Share

Bab 111

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-09 21:11:09
Sementara Galtero masih menunggui Sofia di rumah sakit, pria itu tidak bisa meninggalkan wanitanya.

Di sisi lain, Isabel duduk di sebuah kafe kecil yang ada di lobi Noxea, memilih tempat paling pojok dan membelakangi meja resepsionis. Mantelnya tebal, riasannya pun lebih tebal lagi, semua demi tidak dikenali.

Dia tidak langsung menemui resepsionis untuk memberitahu Nicolas tentang keberadaannya di Madrid.

Isabel melirik jam tangan. “Jam berapa dia masuk kantor?” kesalnya. Hampir dua jam menunggu, kedatangan Nicolas tak kunjung terlihat.

Dia waspada, sesekali melirik pintu utama. Yakin bahwa anak buah Galtero sedang memburunya.

Bosan, lapar, dan ingin ke toilet, Isabel tetap bertahan. Dia menggoyangkan kaki, mencoba menahan rasa ingin buang air kecil.

“Sial, Nico. Aku jadi seperti ini gara-gara kamu,” dengkusnya dengan nada sinis.

Begitu mobil Nicolas memasuki area drop-off, para staf bergegas berjajar untuk menyambut CEO mereka.

Saat itu juga Isabel hendak berdiri, tetapi kej
NACL

Teman Teman Besok Tuan Muda dan Sofia gak update ya Sampai jumpa hari senin .^^

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
sudah update kaka ^^
goodnovel comment avatar
Susi Hendra
lanjuttttt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 137

    “Menolak?” Alis Galtero terangkat sebelah. Pupilnya dipenuhi wajah Sofia yang menatapnya penuh kecewa.“Iya. Kamu.” Suara Sofia bergetar. Bahkan gaun tidurnya itu sudah basah. Mencetak lekat lekuk tubuhnya.“Siapa bilang menolak, hm?” Tangan panas Galtero merayap di sepanjang kulit tangan Sofia. Berhenti di bahu, dan membelai tali yang bahkan lebih tipis dari spageti.Sofia menarik napas dalam. Ia berpegangan pada pinggang kekar suaminya. Melingkari tangannya. Matanya terpejam merasakan sentuhan berbahaya ini. Hingga tiba-tiba saja ia tersentak saat gaun tidur itu disobek.“Aku tidak pernah menolakmu, Sofia … tapi di sini licin,” bisik pria itu. Tangannya mencengkeram rahang Sofia. Menjilat dagu dan bibir agak tebal wanita itu.“Gal … aku pikir … kamu. Oh, ya ampun …,” desah wanita itu sambil menggeliat kecil seperti kepanasan. Padahal air shower masih mengalir dan suhu di luar sedang dingin.Tadinya ia ingin menghukum Galtero, tetapi kenyataannya ia yang dihukum oleh pria itu. Galter

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 136

    Sejak makan malam dimulai, Sofia selalu memperhatikan garis wajah tampan suaminya. Bahkan ia menggigit bibir kala Galtero menenggak anggur atau mengelap sisa noda saus di sudut bibirnya.Nalurinya sebagai wanita dewasa tergerak. Ia ingin menjilat noda itu. Tangannya pun mengepal di bawah meja. Sofia sadar ia tak bisa se-liar itu di sini. Ada Carlitos dan Renata.“Mi Amor, kenapa makanmu sedikit?” tanya Galtero yang baru saja melihat isi piring Sofia, seperti tak berkurang.Sofia menghela napas panjang. “Agak kenyang.”Entah mengapa ia tak menyukai ditanya seperti itu. Suaminya seakan tidak peka, padahal ia sedang menginginkan sentuhan panasnya.“Kamu harus makan.” Galtero yang tak ingin dibantah, memotong ikan panggang menjadi kecil-kecil lantas menyuapinya.Terpaksa Sofia menelan setiap suapan. Ia tak mau mencari masalah di hadapan anak kecil dan Renata. Mau ditaruh di mana wajahnya?Kekesalan Sofia belum selesai, dadanya bergemuruh karena Galtero saat ini memperhatikan Carlitos yang

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 135

    Setelah lebih dari satu bulan bermalam di Madrid, Sofia memilih kembali ke Barcelona. Ia ingin melahirkan di kota ini—tempat kelahirannya. Bersama Renata, mereka baru saja tiba di Monte Sereno. “Bibi!” teriak Carlitos nyaring. Anak itu berlari menghampiri Sofia. Mata bulatnya terpaku melihat perut buncit. “Apa adik bayi ada di sini?” tunjuknya. Sofia menunduk. Matanya berkaca menatap wajah polos Carlitos. Ia mengangguk. “Iya, Sayang.” Sejak hari itu, ia sudah menemukan jawaban kenapa sangat menyayangi Carlitos. Kini, Sofia berjanji akan menjaganya dengan sepenuh hati. Bahkan memperlakukannya seperti anak kandung. “Aku rindu Bibi,” rengek anak itu sambil mengayun pelan tangan Sofia. Lalu ia memiringkan kepala. Pandangannya bergeser ke belakang. “Itu siapa?” “Itu … Abuela Renata. Mamaku.” Sofia tak henti menyentuh kulit kenyal Carlitos. Lama tak bertemu, tubuhnya yang semula kurus kini lebih berisi. Wajah Carlitos berbinar. Dia melepas tangan Sofia dan melompat riang. “Hore. Aku

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 134

    Sementara itu di gedung Noxea. Semua lampu setiap lantai sudah redup. Namun, di lantai paling atas, seorang pria berdiri sambil menatap tajam kelap-kelip dari ketinggian. Tangannya meremas gelas kristal berisi cairan kuning keemasan.Satu tangannya yang berada dalam saku meremas plastik kecil.“Sofia Morales … adikku?” gumamnya, “lelucon macam apa itu?”Dalam ingatannya, Nicolas terbayang wajah Sofia dan kemolekan tubuhnya yang membuat pria itu ingin menidurinya.“Argh … sialan!” Seketika itu ia membanting gelas dari tangannya. Lalu menatap helaian rambut dalam plastik.Napasnya memburu, urat-urat di wajahnya menonjol dan giginya bergemeletuk.Dengan langkah lebar dan mantap, Nicolas lantas meninggalkan Noxea. Ia mengendarai mobilnya menuju salah satu rumah sakit besar. Memberikan sampel rambut Sofia dengan miliknya.Bahkan Nicolas membayar mahal agar rumah sakit itu mengerjakan miliknya lebih dulu. Ia juga menempatkan banyak orang di sekitar. Tak ingin hasilnya nanti dimanipulasi.Se

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 133

    Sofia menggigit kuat bibir bawahnya. Kecupan panas dan lembap dari bibir Galtero bagai aliran listrik yang membuat darahnya berdesir. Otot-ototnya menegang saat embusan napas pria itu menggelitik pangkal pahanya.“Galtero … kamu … ini tetap jahat namanya,” lenguh Sofia. Mulutnya memang memberi penilaian buruk, tetapi sekujur tubuhnya justru menginginkan lebih dari sekadar ciuman.Tangannya yang terikat dasi tak mampu berkutik selain mengepal. Ia ingin meraih prianya yang betah berlama-lama bermain di pahanya. Bukan untuk menjauhkan, tetapi memastikan Galtero tidak menjauh, tetap memuaskannya.“Jahat? Ini yang kamu sebut jahat?” Seringai muncul di bibir Galtero, sebelum menyapu halus titik paling sensitif sang istri.Pria itu menjauh sesaat melihat ekspresi wajah Sofia yang membakar hasratnya. Tubuh wanitanya menegang, dadanya yang makin berisi membusung.“Kenapa … kamu berhenti? Dasar penjahat,” racau Sofia sambil menatap kesal pada Galtero yang tersenyum, membuatnya makin menawan.“M

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 132

    Hari berganti, satu minggu sudah Nicolas menguntit Sofia. Namun, pria itu hanya mampu berdiam di luar gedung Torres Memorial Hospital. Kalaupun masuk, ia tak bisa menembus tebalnya keamanan berlapis yang menjaga Sofia.Galtero memang tidak ada di sana. Wanita itu selalu didampingi Livy atau Abuela atau Calantha—kakak iparnya, istri dari Alessandro.Seperti saat ini, dia wanita itu duduk dengan cemas di ruang tunggu. Tangan Sofia dingin sejak pagi tadi. Dokter bilang ibunya mulai stabil.“Pasti bisa.” Calantha menggenggam erat tangan Sofia.“Ya, semoga saja,” balas Sofia.Tak lama seorang dokter menghampiri. Keduanya refleks berdiri.“Bagaimana, Dok? Bisa?” Kompak keduanya.Dokter mengangguk dan tersenyum ramah. “Silakan kunjungi Ibu Anda. Tapi, sebaiknya jangan bicara terlalu berat.”Senyum dan campuran air mata menjadi satu. Sofia terisak. “Terima kasih, Dok.”Ditemani seorang pengawal kepercayaan Galtero, dan tentunya setelah mendapat persetujuan dokter, Sofia masuk ruang ICU.“Mama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status