Share

Bab 58

Author: Mommy_Ar
last update Huling Na-update: 2025-09-07 08:30:46

Sore itu, langit Jakarta memancarkan warna jingga keemasan. Senja menggantung di ufuk, membuat suasana seolah penuh kehangatan.

Setelah hari yang begitu melelahkan, Aga memutuskan membawa Ara keluar dari apartemen.

“Ra, ikut aku sebentar ya,” katanya pelan, namun penuh ketegasan.

Ara yang sejak tadi hanya duduk termenung menatap layar ponsel, menoleh bingung.

“Kemana, Ga?” tanyanya, ragu.

Aga hanya mengulas senyum, menggenggam tangan Ara dengan lembut. “Tempatnya rahasia. Tapi aku janji, kamu bakal suka.”

Mereka berjalan beriringan, menembus keramaian sore, hingga akhirnya sampai di sebuah taman kota yang asri.

Pohon-pohon tinggi berdiri kokoh, bunga-bunga berwarna-warni bermekaran, dan di tengah taman terbentang sebuah danau kecil yang memantulkan cahaya senja.

Angin bertiup lembut, menggerakkan daun-daun yang mulai berguguran.

Di sanalah Aga menghentikan langkah, membawa Ara duduk di sebuah bangku kayu yang agak tersembunyi, jauh dari kerama
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
enur .
Ga ,, lebih cepat lebih baik ,, segera lah menikah biar kalian bebas ngadon ..eh
goodnovel comment avatar
enur .
keep kalem mah ,Aga dan Ara tidak dari mana2 ..asal mmh tau ,, mereka tuh lagi bahagia
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 63

    Ara hampir setengah berlari menuju ruangan Aga. Pintu ia dorong cepat, lalu menutupnya rapat di belakang punggungnya. Nafasnya sedikit memburu, pipinya merah karena malu sekaligus gugup.Di luar, Nisa masih berdiri sambil memeluk berkas di dada. Alisnya berkerut dalam, pandangannya lurus menatap pintu ruangan Aga yang baru saja tertutup.“Hmmm, ada yang gak beres,” gumamnya lirih.Nisa berjalan pelan ke mejanya, tapi pikirannya terus melayang. Tadi pagi, Ara kelihatan pucat, matanya sembab. Eh, sekarang malah mesra banget sama Pak Aga? Ia menggigit bibir bawahnya, semakin penasaran.Beberapa kali matanya melirik pintu ruangan Aga yang tertutup rapat. Kalau tadi cuma urusan kerjaan, kenapa Ara sampai senyum-senyum sendiri kayak orang jatuh cinta?Dengan sengaja, Nisa menunda pekerjaannya. Ia sengaja duduk di meja paling dekat dengan ruangan Aga, telinganya seolah berharap bisa menangkap suara dari dalam. Tapi nihil ruangan itu terlalu kedap suara.Tak puas, Nisa kembali berdiri, berj

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 62

    Suara ketukan pintu membuat keduanya sontak terhenti. Ara segera membuka mata, panik dan buru-buru menjauh, wajahnya memerah padam. Nafasnya terengah, bibirnya masih terasa bergetar.Sementara Aga, meski sama-sama terkejut, malah tersenyum tipis, menatap Ara yang tampak kebingungan.Dari luar terdengar suara Nisa, sekretaris pribadi Aga.“Pak Aga, rapat dengan investor lima menit lagi akan dimulai.”Ara menunduk dalam-dalam, malu bukan main. Tangannya sibuk merapikan rambut dan blus yang agak kusut karena ulah Aga tadi.Aga justru masih sempat berbisik nakal di telinganya.“Lihat kan? Kamu juga kangen sama aku.”Ara langsung menoleh dengan wajah merah padam, menatapnya dengan kesal sekaligus malu. “Agaa…!” bisiknya tertahan.Aga terkekeh kecil sebelum akhirnya berdiri, meraih jas kerjanya, lalu melirik Ara sekali lagi dengan tatapan penuh arti.“Jangan kemana-mana, tunggu aku selesai rapat!’’ ucapnya sambil berjalan ke pintu.Ara hanya b

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 61

    Ara terkekeh, puas melihat Aga benar-benar kewalahan. “Makanya, jangan sok-sokan bikin aku malu di kantor. Sekarang giliran kamu yang malu sendiri.”Aga menatapnya dalam-dalam, matanya berkilat penuh api. “Oke. Kalau kamu sudah mulai berani main api, Ra… siap-siap aja. Aku gak bakal kalah.”Ara pura-pura ciut, tangannya mengibaskan pelan. “Yaelah, gombal lagi. Dasar narsis.” Tapi wajahnya merah sekali, tak bisa menyembunyikan betapa degup jantungnya semakin tak terkendali.Sementara Aga hanya tersenyum licik, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tatapan penuh rencana. “Kita lihat nanti, Sayang. Aku janji kamu bakal minta ampun.”“Agaa! Jangan ngomong aneh-aneh!”‘’Ya udah aku gak akan ngomong yang aneh, Cuma—” ‘’Cuma apa?’’ Ia mencoba bangkit, tapi tangan Aga menahan pinggangnya erat. “Ga, lepasin… kalau ada orang masuk gimana?” bisik Ara panik sambil menoleh ke pintu ruangan.Aga tersenyum miring, matanya berkilat nakal. “Tenang aja, pintu udah aku kunci.”“Astagaa…” Ara menepuk

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 60

    Begitu Ara melangkah mendekat, tanpa aba-aba Aga langsung meraih pergelangan tangannya. Tarikan itu cukup kuat hingga Ara kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terjatuh tepat di pangkuan pria itu.“Agaa!” seru Ara kaget, kedua matanya membesar. Tangannya refleks mendorong dada Aga tapi justru malah menempel di sana. Membuat Aga tertawa pelan, nada suaranya rendah tapi hangat. “Sstt… diem aja. Kamu pas banget kok duduknya,” ucapnya sambil mengunci tubuh Ara dengan satu tangan di pinggang.“Aga, lepasiih! Ada yang lihat gimana coba?” bisik Ara panik, matanya berkeliling ke arah pintu kantor, takut ada yang kebetulan masuk.Pria itu justru semakin menundukkan dagunya, meletakkannya manja di bahu Ara. Napas hangatnya mengenai kulit leher gadis itu, membuat Ara semakin salah tingkah.“Gimana semalem? Pas aku pulang?” tanya Aga tiba-tiba, suaranya rendah, nyaris berbisik di telinganya.Ara menelan saliva. Jantungnya berdegup begitu keras, rasanya bisa ter

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 59

    Ara menelan saliva, mencoba menutupi kegugupannya dengan senyum kecil. Ia cepat-cepat menghampiri ibunya, menggenggam tangan Indri lalu berkata lembut,“Mama, ayo masuk dulu!”Dengan langkah berat, Indri masuk dan duduk di sofa. Ara menemaninya di sisi kanan, sementara Aga memilih duduk di sofa seberang, berhadapan langsung dengan tatapan tajam Indri.Ruangan itu hening. Jam dinding berdetak begitu keras, seakan ikut menegangkan suasana.Indri menyilangkan tangan, tatapannya bergantian ke wajah putrinya dan Aga. “Kalian ada sesuatu yang mau dikatakan?” tanyanya, nada suaranya terdengar menuntut.Aga menarik napas dalam. Dadanya naik turun tak karuan. Di balik wajahnya yang berusaha tenang, ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ara diam, menggigit bibir, lalu memberi tatapan penuh dukungan pada Aga.Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Aga menatap Indri. Suaranya tegas namun terdengar getar halus.“Tante, saya Tyaga Dha

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 58

    Sore itu, langit Jakarta memancarkan warna jingga keemasan. Senja menggantung di ufuk, membuat suasana seolah penuh kehangatan. Setelah hari yang begitu melelahkan, Aga memutuskan membawa Ara keluar dari apartemen.“Ra, ikut aku sebentar ya,” katanya pelan, namun penuh ketegasan.Ara yang sejak tadi hanya duduk termenung menatap layar ponsel, menoleh bingung. “Kemana, Ga?” tanyanya, ragu.Aga hanya mengulas senyum, menggenggam tangan Ara dengan lembut. “Tempatnya rahasia. Tapi aku janji, kamu bakal suka.”Mereka berjalan beriringan, menembus keramaian sore, hingga akhirnya sampai di sebuah taman kota yang asri. Pohon-pohon tinggi berdiri kokoh, bunga-bunga berwarna-warni bermekaran, dan di tengah taman terbentang sebuah danau kecil yang memantulkan cahaya senja. Angin bertiup lembut, menggerakkan daun-daun yang mulai berguguran.Di sanalah Aga menghentikan langkah, membawa Ara duduk di sebuah bangku kayu yang agak tersembunyi, jauh dari kerama

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status