Share

Bab 12

Author: Mommy_Ar
last update Last Updated: 2025-08-20 08:57:22

"Ara!" Bentak Rafi, suaranya pecah karena emosi, tapi Ara hanya tersenyum getir.

"Apa? Aku baru ngomong loh, belum ngelakuin kaya kamu. Kenapa udah marah?" Ara menatapnya sinis, bibirnya melengkung tipis, penuh kepahitan.

Rafi menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Ra, plis lah. Aku sama Anna gak ada hubungan apa-apa. Aku cuma cinta sama kamu."

"Lepas!!" Ara menepis tangannya. "Aku gak peduli. Yang jelas, sekali kamu khianati aku, maka hubungan kita udah berakhir. Aku baik sama kamu, karena aku masih menghargai tante Hera. Bukan kamu, Raf!"

Rafi tersenyum pahit, mencoba mendekat lagi. "Ara..."

Ara tak mendengar. Tanpa menoleh, ia segera melangkah cepat, menaiki taksi yang sudah menunggu di pinggir jalan.

Tubuhnya gemetar, dada terasa sesak, namun matanya tegas. Ia tidak ingin ada lagi pertengkaran atau perdebatan yang melemahkannya. Hari ini cukup penuh luka dan pengkhianatan dan ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Henny Aruan
ada y orang tua kayak gne. anak pungut malah disayang
goodnovel comment avatar
puspa Andriati
Uhhhh... Raja tega juga nih ibunya ara,, hanya karena drama dr ana sampai tega menyakiti darah dagingnya sendiri.. ... Udahlah ara pergilah dari rumah toxic spy orangtuamu bisa merasakan kehilangan anak kandung demi anak pungut gak tau diri.........
goodnovel comment avatar
enur .
asli nih gemes banget sama Anna ,, rasa ny pen nyakar muka ny yang so lemah padahal di balik itu ada senyum jahat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 52

    Indri mengusap air matanya dengan kasar, berusaha menegakkan kepala meski hatinya hancur. Tatapannya tajam menembus Umar.“Cukup, Umar! Aku tidak akan pernah mengizinkan Ara jadi donor untuk Ana! Tidak akan pernah!” suaranya lantang, penuh kepastian.Umar mendekat, matanya merah, napasnya memburu. “Indri, tolong! Ini masalah nyawa, Indri! Nyawa seorang anak! Nyawa Ana!”Indri bangkit berdiri, tubuhnya bergetar tapi tatapannya kokoh. “Nyawa anak siapa?! Dia memang anakmu, Umar, tapi dia bukan anakku! Ara itu anakku! Satu-satunya anakku! Dan aku tidak akan menyerahkan hidupnya hanya untuk menebus dosa-dosa masa lalu kamu!”Umar memukul dadanya sendiri, frustrasi. “Tapi dia juga anakku, Indri! Kamu tega lihat Ana mati begitu saja? Aku gak sanggup! Aku gak bisa biarin anakku yang lain mati di depan mataku lagi!”“Jangan bawa-bawa aku dalam kesalahan kamu!” Indri menunjuk wajah Umar dengan jari telunjuknya. “Kamu yang selingkuh! Kamu yang buat anak di luar sana! Kamu yang buang Clara! D

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 51

    Indri menatapnya tajam. “Kenapa? Karena dia anak yang kamu lindungi? Karena dia darah dagingmu, sementara Ara harus selalu jadi korban?!”Lorong rumah sakit yang biasanya sunyi hanya diisi suara langkah perawat, kini berubah menjadi arena pertarungan batin dan kata-kata. Pintu ruang ICU di belakang mereka tertutup rapat, lampu merah tanda kritis menyala, tapi Umar dan Indri justru sibuk dengan luka lama yang akhirnya terbuka.“Ana dan Ara sama-sama anakku! Tapi Ara sudah bahagia sejak kecil!” suara Umar meledak, serak, penuh pembelaan yang terdengar lebih seperti jeritan.Indri terhenyak, wajahnya pucat pasi. “Apa maksud kamu, Umar?! Bahagia sejak kecil?’’‘’Kamu pikir semua ini tentang bahagia atau tidak bahagia?! Ara itu anakku! Anak kita! Anak kandung kita! Dia darah daging kita Dan sekarang kamu bilang dia terlalu bahagia?” suaranya melengking, bercampur tangis dan amarah.Umar menepuk dadanya, dadanya naik-turun tak terkendali. “Ara sejak lahir, se

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 50

    “Aga, kamu… apa-apaan ini? Jangan bicara sembarangan!” suaranya pecah, setengah marah, setengah takut.Aga hanya memicingkan mata. “Sembarangan? Tante lihat sendiri isinya. Itu bukan omong kosong saya. Semua ada hitam di atas putih.”Umar yang sedari tadi berusaha menjaga wibawa, akhirnya bersuara. “Kamu anak kecil, jangan seenaknya menuduh tanpa bukti!” Suaranya berat, mencoba menekan situasi, tapi jelas terlihat ada getaran di sana.Aga tertawa sinis, sebuah tawa yang terdengar lebih seperti ejekan. “Bukti? Itu yang sedang Tante Indri pegang. Mau saya bacakan keras-keras supaya semua orang di rumah sakit ini dengar, Pak Umar?”Umar terdiam. Rahangnya mengeras, matanya melirik sekilas ke arah Indri yang sedang membuka lembar demi lembar hasil tes DNA.“Papa,” suara Indri nyaris berbisik, penuh luka, penuh ketidakpercayaan. “Kamu tega…”“Ma, Mama dengarkanPapa dulu—” Umar buru-buru bersuara, tapi Indri langsung menyambar.“Dengarkan apa?!” suara

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 49

    “Kenapa, Ga?” tanya Ara lagi, kali ini tatapannya lebih dalam. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres dari sikap Aga pagi itu.“Gapapa,” jawab Aga singkat sambil merapikan rambut Ara dengan lembut, berusaha menutupi kegelisahannya. “Kamu di apartemen sebentar ya?”Ara langsung mengernyit. “Kamu mau kemana?”“Aku harus ke kantor dulu,” suara Aga terdengar datar, jelas tidak sedang bicara tentang urusan kerja biasa.Ara buru-buru menyahut, “Aku juga mau ke kantor, Ga.”Namun dengan cepat Aga menahan kedua bahu Ara, menatapnya lekat. “Gak usah! Kamu libur aja hari ini. Kamu istirahat.”“Tapi, Ga—”“Plis.” Nada suara Aga berubah, kali ini penuh penekanan, matanya bergetar menahan sesuatu yang tidak bisa ia ceritakan. “Nurut sama aku. Kamu stay di sini, aku hanya sebentar.”Hening. Ara bisa merasakan nada serius itu bukan sekadar permintaan biasa. Ada sesuatu yang sedang disembunyikan Aga. Meski hatinya penuh tanda tanya, ia akhirnya meng

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 48

    Setelah memastikan Ara benar-benar tertidur, Aga duduk sejenak di tepi ranjang. Tatapannya terhenti pada wajah Ara yang masih basah oleh sisa air mata. Gadis itu terlihat rapuh, seolah seluruh dunia sedang menindih pundaknya. Aga menyentuh lembut pipi Ara, jari-jarinya mengusap bekas air mata yang mengering.“Tidurlah, Ra… biar aku yang jaga semuanya untukmu,” bisiknya pelan, meski Ara tidak mendengar.Perlahan ia bangkit, meraih jasnya di kursi, lalu melangkah keluar kamar menuju balkon apartemen. Suasana kota malam itu tenang, hanya suara samar kendaraan di kejauhan. Aga menyalakan rokok, menghembuskan asap, dan pandangan tajamnya menembus kerlip lampu kota yang bertebaran bagai bintang buatan manusia.Ia membuka ponselnya, jari-jari tangannya menekan nomor khusus yang jarang ia gunakan. Nomor yang hanya ia hubungi ketika sesuatu benar-benar serius.“Halo?” suara di seberang terdengar berat, serak khas pria yang sudah lama berkecimpung di dunia bayangan.

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 47

    “Ana butuh donor jantung. Dan yang cocok… hanya punya kamu, Sayang.” Suara Mama Indri di seberang sana lirih, parau, dan penuh isak tangis.Sejenak dunia Ara seperti berhenti berputar. Suara detak jam dinding di apartemen Aga terdengar begitu keras di telinganya, menyayat telinga, seolah menghitung waktu menuju kematian. Tubuhnya menegang, ponsel di tangannya nyaris terlepas.Ara menunduk, matanya kosong menatap lantai, sementara air matanya mulai jatuh setetes demi setetes. Hatinya remuk. Bagaimana bisa kalimat itu meluncur begitu mudah dari mulut seorang ibu yang ia cintai?“Mama mau aku mati?” bisiknya pelan, hampir tak terdengar, namun sarat luka. Kata-katanya menusuk, dingin, namun penuh dengan kekecewaan.“Sayang… bukan itu maksud Mama…,” suara Mama Indri pecah, terisak hebat. Namun semakin ia menangis, semakin sakit hati Ara dibuatnya.Ara mendongak, menahan isakan dengan napas panjang yang berat, dadanya naik turun tak beraturan. “Kayaknya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status