Share

Bab 68 : Menjijikkan

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-06 21:46:49

Langkah Sofia mantap dan tegas, tekadnya sudah bulat membantu Carlitos. Tidak peduli anak suaminya dengan wanita lain. Yang jelas, Carlitos hanyalah seorang anak yang tidak berdosa, dan dia … menyayanginya.

Sofia tidak bertanya pada dokter, sebab tatapan Galtero selalu mengawasi seakan langkahnya dapat memperburuk keadaan.

“Jangan bertingkah. Duduk!” tekan Galtero.

Sofia melihat perawat yang menangani Carlitos keluar dari ruangan. Dengan akting yang seadanya, dia menantang “Mau ke toilet, kamu mau ikut juga?”

Galtero berdecak dan isyarat tangannya memberikan Sofia izin. Namun, wanita itu justru mengikuti perawat dan mencegatnya di persimpangan, lalu bersembunyi di balik dinding.

“Sus, syarat donor darah apa, ya? Apa saya bisa jadi pendonor?” tanyanya ragu-ragu.

Suster tersenyum, lalu menjelaskan secara detail dengan bahasa yang mudah dipahami Sofia. Namun, niat Sofia mendadak redup saat perawat mengatakan, “Wanita hamil dan menyusui tidak boleh melakukan donor darah.”

Refleks Sofia me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
sudah update kak ^^
goodnovel comment avatar
Susi Hendra
lanjut....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 90 : Menciumimu

    Setelah menginap sehari di klinik, akhirnya dokter memberikan izin Sofia pulang, dengan catatan menjaga kondisi kehamilannya. Bahkan untuk aktivitas seksual, dokter melarangnya.Saat ini dia duduk di samping Galtero yang mengemudi mobil. Diam-diam, dalam sunyi dan embus mesin pendingin, ekor matanya melirik sisi wajah tampan Galtero.Sofia mereguk air liurnya sendiri tatkala batinnya bingung, entah keberuntungan atau bukan menikah dengan pria ini.Sejak percakapan kemarin, sudah dapat dipastikan dinding pembatas yang dibangunnya runtuh. Tidak dipungkiri, hatinya ingin mengenal suami arogannya ini lebih dalam, apalagi ada anak yang akan lahir beberapa bulan lagi.Saking fokus pada pikirannya sendiri, Sofia tidak sadar bahwa mobil terhenti di rambu lalu lintas.Galtero menyadari istrinya melamun.Pria itu mendekat dan mencondongkan tubuh, bibirnya tepat di samping telinga Sofia. Sambil menyentuh perut wanitanya, dia berbisik, “Apa yang kamu pikirkan?”Sofia terperanjat. Refleks dia meno

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 89 : Berikan Hatimu

    “Kalimat seperti itu tidak pantas keluar dari bibirmu. Terutama saat kamu mengandung anakku.” Galtero meraih dagu Sofia, ibu jarinya menopang lembut dan telunjuknya mengusap bibir wanita itu yang mengering. Bahkan pria itu menyeka air mata yang baru saja keluar. Mengecup pipi Sofia dengan bibir panasnya. Namun, rasa gundah Sofia tak juga padam. “Kenapa … kenapa kamu membiarkan aku percaya kalau Carlitos anakmu? Kamu penipu, Galtero!” serunya. Sofia terkekeh kecil, tetapi matanya masih memerah dan cairan bening jatuh lagi membasahi pipinya. “Apa ini … alasanmu bilang … aku tidak perlu cemburu pada mereka?” sambung Sofia lagi. Suaranya masih bergetar. Dia ingin menghujat pria itu, tetpi suaranya tercekat. Makin banyak bicara, dia jadi sadar—rasa sayangnya justru bertambah di tengah kebencian yang mendidih. Tatapan Galtero tidak lepas dari wajah Sofia. PandangN wanita itu jelas menyiratkan kekecewaan mendalam. Namun, dia juga tidak berusaha menjelaskannya lebih jelas. Membiarkan Sofi

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   88 : Ditipu Habis-habisan

    “Aku harus pergi sekarang,” gumam Sofia. Ekor matanya melirik ke arah Galtero yang masih terbaring dengan mata terpejam. Napasnya teratur dan dalam.Sofia menjulurkan jemari, menyentuh perlahan ujung dagu pria itu untuk memastikan. Masih pulas. Efek alkohol semalam pasti belum benar-benar hilang.Dia buru-buru bersiap. Hanya saja sebelum pergi, Sofia membuatkan air lemon hangat dicampur madu, menuangkannya ke dalam gelas tahan panas dan meletakkannya di atas nakas.[Minum ini. Habiskan.]Dia menulis singkat di secarik memo dan menyelipkannya di bawah gelas.Begitu keluar kamar, Carlitos langsung menyambutnya. Bola sepak di tangan anak itu terjatuh saat Sofia tak menghentikan langkah.“Umm … Carlitos, aku sedang sibuk. Tidak bisa main,” katanya, suara Sofia pelan sambil mengusap pipi bocah itu.Carlitos mengerucutkan bibir, wajahnya menjadi sendu. “Aku kangen Mama. Sekarang Mama kerja jauh. Bibi juga sibuk. Aku main sama siapa?”Sofia terdiam sejenak. Satu sisi ingin menjauh, tetapi si

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 87 :Mengasuh Suami

    Nicolas berpuas hati melihat wajah Galtero menegang. Pria itu lalu terbahak-bahak sendiri, hingga mengundang perhatian dari para anggota tim.“Ah, tentu saja aku harus memanggilmu … Nyonya Galtero, bukan?” Dari nada bicaranya saja sangat jelas sebuah sindiran.Sofia cukup tahu diri untuk tidak melibatkan suami pemarahnya lebih jauh. Dia pun sedikit membungkuk. “Tuan Marquez, mohon maaf … kami tidak—”“Kita pergi bersama,” sela Galtero. Dia menyatukan jemari dengan Sofia. Lalu mengecup punggung tangannya tepat di depan mata Nicolas. Tatapan mata birunya menyiratkan bahwa Sofia miliknya, wanitanya, dan tidak ada siapa pun, atau bahkan seekor lalat yang boleh menyentuhnya.Diperlakukan seposesif itu di depan umum membuat Sofia memerah. Bukan karena tersipu, melainkan merasa ngeri. Merinding. Ada sisi batinnya yang muak, tetapi juga ….‘Galtero terlalu posesif. Tapi anehnya, hatiku malah merasa aman,’ batin Sofia.Dua pria bermata biru terang itu saling menatap, sarat akan kebencian yang

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 86 : Takut Kehilangan Kamu

    Gelas susu di tangan Sofia hampir tumpah karena wanita itu tidak fokus. Pandangannya tertuju pada layar ponsel.“Siapa?” tanya Galtero. Suaranya dingin dan mencekam. Bahkan sebelum Sofia sempat menjawab, Galtero sudah lebih dulu merebut ponselnya.Amarah yang memang belum padam seketika membesar. Tangannya menggenggam erat ponsel Sofia, hampir remuk di genggamannya. Dia ingin membanting benda pipih itu, menghancurkannya sampai tak bersisa.Namun, saat dia melirik pada Sofia, wanita itu tampak lemas dan kehilangan selera makan.Rahang tegas Galtero berkedut. Dia menekan egonya. Sofia tidak boleh stres. Wanita itu sedang mengandung anaknya, darah daging yang dinantikannya selama ini.Galtero akhirnya menyerahkan kembali ponsel itu ke Sofia. Lalu dia mengambil gelas susu dari tangan Sofia dan meletakkannya di meja.“Oke,” ujarnya pelan dan tajam. “Kamu bisa jalani kontrak itu. Tapi dengan syarat—”“Apa?” Sofia mendongak. Dalam pupil matanya ada seberkas harapan.“Aku temani,” sambung pri

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 85 : Apa Kamu Bisa?

    Rahang Galtero mengeras saat memandangi punggung Sofia menjauh. Tubuh kekarnya yang biasa sigap, kini membeku. Kata-kata Sofia yang terakhir terpatri dalam benaknya. Sudut bibirnya berkedut karena wanita yang dia cengkeram dengan kuat, selalu memberontak. “Tidak mencarimu? Mustahil,” geramnya, kelopak matanya melebar saat melihat Sofia naik taksi sambil memegangi perutnya. Saat taksi bergerak, Galtero masuk ke dalam Jeep Grand Cherokee-nya, menyalakan mesin dan mulai menginjak pedal gas tanpa ampun. Ingin hati menyalip dan menghentikan kendaraan itu, tetapi akal sehatnya seakan berbisik untuk membiarkan Sofia sendiri. Setidaknya, Galtero akan menjaga wanita itu dan bayinya dari sini—dari jarak jauh. Taksi itu melaju menuju panti jompo. Rupanya Sofia ingin menenangkan diri, menemui Renata. Galtero memarkirkan mobilnya di luar pagar. Jeep Grand Cherokee itu diam-diam membuntuti sejak dari pertigaan jalan tadi. Mata birunya mengawasi setiap langkah Sofia yang terlihat rapuh m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status