Gaspar menenggak wine di tangannya hingga tandas. Kemarahan dan emosi menyelimuti dirinya. Sejak adanya Joseph, emosinya benar-benar tidak stabil. Melihat Joseph tidur di kamar Isabel saja sudah membuat kepala Gaspar seakan mendidih.Sialnya, Joseph terlalu angkuh. Berkali-kali Gaspar memberikan peringatan tegas, tapi tetap tidak sama sekali digubris oleh Joseph. Itu yang membuat emosi dalam diri Gaspar sedang tidaklah baik.Joseph seperti sengaja memancing kemarahan dalam dirinya. Tapi, dia tidak bisa berbuat apa pun. Dia sudah memberikan nasihat pada Isabel, sayangnya segala nasihatnya ditepis oleh Isabel.Isabel tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Gaspar. Kata-kata Joseph yang dipegang teguh oleh Isabel. Jika saja bisa, ingin rasanya dia mengusir Joseph keluar dari istana. Karena sampai kapan pun, Joseph tidak pantas untuk Isabel.“Kau di sini rupanya. Merenungi Isabel, huh?” Ginny melangkah menghampiri Gaspar. Sengaja memberikan sindiran pada kakaknya itu. “Aku tidak ingin
Isabel dan Hazel puas berkeliling mall. Mereka berbelanja cukup banyak. Mereka tertawa bercanda sangat dekat—menunjukkan jelas bahwa mereka berdua sangat cocok. Isabel sudah lama tak tertawa bercanda seperti ini.Sejak di mana Isabel kehilangan kakak dan ibunya, hidupnya selalu merasakan kesepian. Dia seolah tak memiliki warna di kehidupannya. Namun, hadirnya Hazel memberikan warna baru di hidup Isabel.Isabel seakan telah memiliki teman dan saudara baru. Ya, selama ini hubungan Isabel dengan saudara tirinya tidak pernah dekat. Hanya Gaspar yang baik padanya. Tapi sejak kakak perempuannya meninggal—kesepian dalam diri Isabel begitu melanda hebat.Isabel pun tahu bahwa ibu tirinya menginginkan dirinya mati. Sudah berkali-kali, dia curiga akan ibu tirinya. Tapi sayang, dia bisa menjelaskan pada ayahnya. Karena dia yakin pasti ayahnya akan membela ibu tirinya.Akan tetapi, sekarang banyak berubah. Isabel tidak lagi merasakan kesepian ataupun ketakutan lagi. Dia memiliki Joseph yang selal
Joseph menatap neneknya yang pingsan dan masih diperiksa oleh dokter. Tampak raut wajah Joseph menunjukkan jelas rasa cemas. Di samping Joseph ada Drake Lucero—kakek dari sisi ibunya. Anak buah Joseph dan kakeknya masih berkeliling di sekitar mansion mewah itu. Mereka semua berjaga-jaga takut kalau sampai ada para penjahat masih berada di sana. Di luar mansion pun sudah banyak penjaga.Sang dokter sudah selesai memeriksa. Refleks, Joseph dan Drake melangkah menghampiri dokter itu. Tatapan mereka menunjukkan jelas bagaimana mereka semua khawatir.“Bagaimana keadaan istriku?” tanya Drake panik seraya menatap sang dokter.“Kondisi nenekku baik-baik saja, kan?” sambung Joseph bertanya.“Nyonya Lucero mengalami kondisi di mana beliau terkejut. Detak jantung dan tensi darahnya normal. Tapi saya harapkan jauhkan beliau dari kabar buruk. Beliau cukup mudah terpancing oleh berita yang memicu rasa terkejutnya. Itu yang membuat beliau jatuh pingsan. Saya sudah memberikan obat untuk beliau. Bebe
Manik mata Hazel berkilat tajam membendung kemarahan tertahan menatap empat pria berbadan besar mengepung dirinya. Hazel berdiri di tengah-tengah memberikan tatapan penuh kemarahan.Kepingan ingatan Hazel mengingat akan tentang di mana dulu dia dan Isabel pernah diserang. Ya, dia tak akan mungkin lupa tentang penyerangan waktu itu. Penyerangan yang dia yakini mengincar Isabel.Saat itu Hazel masih belum tahu identitas Isabel sebenarnya, tapi sekarang wanita itu sudah mengerti labirin rumit yang sengaja diciptakan oleh orang licik. Suara Isabel terdengar menjerit keras.“Isabel.” Hazel terkejut melihat Isabel telah disandera oleh seorang pria berbadan besar. Shit! Hazel mengumpat dalam hati. Rupanya salah satu penjahat berhasil mendobrak pintu mobil Hazel.Hazel hendak ingin mendekat ingin menolong Isabel, tapi sayangnya para penjahat lain mencegat langkah kaki Hazel. Para penjahat itu bermain curang karena datang beramai-ramai. Tatapan matanya mengendar ke sekitar—melihat begitu banya
Dinginnya lantai menusuk ke sekujur tubuh Isabel. Lampu remang-remang nampak nyata menerangi gudang besar yang gelap gulita. Gadis itu duduk di lantai sambil memeluk lututnya. Bahunya bergetar menunjukkan rasa takut yang berkobar. Beberapa kali Isabel berusaha untuk menenangkan diri, tapi tetap sulit.Mata Isabel memerah, akibat tangisnya. Dalam hatinya selalu bergumam memohon agar Tuhan mengizinkan Joseph menemukan keberadaannya. Entah dia tak tahu bagaimana nasibnya, jika sampai Joseph tak berhasil menemukan keberadaannya.‘Joseph, kau di mana? Aku takut,’ batin Isabel dengan air mata yang sudah berlinang jatuh membasahi pipinya.Dingin ruangan itu membentang, menusuk hingga ke organ tubuh Isabel. Gadis itu ditinggal oleh para komplotan penjahat yang membawanya—masuk ke dalam gudang kosong yang berukuran besar.Isabel ditinggal sendiri dalam keadaan pintu tertutup rapat. Otaknya sudah menduga pasti mereka semua adalah orang bayaran yang ditugaskan membunuhnya. Sejak di mana Isabel m
#Flashback on. Amsterdam, Netherlands. Hazel berhasil melarikan diri dari para pengawalnya. Gadis cantik itu langsung memutuskan berlibur ke Amsterdam. Dia sudah jengah selalu dikejar oleh anak buah ayahnya. Dia merasa sudah cukup besar. Jika masih diawasi para pengawal, kapan dirinya bisa hidup bebas?Hazel iri dengan teman-temannya bisa pergi ke mana pun. Semua teman-temannya, seolah memiliki kehidupan yang sangatlah bebas. Sedangkan dirinya? Benar-benar sangatlah membosankan.Hal tersebut yang membuat Hazel memilih cara ini. Sekali-kali pergi dari anak buah ayahnya, bukanlah masalah besar. Lagi pula, Hazel mampu melindungi dirinya sendiri. Dia bukan anak kecil yang harus terus diawasi.Hazel menikmati kehidupan malam di kota Amsterdam. Musim gugur menunjukkan keindahan alam di kota Amsterdam. Beberapa kali Hazel menghirup udara segar sambil merentangkan kedua tangan.Waktu menunjukkan pukul satu pagi. Hazel masih belum kembali ke hotel, karena terlalu asik menikmati keindahan kot
Joseph tiba tepat di titik GPS di mana Hazel berada. Pria itu bersyukur karena Hazel masih terdeteksi. Dia segera menyelinap masuk ke dalam sebuah tempat yang jauh dari kota. Tatapannya teralih pada mobil saudara kembarnya yang terparkir tak jauh dari posisinya berada.Joseph mendekat ke arah mobil itu, bersama dengan Ian yang mengikutinya. Beberapa pengawal pribadi Joseph pun mengikuti setiap langkah dengan gerak Joseph dan Ian. Pengawal itu belum bertindak, karena belum mendapatkan perintah apa pun dari Joseph.“Tuan, ini mobil Nona Hazel.” Ian berseru menyentuh mobil Hazel.Joseph mengangguk dengan raut wajah yang serius. Pria tampan itu melihat dari balik kaca gelap—tidak ada siapa pun yang ada di dalam mobil. Detik itu juga, raut wajah Joseph berubah menunjukkan rasa cemas.“Ian, kita harus—”Tiba-tiba, tatapan Joseph teralih pada Isabel yang ditarik paksa oleh dua orang pria. Kilat mata Joseph menajam melihat apa yang ada di depan mata. Aura kemarahan di wajahnya terlihat jelas.
Hazel menatap tajam Sergio yang duduk di dekatnya sambil meminum vodka. Jika dulu, dia mengagumi sosok pria yang menjadi pahlawannya, sekarang sosok yang dia kagumi itu seolah lenyap ditelan oleh debu.Hazel berharap kembali dipertemukan dengan pria yang dulu pernah menolongnya. Dia ingin memberi tahu pada pria itu bahwa dia sekarang tidak selemah dulu. Intinya dia sangat ingin bertemu dengan pria yang dia kagumi dulu.Akan tetapi sejak di mana fakta terkuak tentang sosok pria yang dia kagumi, rasa rindu ingin bertemu telah lenyap, tergantikan dengan sebuah rasa kecewa yang amat dalam.“Kau tahu? Aku dulu ingin sekali bertemu denganmu. Sekarang setelah aku tahu dirimu, aku sangat jijik bertemu dengan pria busuk sepertimu!” seru Hazel berapi-api.Sergio sama sekali tidak marah dengan apa yang dikatakan oleh Hazel. Malah dia nampak tenang, seolah tidak terjadi apa pun. Pria tampan itu menggerakkan gelas di tangannya—terus menatap dalam manik mata Hazel yang indah.“Inti dari semuanya ki