Share

BAB 46

Auteur: VityGether
last update Dernière mise à jour: 2025-12-24 05:51:47

Begitu Midas melangkah keluar dari pintu utama rumah sakit, suara bising mulut semua orang langsung menghantamnya tanpa ampun. Teriakan bercampur makian memenuhi udara. Suasana semakin kacau.

“Pembunuh!” “Ilmuwan gila!” “Dia yang bikin virus itu!”

Wajah-wajah penuh amarah mengelilingi pagar pembatas. Wartawan berdesakan, kamera menyala tanpa henti. Sebuah kerikil melayang dan menghantam bahu Midas. Disusul sampah plastik, botol kosong, bahkan sisa makanan. Namun Midas tidak bereaksi. Langkahnya tetap lurus, kepala sedikit menunduk, tatapannya kosong seolah semua suara itu tak lagi mampu menembus dadanya.

Ia pernah dicaci lebih kejam dari ini. Pernah dipenjara dengan tuduhan membunuh ayahnya sendiri. Rasa sakit itu kembali menghantam, tapi kini lebih dingin dan lebih sunyi.

“Turunkan kepalamu, Midas,” bisik Ardi sambil melindungi Midas dengan tubuhnya. Ardi segera mendekat tidak peduli petugas berusaha melepaskannya.

Sebuah batu besar hampir mengenai kepala Midas sebelum Ardi menepisny
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 47

    Serangan datang tanpa aba-aba. Tinju menghantam pelipis Midas, siku menghajar rusuk, sepatu menendang perutnya saat ia terjatuh. Midas kalah jumlah. Ia merasakan dunia berputar, nafasnya terputus-putus, rasa logam memenuhi mulutnya. Namun naluri bertahan hidupnya menyala.Di lantai, matanya menangkap pecahan gelas plastik keras yang patah. Dengan sisa tenaga, ia menggenggamnya. Saat salah satu narapidana kembali mendekat, Midas menyambar pecahan itu. Melukai lelaki yang mendekat. Bukan membabi buta, tapi terarah. Teriakan pecah. Darah mengalir. Lelaki itu ambruk tak sadarkan diri.Keributan semakin menjadi. Semua orang panik melihat darah itu mengalir tanpa henti. Salah satu dari mereka segera memanggil petugas. Pintu sel terbuka paksa. Midas diseret keluar, diborgol, dihujani makian. “Kau pikir ini rumah sakitmu?” bentak seorang petugas. Tanpa diberi kesempatan bicara, ia dilempar ke ruang isolasi. Ruangan sempit, dingin, tanpa jendela. Pintu besi menutup, menyisakan keheningan yang

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 46

    Begitu Midas melangkah keluar dari pintu utama rumah sakit, suara bising mulut semua orang langsung menghantamnya tanpa ampun. Teriakan bercampur makian memenuhi udara. Suasana semakin kacau.“Pembunuh!” “Ilmuwan gila!” “Dia yang bikin virus itu!”Wajah-wajah penuh amarah mengelilingi pagar pembatas. Wartawan berdesakan, kamera menyala tanpa henti. Sebuah kerikil melayang dan menghantam bahu Midas. Disusul sampah plastik, botol kosong, bahkan sisa makanan. Namun Midas tidak bereaksi. Langkahnya tetap lurus, kepala sedikit menunduk, tatapannya kosong seolah semua suara itu tak lagi mampu menembus dadanya.Ia pernah dicaci lebih kejam dari ini. Pernah dipenjara dengan tuduhan membunuh ayahnya sendiri. Rasa sakit itu kembali menghantam, tapi kini lebih dingin dan lebih sunyi.“Turunkan kepalamu, Midas,” bisik Ardi sambil melindungi Midas dengan tubuhnya. Ardi segera mendekat tidak peduli petugas berusaha melepaskannya.Sebuah batu besar hampir mengenai kepala Midas sebelum Ardi menepisny

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 45

    Ruangan itu kembali bergerak setelah keterkejutan membeku beberapa detik. Midas sudah lebih dulu melangkah, seolah dunia di sekitarnya tak lagi bersuara. Tangannya bekerja cepat dan presisi, seperti mesin yang diciptakan hanya untuk satu tujuan.“Pasien satu, tekanan turun. Siapkan akses vena besar,” perintahnya tenang.Brian tersentak, lalu bergerak. Mita meraih infus tanpa diminta. “Angka menembus normal.” Brian menyebutkan angka monitor dengan suara bergetar namun terkontrol. Tak satupun bertanya lagi. Tidak ada keraguan. Semua mengikuti Midas.Ia menyuntikkan ramuan bening itu dalam dosis lebih besar dari sebelumnya. Cairan mengalir masuk ke tubuh pasien pertama. Monitor bergetar, lalu perlahan stabil. Napas yang semula tersengal mulai teratur. Warna kebiruan di bibir memudar.“Berikutnya,” ucap Midas singkat.Ia berpindah ke ranjang kedua, memeriksa pupil, refleks, lalu menyuntikkan ramuan dengan sudut sempurna. Tidak ada tangan yang gemetar. Tidak ada keraguan. Hanya fokus ding

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 44

    Jian menjerit, suaranya pecah oleh ketakutan dan tekad. “Jangan berikan, Midas! Jangan!” Air mata mengalir, namun matanya menatap tajam, seolah memohon agar Midas tetap berdiri di sisi kebenaran.Mita menggenggam lengan Midas. “Jangan percaya padanya. Ini perangkap.”Clara mengangguk tegas. “Jika ramuan itu jatuh ke tangan mereka, semuanya berakhir.”Alma melangkah maju satu langkah. Wajahnya dingin, tak bergetar. “Aku sudah bilang. Berikan sekarang.” Tangannya terulur, mantap, tanpa ragu. “Atau dia mati.”Midas menahan napas. Detik terasa memanjang. Di sekeliling, mesin monitor berdenting cepat, pasien-pasien masih bertarung dengan hidupnya. Ramuan bening di tangan Midas berkilau di bawah lampu neon, harapan dan kehancuran dalam satu botol.Jian menggeleng keras. “Tolong… jangan.”Alma menoleh singkat, lalu berkata datar, “Tembak kakinya.”Semua membeku.Letusan terdengar keras, memekakkan. Jian tersentak dan jatuh, tubuhnya menghantam lantai dengan bunyi berat. Jerit terputus menjad

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 43

    Clara melangkah mendekat, menahan bahu Midas yang tegang. “Tenang,” ucapnya pelan namun tegas. “Tamrin tidak akan lolos. Aku akan mengurusnya. Aku punya cara.”Midas tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke dinding, pikirannya berputar cepat. Di luar sana, namanya sedang dicabik-cabik. Tuduhan Tamrin seperti racun yang menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri. Licik. Kejam. Terencana.Namun di sela kekacauan itu, suara Mita terngiang jelas di kepalanya, tenang, jujur, penuh keyakinan. Jika ingin membersihkan lumpur, ikuti orang yang melemparkannya. Midas harus mengikuti Tamrin untuk mencari bukti.Midas menarik napas panjang. Amarahnya mereda, digantikan fokus yang dingin. “Aku tidak akan bersembunyi,” katanya akhirnya. “Jika Tamrin ingin bermain kotor, aku akan mengikutinya sampai ke akar.”Clara menatapnya, lalu mengangguk. Ia tahu sorot itu. Bukan keputusasaan, melainkan awal perlawanan.Dua suster menerobos masuk dengan wajah pucat. “Dokter… pasien kejang. Busa keluar dari mul

  • Sentuhan Dahsyat Dokter Midas   BAB 42

    Alma terkejut ketika pergelangan tangannya ditarik keras. Tubuhnya terseret ke lorong sempit, lalu masuk ke sebuah kamar kosong yang lampunya redup. Pintu dibanting. Suaranya menggema menyesakkan.“APA YANG KAU LAKUKAN?!” Brian berteriak, matanya merah, napasnya memburu. Wajahnya yang biasanya penuh ejekan kini hancur oleh amarah dan ketakutan. “Ibuku kemaren hampir sekarat! Dan kau masih berani berdiri di depan kamera!”Alma mencoba melepaskan diri. “Aku tidak—”“DIAM!” potong Brian kasar. “Aku tahu sekarang. Ada yang sengaja menularkan penyakit itu. Dan semua jejaknya mengarah ke permainan kotor kalian!”Alma mundur selangkah, punggungnya membentur dinding. “Aku hanya melakukan yang diperintahkan—”“Perintah?” Brian tertawa pahit. “Jadi ibuku cuma pion? Pasien-pasien itu cuma properti panggungmu?”Alma menutup telinga, suaranya pecah. “Aku tidak punya pilihan!”Brian mendekat, suaranya bergetar oleh amarah yang nyaris berubah menjadi tangis. “Setiap pilihan ada harganya. Dan kau mem

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status