Share

Bab 5. Senior Meresahkan

Penulis: Asri Faris
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 13:27:53

Sesampainya di kost, Nada langsung melempar tubuhnya ke ranjang. Terbayang kejadian tadi yang membuat hatinya semakin tidak nyaman. Ada hasrat untuk tidak melanjutkan kepanitiaan, apalagi selama workshop harus terus-menerus bertemu dengan Saga yang jelas-jelas menjadi pemateri tetap di cluster shosum.

"Duh ... bisa mundur nggak sih," batin perempuan itu tidak bersemangat pastinya. Membayangkan hari-hari berat bersama terus melihat wajahnya yang dingin. Namun, jelas-jelas dia sudah menandatangani surat pernyataan kesanggupan. Galau pastinya untuk melanjutkan.

Drdrdrtt!

Ponsel Nada bergetar ada panggilan masuk. Perempuan itu langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya. Seseorang yang sudah dua hari ini tidak memberi kabar. Padahal Nada ingin sekali menceritakan risalah hatinya.

***

"Assalamu'alaikum ... Nad, maaf baru ngabarin," ujar seseorang di sebrang sana.

"Waalaikumsalam ... nggak apa, aku tahu kamu sibuk."

Mereka berdua tengah menjalani LDR dalam satu kota. Nada dan Aksa memang jarang bertemu. Jarak yang tidak begitu jauh pastinya. Tetapi terhalang kesibukan di antara keduanya.

Liburan kemarin tidak sempat menghabiskan waktu berdua, lantaran Aksa menyempatkan pulang ke kampung halaman. Mereka harus sama-sama menahan diri, walaupun sebenarnya kini Nada malah ingin mengakhiri akibat peristiwa yang terjadi pada dirinya.

"Kenapa suara kamu sembab seperti itu? Kamu habis nangis?" tanya Aksa dari sebrang sana terdengar khawatir.

"Aku nggak apa, cuma agak capek aja. Kamu sudah makan?" tanya Nada mengalihkan topik.

"Belum, bentar lagi mau keluar. Mau nitip, aku pesenin makanan ya. Nggak usah keluar kalau capek."

"Emang bisa jauh-jauh dipesenin, nggak usah, nanti aku nyari sendiri saja."

"Bisa dong sayang, hari gini apa sih yang nggak bisa. Mau makan apa? Biar aku pesenin sekarang."

"Mau bilang boleh tapi takut ngerepotin."

"Tentu saja tidak sayang, aku pesenin ya, ditunggu aja. Nanti aku telfon lagi, mau otw ini," ujar pria itu mengakhiri panggilan teleponnya.

"Iya, hati-hati di jalan!"

Panggilan ditutup dan seketika gadis itu langsung menangis. Semacam ada perasaan berdosa yang jelas-jelas tidak disengaja. Mendengar perhatian Aksa, makin membuat perasaannya sakit. Entahlah, mau dibawa ke mana hubungan mereka jika tahu kini Nada sudah tidak seperti dulu lagi. Hatinya masih sama, tetapi tentu keadaannya yang berbeda.

"Aku tidak baik-baik saja, Aksa, aku hancur," gumam perempuan itu kembali berantakan hatinya setelah tadi siang bertemu dengan pria sialan itu.

Setelah beberapa menit berlalu, Nada benar-benar mendapatkan kiriman makanan dari Aksa yang membuatnya semakin merasa bersalah.

"Apa kamu masih mau seperhatian ini kalau tahu aku pernah tidur dengan pria lain. Kamu pasti sangat marah kan? Kamu pasti akan merasa jijik denganku," batin Nada sesak. Menatap serentetan kalimat bernada perhatian dari sang pacar. Dia tersenyum dalam kepedihan.

Rasa lapar membuatnya menyuap ke mulutnya walaupun hatinya enggan. Yang jelas dia kehilangan selera makannya. Kalau saja makanan itu bukan pesanan dari Aksa, sudah pasti Nada tidak akan menyentuhnya. Semua yang berawal dari pria itu membuat seketika hatinya menghangat.

Pagi-pagi sekali, Nada harus bersiap ke kampus. Ia mengawali harinya dengan membuka pesan dari Aksa yang mengucapkan semangat untuknya. Perempuan itu pun membalasnya dengan chat yang tidak kalah perhatian.

[Semangat workshopnya. I love U]~ Aksa

[Yuhu ... kamu juga. Me too]~

[Jaga hati, ada yang nungguin di sini. Weekend kita ketemu]~

Sama-sama sibuk di dunia kepanitiaan tetapi beda Universitas.

[Terpantau aman. Kamu juga, jangan nakal]~

[Hahaha ... pingin nakalin kamu tapi jauh. Aku simpan rindunya dulu]~

[Otw, nanti sambung lagi. Semangat juga buat kamu]~

Pesan bernada romantis itu membuat pagi Nada begitu bersemangat. Aksa benar-benar membuat mood Nada kembali menyala. Walaupun sesampainya di kampus agak kesal juga mau membayangkan bertemu kembali dengan pria dingin itu.

"Ya Allah ... semoga hari ini itu manusia tidak datang. Ada halangan yang banyak menyertainya. Kenapa Kek, kena tulah juga boleh. Pokoknya aku mau pria itu kena karma atas perbuatannya," ucap Nada pagi itu sampai berdoa yang jelek-jelek untuk Saga. Saking tidak mau bertatap muka kembali dengannya.

Sakit hati membuat Nada tidak respect dan mendoakan karma untuknya. Padahal, dari sekian yang mengikuti first gath kemarin, Nada adalah satu-satunya perempuan yang tidak tertarik dengannya. Beberapa teman perempuan satu kelompoknya bahkan terang-terangan terkagum-kagum dengan latar belakang Saga yang jelas-jelas cukup terkenal di kalangan kampus.

Bukan hanya itu, selain tampan dan kaya, Saga adalah pewaris perusahaan terkemuka di kota ini. Ayahnya seorang petinggi di kampusnya.

Perempuan itu langsung bergabung mengikuti tour fakultas yang sebelumnya sudah diworo-woro Sindu di grub. Kebetulan Nada sudah hafal betul medan, jadi dia langsung bergabung menyusul teman-teman walaupun agak terlambat.

"Sorry Kak, telat dikit," ujar Nada langsung menghallo Pakoor.

"Ya, langsung gabung saja." Sindu menginterupsi sambil berjalan.

Usai tour dilanjutkan agenda kedua materi dan ice breaking. Tentu saja dengan yel yel Kebangsaan anak shosum.

"Aku mau ke toilet dulu, ini langsung masuk materi apa ada jeda dulu?" tanyanya memastikan. Tidak mau terlambat masuk atau akan menjadi bulan-bulanan senior galak itu.

"Kurang tahu, tapi sih kayaknya langsung. Coba tanya Kak Sindu."

"Aku agak melilit," kata Nada belum apa-apa kalau mau ketemu dengan Saga sudah mules duluan. Entah karena gerogi atau apa, tapi faktanya begitu. Dia sudah tidak nyaman dan serasa ingin putar balik saja.

"Kak, izin bentar ke toilet." Nada izin sebelum menyusul ke season dua.

"Langsung nyusul ke kelas ya Nad," jawab pria itu langsung menuju ke gedung fakultas Ekonomi.

Gadis itu berjalan cepat menuju toilet perempuan yang ada di ujung. Naasnya, dia kembali bersamaan dengan pria random itu. Kenapa bisa kebetulan sekali. Harusnya Nada tadi memilih toilet yang lainnya saja daripada lagi-lagi harus bersinggungan dengan pria paling sok yang pernah dia temui.

"Ngikutin gue?" tanya pria itu entah muncul dari mana. Suara yang keluar dari mulutnya terdengar sengak.

"Eh, astaghfirullah ... ngagetin aja. Nggak usah geer, kaya kurang kerjaan saja ngikutin situ," jawabnya datar. Hampir saja dia terlonjak, untung saja tidak mempunyai riwayat jantung.

Nada selalu merasa tidak aman setiap kali bertemu dengan pria dingin itu. Perasaannya kembali semrawut ingin menghajarnya. Apalagi melihat tatapannya yang selalu seolah tidak merasa bersalah. Apakah Saga benar-benar tidak menyadari kalau Nada adalah gadis yang menghabiskan satu malam dengannya.

"Minggir, bisa kan nggak usah ngalangin jalan!" usir perempuan itu menatapnya kesal. Hatinya deg degan luar biasa.

Saga bukannya menyingkir malah berjalan mendekat dengan tatapan dalam. Sontak saja hal itu membuat Nada panik seketika.

"Mau apa pria ini?" batinnya siaga. Dia tidak segan akan menghajarnya jika berani bersikap kurang ajar padanya.

Hampir saja salah sangka walaupun dia sempat mundur dengan tergesa. Rupanya Saga hanya berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun. Membuatnya seketika merasa lega.

"Ya Tuhan ...nggak jelas banget sih tuh orang," gumam perempuan itu dengan jantung rancak tak beraturan.

Sejenak menenangkan diri, mengatur degub jantungnya yang tidak biasa. Marah, kesal, berkecamuk tidak karuan. Seandainya bukan tuntutan sikap profesionalnya, dia malas sekali menyusul mengikuti materi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Masfaah Emah
ternyata Nada udah punya pacar, kasian cinta nya bakal putus.
goodnovel comment avatar
Asri Faris
Iya Kak, anaknya Bian dan Zee
goodnovel comment avatar
Ida Nur
Nada udah punya pacar ya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 108. SPSG

    "Makasih Kak," ucap Nada berniat langsung turun tanpa menawarkan bertamu. "Nggak usah turun, nanti kusampaikan pada mama papaku kalau Kak Saga yang nganter." "Kamu lagi ngusir aku? Setidaknya bikin alasan yang masuk akal dikit kalau tidak mau menawarkan bertamu." "Kupikir Kak Saga sibuk, mau langsung pulang." "Lama-lama kamu ngeselin, untung aku udah belajar sabar. Kalau masih kaya dulu udah pasti panas tuh bibir." "Kok bisa?" "Iya lah aku cium." "Ck, nggak sopan. Mana boleh begitu, apa-apa yang dipaksakan tuh nggak baik." "Kalau nggak maksa kamu nggak mau. Giliran dipaksa merasa terdzolimi. Aku bingung tapi aku masih sabar. Aku yakin kedua orang tuamu saat ini juga mau ketemu sama aku." "Jangan lama-lama, nggak usah drama juga." "Siap sayang, kurang lebih tiga ratus enam puluh ribu detik." "Itu mah lama, jangan menyusahkan kalau bertamu." "Biasanya juga kamu nggak nemenin. Nad, cincin pernikahan kita mana? Kalau mau pisah aturannya harus dibalikin," kata Saga

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 107. SPSG

    "Nggak usah sayang, sayangan, nggak suka dengernya," protes Nada melirik kesal. "Hmm, kalau sayang beneran gimana? Ada pertimbangan nggak buat rujuk." "Nggak usah bahas itu mulu kenapa sih. Mau nganter atau mau drama, aku males nih dengernya." "Iya iya, aku anterin sampai tujuan. Mau ke mana dulu juga boleh, mumpung aku lagi ada banyak waktu." Saat ini sebenarnya selalu ada waktu. Bahkan dia rela mengesampingkan urusannya demi waktu bersama Nada. Sekarang baru berasa sekali, beberapa hari tidak bertemu rasanya tersiksa, padahal kemarin dia enjoy saja ngadep orangnya setiap hari, orangnya malah tidak dihargai. Pantas saja Nada ngamuk, sakit hati berujung minta pisah. Mobil Saga keluar dari area kampus, lebih dulu mengantar Nada ke kosan temannya, lalu rencananya kembali ke rumah. "Jadi di sini kamu ngumpet kemarin?" tanya pria itu ikut turun di depan kosan. "Kakak tunggu di sini saja, aku cuma ambil barang." "Aku harus mastiin biar kamu nggak belok, salah-salah kabur l

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 106. SPSG

    "Masih sakit?" tanya Saga masih mengusap lembut puncak kepalanya. Beberapa hari ini tidak bertemu, bukan berarti tidak peka lagi, tetapi menahan diri untuk memberikan ruang pada Nada berpikir. Sama-sama menepi untuk kemudian saling intropeksi diri. Netra keduanya bertemu, diam beberapa detik hingga seketika Nada tersadar ada rasa yang tidak nyaman. Dia bergerak menjauh hingga membuat Saga menarik tangannya. "Nggak, cuma kaget aja." Tadinya lumayan berdenyut, hanya beberapa detik dan sekarang sudah tidak terasa sakit lagi. Nada segera menormalkan ekspresinya. Berhadapan dengan pria ini selalu membuatnya tidak nyaman. "HPnya Kak," pinta Nada setelah pria itu mengambilnya tadi. Nada harus segera turun dari mobil Saga, dia tidak ingin terjebak di sana. "Kemarin ke mana?" tanya pria itu lagi ingin tahu. Menyerahkan ponsel di tangannya yang langsung diterima. "Nenangin diri," jawab Nada jujur. Memang benar begitu, di rumah terlalu berisik, tetapi dia sadar tengah menumpang pad

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 105. SPSG

    Saga menyempatkan menutup pintu agar pembicaraan mereka tidak ada yang dengar. Dia tahu sikapnya hari ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan banyak orang. "Lain kali mengabari, setidaknya sama orang tua kamu. Mereka cemas sampai hampir buat laporan kehilangan ke kantor polisi." Rencananya begitu kalau sampai dua kali dia puluh empat jam belum ada kabar. Saga marah seperti ini karena cemas. Sayangnya yang dikhawatirkan tidak mau tahu. "Iya nanti aku pulang, nanti aku kabari papa sama mama," jawab Nada mengalihkan tatapannya. Padahal Saga sudah mati-matian menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. Tetap saja dia merasa kesal dengan respon Nada yang begitu santai. Pria itu masih berdiri menatapnya, perasaannya sulit ditafsirkan. Antara kesal, marah, khawatir, dan rasa entah. Campur aduk tanpa bisa mendefinisikan. "Terus kenapa Kak Saga masih di sini? Sana keluar, main usir anak-anak lain sesukamu. Tahu ini kampus keluargamu, tapi jangan arogan. Mereka bayar juga di

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 104. SPSG

    Sayangnya Saga tidak mempunyai nomor teman-temanya Nada. Dia memang tidak terlalu dekat dengan adik tingkat. Apalagi perihal nomor ponselnya, tentu dia tidak menyimpan kalau yang tidak penting-penting amat. Pria itu terus mencari kontak nomor yang mungkin saja bisa memberikan petunjuk. Salah satu teman Nada pasti tahu keberadaannya. Feelingnya mengatakan, Nada tidak mungkin jauh ke mana-mana mengingat dia sedang hamil dan terikat dengan pendidikannya. "Bagaimana Ga? Apa sudah ada kabar?" tanya Nyonya Hira cemas. Khawatir mengingat beberapa hari ini Nada kena omelan terus. Takutnya malah berontak karena merasa tidak nyaman di rumah. "Saga tidak punya nomor temannya Nada, Ma, ini lagi usaha minta sama teman Saga, mana tahu punya. Mama tenang ya, Saga bantuin nyari sampai Nada ketemu." Saga menghubungi Zian, mana tahu sahabatnya itu tahu nomor telepon Nimas atau Raisa. Mengingat keduanya yang paling dekat dengan Nada. Sayang sekali Zian juga tidak punya. Tetapi pria itu bisa men

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 103. SPSG

    "Kenapa jam segini Nada belum pulang?" tanya Pak Arya khawatir. "Nggak tahu Pa, mungkin sebentar lagi." "Ini hampir petang, memangnya dia tidak mengabari kalau tadi pergi ke mana." Pak Arya khawatir, karena beberapa hari ini hubungan dengan putrinya tidak terlalu baik. Beliau cenderung menasihati bernada marah-marah yang mungkin saja membuat putrinya tidak nyaman. Bukan maksud hati demikian, hanya saja beliau tidak suka masalahnya berlarut. Sebagai orang tua, Pak Arya terus kepikiran akan nasib Nada nantinya. Cita-cita dia sudah berantakan sejak terjadi insiden itu. Dia merasa nama putrinya diselamatkan walaupun Saga jelas pelakunya. Bukan memaklumi, tetapi akhirnya berdamai mengingat Saga juga tidak ada niatan. Keduanya dalam masalah sebab kelalaian menjaga diri dan atas campur tangan orang lain. "Tadi Nada hanya pamit ke kampus, mungkin ada tugas kelompok. Biar mama telfon dulu." Bu Hira tidak sepanik dulu, membuat Pak Arya sedikit menaruh curiga. Biasanya beliau ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status