Pertahanan Carla musnah.
Nyatanya, gadis polos itu kini sedang meringkuk nyaman di dalam dekapan hangat Savian. Tidur di satu ranjang yang sama seperti ini bukan yang pertama kalinya untuk mereka. Tapi entah kenapa malam ini suasananya sangat berbeda. Mungkin karena malam ini mereka tidur bersama bukan karena ketiduran.
"Pak..." Carla bersuara pelan.
"Hm?" Meski kedua matanya sudah terpejam, tapi Savian belum tertidur sepenuhnya.
"Bapak pernah melakukan seks?"
Bola mata Savian seketika terbuka, tatapannya langsung melotot ke arah Carla. Tidak menduga bahwa pertanyaan gadis itu menyerempet ke arah sana.
Savian menghela napas pelan, tatapannya yang semula ke arah Carla kini teralihkan ke langit-langit kamar, "Lebih tepatnya, aku pernah making love." jawab Savian tanpa sungkan.
Carla tidak ka
Tidak ingin merusak malam minggu pertamanya hanya karena perdebatan kecilnya dengan Savian. Carla paksakan untuk memasang senyum cerah malam ini, menyapa satu per satu teman Alvero yang beberapa tidak di kenalnya. Ternyata yang datang lebih banyak dari yang Carla kira. Malah wajahnya pun asing semua. Sepertinya anak-anak dari fakultas lain ikut gabung juga. "Carlaaaa," Itu Dinne. Satu-satunya cewek di kampus yang deket sama Carla. Melihat kehadiran Dinne, Carla jadi sedikit lega. Ah, omong-omong, Carla belum sempat mentraktir Dinne sebagai balas budi karena beberapa hari lalu cewek itu menolongnya. Dinne memeluk Carla sekilas, lalu melakukan tos ala anak tongkrongan dengan Alvero. "Tumben banget lo ikut ngumpul gini!" kata Dinne masih tidak percaya. Mereka sudah di semester 4, tapi baru kali ini Dinne mendapati Carla menghadiri acara kumpul-kumpul seperti malam ini. "He he he, aku mau cari pacar, Nne." bisik Carla malu-malu. Mata Dinne langsun
Chaka tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis yang duduk di kursi pojok. Cewek yang baru saja di tarik Alvero untuk pindah dari kursi di sebelahnya. Tatapan mata menilai Chaka di pergoki Alvero, membuat cowok itu menatap Chaka dengan sorot mata yang tajam. Chaka tersenyum, lalu mendengus. Kenapa Alvero tampak kesal? padahal dia cuma teman Carla saja. "Lho, lo kenapa duduk di sini, Ka? Carla mana?" Dinne datang sambil menggaruk pelipisnya. Tampak kebingungan karena kursi yang semula ia tempati malah di duduki Chaka. Dagu Chaka menunjuk ke arah Carla yang kini sedang ngobrol dengan Frisco, bibir cewek itu melengkungkan senyum lebar, sepertinya sedang membicarakan hal yang lucu sampai sih Ucok berhasil mengubah raut datar Carla jadi ceria. Ah, Chaka jadi makin sulit mengalihkan pandangannya dari Carla. Senyum gadis itu memanjakan matanya. "Kok pindah?" Dinne bertanya - tanya sambil mendudukkan diri di kursi kosong sebelah Chaka. Meraih gelas ic
Chaka suka suaranya. Penuturan kata yang tenang dan halus. Membuat Chaka yang biasanya kalau ngomong agak teriak jadi sedikit merendahkan oktaf suaranya ketika membalas ucapan Carla."Gue pernah ngeliat lo di lorong gedung FEB beberapa kali, di kantin juga sering. Dan udah pasti lo selalu sama Alvero." celetuk Chaka di akhiri kekehan ringan.Tidak ada kecanggungan, Chaka lebih banyak bicara agar keheningan tidak mengambil kesempatan untuk menyelimuti momen kebersamaan mereka. Apapun yang melintas di pikirannya akan keluar dari mulut Chaka.Alis Carla terangkat, menoleh ke Chaka yang sedang fokus pada roda kemudinya, "Kamu sering makan di kantin FEB?" Jeda. "Kenapa anak teknik suka banget ke kantin FEB, ya." lanjutnya bertanya-tanya."Sering kalau lagi pengen makan enak. Soalnya makanan di kantin lo lebih enak rasanya. Apa lagi baksonya, beeeh! gak ada lawan!" jawab Chaka tertambah begitu antusias jika membicarakan masalah makanan.Carla memainkan alisnya menggoda,
Pukul sembilan pagi Carla terbangun dari tidurnya. Sinar matahari yang menembus tirai jendela membuat kelopak mata Carla mengerut, tangan kanannya lantas terangkat menutupi bagian matanya guna menghalangi silau mentari yang menyengat.Mendengar suara grasak-grusuk dari luar kamar, Carla segera menyibak selimut dan beranjak berdiri. Bibir gadis manis itu praktis melengkungkan senyuman ketika mendapati Savian yang sudah bergelut dengan piring kotor."Wiiiiih, pak Savian!" ejek Carla sambil berjalan menghampiri pria yang memakai celemek merah muda di tubuhnya itu, "Ada apa nih pagi-pagi gini nyuci piring?" sambungnya sambil menatap Savian penuh selidik.Savian menoleh sekilas ke Carla, lalu tersenyum, "Udah bangun kamu, Car?" sapanya basa-basi. Kepala Savian menoleh ke belakang, ke arah meja pantry. Tersedia dua lapis sandwich dan cangkir kopi yang asapnya masih mengepul. Menandakan kopinya baru di buat beberapa menit lalu."Aku buatin sandwich t
Kabar gembira, AC di kamar Carla sudah kembali berfungsi dengan baik. Setelah di perbaiki kurang dari dua jam, akhirnya AC itu hidup kembali usai di kutak-katik dengan tangan magic tukang servis."Sudah adem, kan?" Savian datang mengecek kembali suhu di kamar Carla. Memastikan kalau AC di servis dengan betul-betul."Udah, pak." balas Carla sedikit malas, "Ngapain masuk, pak?!" protes Carla melihat Savian yang semula hanya berdiri di ambang pintu kini berjalan menuju jendela kamarnya.Savian tidak menjawab, ia hanya berdiri di depan jendela sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Pandangan menatap lurus ke depan, mengamati halaman di luar."Kamu suka baca buku?" pandangan Savian beralih ke rak buku yang letaknya di samping jendela, bersebelahan dengan meja belajar gadis itu."Hm... lebih tepatnya aku suka baca buku novel." jawab Carla yang masih mempertahankan posisinya, duduk di sis
Carla akhirnya bisa bernapas lega. Teman-temannya sudah pulang, dan menyisakan ruang tengah yang berantakan. Carla memijat keningnya, memandang ruang tengahnya yang sudah seperti kapal pecah. Bantal sofa yang kabur dari tempatnya, lantai dan sofa yang kotor karena remahan cemilan, belum lagi piring serta gelas kotor yang menumpuk di wastafel.Suara decitan pintu kamar yang terbuka membuat Carla spontan menoleh ke sumber suara. Savian muncul dari balik pintu sana, dari raut wajahnya, pria itu terlihat kaget dan tidak kalah stressnya dengan Carla. Kediaman mungil mereka yang baru saja di bersihkan tadi pagi berubah seperti kapal pecah dalam hitungan jam."Pak, maaf..." lirih Carla penuh dengan rasa bersalahnya.Savian menghela napas pelan, tak menduga senyuman simpul malah terlukis di wajah yang beberapa detik lalu terlihat frustrasi itu. "It's okay, Car. Rumah aku dulu juga selalu berantakan kalau habis di pakai ngumpul sama teman." ujar Savian mencoba mema
"Jangan ngintip ya, pak!" ancam Carla menatap punggung Savian tajam sebelum akhirnya melepas tali handuknya dan hanya menyisakan pakaian dalam yang sempat ia pakai di dalam kamar mandi.Savian yang tidak pernah mengucapkan janji untuk tidak menolehkan kepalanya ke belakang tentu saja segera melakukan larangan dari Carla diam-diam. Pria itu meneguk ludah menatapi lekuk tubuh menggoda milik Carla yang selama ini selalu di tutupi dengan kaus oversize. Satu kata yang dapat Savian simpulkan, Perfect. Kulitnya yang mulus, lingkar pinggang yang ramping dan bokongnya sintal. Savian tidak kuat jika harus mendeskripsikan bentuk tubuh Carla satu persatu, tampak belakangnya saja berhasil membuat pikiran Savian berkelana, apa lagi bagian depan tubuh gadis itu."Jangan ngintip, pak!" ucap Carla tanpa membalikkan badannya, hanya memperingatai kembali pria itu saja."Iya, Car, aku gak ngintip, kok," sahut Savian, tapi pandangannya m
"Yang bener aja, pak, masa kita di hukum kayak anak sekolahan?!" Dinne protes, mendapatkan hukuman dari Savian untuk berdiri di depan pintu kelas sambil mengangkat sebelah kaki dan memegang daun telinga masing-masing."Saudari juga berantem seperti anak sekolahan." tegas Savian sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Menambah kesan ketegasan dan tidak ingin di bantah."Terus seperti ini sampai jam mata kuliah saya selesai." tekan Savian kemudian menutup pintu kelas.Dinne menghela napas, menurunkan satu kakinya dan tangannya dari telinga, "Kantin yuk, Car!" ajaknya sambil mengambil tasnya yang tergeletak di lantai."Nne, kita lagi di hukum." jawab Carla, kaki dan tangannya berada di tempat yang sesuai Savian perintahkan."Yaelah, emang lo gak malu di hukum di depan kelas gini!" ujar Dinne dengan nada jengkel. Carla mendengarkan pandangannya, menatap mata mahasiswa lain yang tertuju k