah lebih dulu terbuka. Wajah Gentara muncul dari sana, membuat senyum di wajah Carla memudar seketika. Jantung Carla mulai berdetak abnormal seiring dengan tungkai Gentara yang melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan senyum mengerikan. Pintu di tutup, Carla terduduk di atas ranjangnya dengan tangan gemetar. "Kakak dengar dari Mama, katanya hasil tes ujian kamu lolos, ya?" sambil berkata demikian Gentara melangkah mendekati ranjang Carla. Sementara Carla masih terpaku di tempat dengan wajah gelisahnya. "Kenapa diam? kakak nanya, Car." Gentara duduk di tepi ranjang, tangannya bergerak mengusap pipi tirus Carla. Wajah Carla melengos, menghindari sentuhan tangan dari kakak tirinya itu. Perlahan kepala Carla mengangguk, sebagai jawaban dari pertanyaan Gentara baru
"Apa gak sebaiknya kamu lapor ke orang tua kamu, Car?" Obrolan Savian dan Carla masih berlanjut. Mereka duduk bersebelahan di atas ranjang sembari menyenderkan punggung mereka. Di bahu lebar Savian tersandar kepala Carla yang terlihat nyaman. Kedua mata Carla terpejam, mengingat kembali hari dimana ia memilih memberitahukan Papa dan Mamanya tentang kelakuan bejat Gentara, kakaknya. Sekilas senyum pedih terlintas, Carla kembali merasakan bagaimana harapannya hancur saat itu. Dimana ia berharap mama dan mamanya memberinya perlindungan dari Gentara, tapi yang ia dapatkan adalah hal yang tidak pernah terbayangkan. Gentara playing victim dan membuat seolah semua Carla yang salah. Mulai hari itu Carla berhenti berharap kepada Mama dan Papa tirinya. Percuma.
“Katanya kamu kemarin di antar pulang sama pak Savian?”Obrolan santai makan siang di alihkan Alvero ke sesi interogasi. Gara-gara kemarin Alvero tidak ikut kelas Savian, cowok itu jadi ketinggalan berita. Beruntung kampusnya itu memiliki banyak lambe, jadi Alvero tidak perlu susah payah mencari kabar Carla yang katanya kemarin hampir pingsan. Dan yang membuat kabar tersebut semakin panas sebab nama Savian ikut terseret.“Dinne yang ngomong itu ke kamu?” Carla bertanya balik sebelum memasukan baksonya ke dalam mulut.Alvero menggeleng, “Aku tahu dari Jinan.” Jawab Alvero membuat kunyahan Carla terhenti.“Jinan anak teknik?” setahu Carla yang namanya Jinan di kampus ini memang cuma Jinan Angkasa dari Fakulitas sebelah. Tapi tidak ada salahnya bertanya untuk memastikan kembali, kan?Anggukan di kepala Alvero membuat Carla melongo tak percaya. Masa iya kabar tentang dirinya dan Savian sampai ke telinga a
"Ada apa, pak?" Carla segera bertanya ketika langkahnya sudah memasuki ruang kerja Savian. Savian menutup pintu ruangannya lebih dulu sebelum menarik Carla ke sofa dan duduk bersebelahan di sana. "Gakpapa, aku cuma mau bawa kamu pergi aja dari sana. Di sana banyak cowok, Car, aku takut kamu kenapa-kenapa." jawabnya seraya menyampirkan anak rambut Carla ke belakang telinga gadis itu. Carla tersenyum simpul, seakan menunjukan kalau ia baik-baik saja. "Tenang aja, pak. Di sana kan ada Alvero, dia pasti jagain aku. Lagian, mulai sekarang aku mau belajar hidup jadi cewek normal." kata Carla dengan wajah cerianya. Membuat Savian tertawa kecil. "Kamu memang cewek normal, Carla." ujar Savian lembut. Carla menggeleng, tidak setuju dengan ucapan Savian. "Masih setengah normal, pak." jawabnya kembali membuat Savian tertawa. Wajah Carla ketika menjawab semua ucapan Savian begitu polos dan lugu layaknya anak kecil. "Bedanya cewek normal sama kamu apa memangnya?" Savian merapatkan duduknya tan
"Sesuai permintaan bapak, aku udah putusin Artan." Savian yang semula duduk di kursinya spontan menegak, berjalan cepat ke arah Kristal lantas menangkup wajah gadis itu. "Dia gak ngapa-ngapain kamu, kan?" tatapan Savian tersirat kekhawatiran. Mengintai setiap jengkal kulit wajah Kristal, lalu menghembuskan napas panjang ketika mendapati luka robek di sudut bibir dan lebam di curuk leher yang sengaja Kristal tutupi menggunakan rambutnya yang terurai. Kristal menunduk dengan wajah memelas, ia mengangkat salah satu kakinya dan menunjukan luka kebiruan di pergelangan kaki mulusnya itu. "Dia ngamuk, aku mungkin udah mati di gemukin dia di halte depan kalau orang-orang gak nolongin aku." Kristal mengusap air matanya, ia tidak ingin terlihat lemah meski sekujur tubuhnya sudah penuh dengan bekas luka jejak tangan dari mantan pacarnya. Artan. Savian tidak mengatakan apapun, ia hanya membawa Kr
Carla menggeram, mengibaskan rambutnya kesal. Tak tahan dengan suhu ruangannya yang panas, Carla pun bangkit dari duduknya sambil membawa laptop di tangan. Sebelum keluar dari kamarnya, mata Carla memincing tajam ke arah AC kamarnya yang tiba-tiba saja tidak berfungsi. Gadis itu berjalan menuju sofa depan televisi, meletakkan laptopnya dengan hati-hati di atas meja lalu mendaratkan bokongnya di atas lantai, mengangguri sofa empuknya di belakang. Carla juga tidak menyalakan televisi, karena tujuannya ke ruang tengah agar ia nyaman mengerjakan tugas kuliah. Kalau televisi di biarkan menyala, mungkin konsetrasi gadis itu akan terbelah dua dan tugasnya tak kunjung rampung. Carla menghentikan aktifitasnya sejenak, melirik ke kamar Savian yang tertutup rapat, lampu di kamar itu padam, sepertinya sang pemilik kamar belum kunjung pulang. Gadis cantik itu menghela napas pelan, mendapati jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi tanda-tanda Savian akan pulang