Home / Young Adult / Sentuhan Panas Senior Galak / Bab 4. Tatapan Menghanyutkan

Share

Bab 4. Tatapan Menghanyutkan

Author: Asri Faris
last update Last Updated: 2025-01-13 13:16:55

Luka tak berdarah, membawanya melesak dalam lamunan. Tidak salah lagi, memang Kak Saga yang tengah menatapnya. Tapi kenapa dia bisa ada di sini. Apa katanya? Menjadi pemateri di sini? Sungguh hari-hari yang buruk bagi Nada. Bagaimana pria brengsek itu bisa dipilih mengisi workshop. Arkhhk ... sialan!

Nada tidak mendengarkan sama sekali ketika pria itu tengah memberikan sambutan. Dia hanya mengingat point pentingnya dan langsung membuatnya muak seketika mengingat peristiwa kemarin.

Mendadak perut Nada mules mengingat itu semua. Wajahnya nampak pucat dan tidak berkonsentrasi sama sekali.

"Da, kamu kenapa?" tanya Nimas memperhatikan wajahnya yang memucat. Sementara pria di depannya masih terus berbicara dengan bahasa yang jelas bisa diterima dengan menarik. Mereka tidak menyangka sekali kalau Kak Saga yang didapuk mengisi materi.

"Nggak apa-apa," jawabnya mencoba tenang. Tidak mau terlalu terlihat di matanya yang jelas-jelas tidak diinginkan.

Nada ingin sekali keluar dari ruangan itu. Mendadak sangat tidak nyaman. Apalagi ketika ia mengangkat kepalanya lalu tanpa sengaja pandangan mereka bertemu. Dia terdiam sejenak dengan mata memanas, sementara cowok di depan sana terlihat datar.

Saga terdiam sejenak, sebelum akhirnya kembali menyerukan sambutan perkenalan diri secara akrab. Lalu meminta Satu persatu anak-anak diminta untuk memperkenalkan diri secara berurutan.

"Baiklah, bisa dimulai dari yang paling belakang sebelah kiri!" seru Sindu mempersilahkan. Kalau biasanya dimulai dari depan, kali ini Sindu menggunakan lajur yang sedikit berbeda.

"Silahkan sebut nama lengkap, asal fakultas dan tahun angkatan!" ujarnya kembali berseru.

Jujur, Nada masih lumayan ngeblank. Belum apa-apa sudah tidak minat mengikuti workshop yang bahkan baru saja dimulai. Apakah dia bisa mundur dari kepanitiaan ini? Atau justru terus melangkah maju mengabaikan pria itu.

Satu-satunya hal yang harus Nada ingat, bahwa mereka tidak mengenal sama sekali. Tetapi kenapa dipertemukan dengan keadaan yang membuatnya semakin ingin meneriakinya dengan perasaan marah. Dia sudah mengambil apa yang paling berharga dalam dirinya.

"Nad, Nada, giliran kamu," kata Nimas sampai menyikutnya karena tidak fokus. Raganya di sana, tetapi pikirannya justru melang-lang entah ke mana.

Gadis itu langsung tersadar dari lamunan sesaatnya, lalu segera menyerukan nama perkenalan yang cukup disimak Saga. Bahkan pria itu terlihat menatapnya begitu lekat. Entah itu perasaannya saja, atau dia yang terlalu parno efek insiden yang pernah mereka lalui.

"Kurang keras, tolong ulangi!" seru pria itu sepertinya sengaja membuat Nada kesal. Sudah jelas dia berbicara dengan volume yang cukup jelas terdengar.

"Nada Zachira Aryanto, fakultas Ekonomi, angka—"

"Sudah cukup, silahkan sebelahnya," potong Saga tidak sopan sekali. Tadi menyuruh mengulang, sekarang seenak kata mengalihkannya.

Gadis itu menghela napas panjang. Menelan ludah dengan sabar. Sadar betul dia dalam situasi yang mendadak diperhatikan.

"Nad, sepertinya Bang Saga nandain kamu deh, sampai-sampai disuruh mengulang perkenalan," bisik Nimas mengerling.

"Nggak mungkin lah, orang seperti dia notice ke aku," jawabnya yakin. Semakin mengenalnya, semakin tidak ingin dekat atau tahu tentang pria itu. Dia malah takut kalau diam-diam Saga menyadari Nada gadis yang bersamanya malam itu.

Entah kenapa ada kesedihan yang tidak bisa Nada ungkapkan. Jelas dia marah, tetapi tidak sanggup berurusan dengannya biarpun telah dirugikan. Dia masih tidak menyangka kalau Kak Saga yang telah merampas Kegadisannya.

Sepertinya pria itu baik-baik saja walaupun telah melakukan kesalahan yang begitu fatal terhadap dirinya. Jangan-jangan hal itu sudah terlalu biasa baginya.

Usai perkenalkan, langsung dilanjutkan materi. Pria itu menjelaskan bagaimana gambaran ospek secara umum. Sekiranya apa yang akan mereka hadapi di lapangan. Semua diorasikan secara terperinci.

Hati Nada masih terasa dongkol, tetapi justru telinganya menyimak dengan seksama. Walaupun pandangannya tidak berniat melihatnya secara jelas. Nada lebih memilih melihat ke arah white board di depan sana. Setiap bertemu tatap dengannya, hatinya berkecamuk tidak karuan.

"Apa ada yang lebih menarik selain omongan saya di depan!" ujarnya setengah menyindir. Saat melirik wajahnya tak mendapati gadis itu memperhatikan dirinya. Apakah diam-diam Saga melihatnya.

"Tolong perhatikan dan bila perlu catat semua point-pointnya. Saya tahu di sini kalian adalah mahasiswa terpilih dan dengan kesadaran penuh bersedia mengikuti. Jadi, bersikaplah tanggung jawab dan serius," seru pria itu yang lebih terasa terdengar sindiran bagi Nada.

Acara berlangsung hingga sore hari. Nada memutuskan langsung pulang ke kosan. Hari ini terasa penat dan berat gegara bertemu dengannya kembali dalam satu sesi.

Sesampainya di parkiran kampus, Nada mendapati sisi kiri, kanan dan depan motornya terhalang motor lain. Mana motor besar lagi, itu jelas menyulitkan dirinya mengeluarkan motor miliknya.

"Ya ampun ... gimana ngeluarin motornya ini," gumam Nada kerepotan sendiri. Dia jelas kesulitan menggeser-geser motor lainnya.

Perempuan itu pun celingukan mencari pertolongan. Belum ada tanda-tanda pemilik motor mendekati. Bagaimana dia pulang kalau begini.

"Nyusahin banget sih motor siapa," gerutu gadis itu kesal. Mencoba menggeser tetep kewalahan sendiri.

Perempuan itu menunggu dengan tidak sabar. Cukup lama juga tidak ada yang datang.

"Kak Zian!" seru Nada menebalkan muka. Sesungguhnya dia malu sekali menghampiri anak BEM itu.

"Iya, kenapa?" tanya pria itu ramah.

"Bisa minta tolong," ujarnya tak ada pilihan. Dia pria yang Nada temui paling dekat dengan parkiran. Yang lainnya banyak, tetapi karena ini juga sudah sore tentu sudah pada pulang.

"Apa?" katanya mengikuti arahannya.

"Bisa keluarin motor ini nggak ya, aku nggak kuat mau geser-geser. Berat, mana yang punya siapa nggak tahu," tunjuk Nada penuh harap.

"Oalah ... kamu Nada anak fekon?" tebak cowok itu membuatnya ngangguk.

"Iya, kok tahu," jawabnya jadi salah tingkah.

"Iya, kenalin, aku Zian, udah tahu ya." Zian mengulurkan tangannya tanda perkenalan secara spesifik.

"Siapa sih yang nggak tahu Kakak," balas Nada tersenyum sembari menerima uluran tangannya.

"Zi! Ngapain?" seru seorang pria menghampiri. Melihat Zian hampir menggeser motornya.

"Ga, motor lo nih nanggung. Dia nggak bisa keluar."

"Ya elah ... gua atasin," ujar pria itu meliriknya dingin. Entahlah, melihatnya kesal sekali sekaligus penasaran.

Nada hanya diam saat pria itu memindah motornya. Setelahnya Zian dan Saga terlibat obrolan yang jelas-jelas mengabaikan Nada di sana.

Sebenarnya dia ingin mengucapkan terima kasih pada Zian, tapi niatnya terhalang karena ada cowok brengsek itu.

"Nada, udah mau pulang?" seru pria itu notice dengannya juga.

"Iya Kak, makasih ya, Nada duluan," ujarnya mengangguk sopan. Sama sekali tidak berniat menatap pria di sampingnya yang jelas-jelas tengah menatapnya juga. Hatinya selalu membara setiap kali bertemu tatap dengannya.

"Suka?" celetuk Saga demi melihatnya terus menatap hingga motor Nada berlalu.

"Haha ...," jawab pria itu tersenyum. Tidak mengiyakan pun tidak menolak.

"Hati-hati," kata pria itu mengarah ke Nada seolah tengah memperingatkan sahabatnya. Perkataan Saga membuat Zian bingung tentunya. Kenapa dia harus berhati-hati, apakah Nada gadis cukup berbahaya untuk didekati?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Fatiya Hasna
Lah kok apa maksudnya Saga suruh hati² sama Zian ketika Zian memperhatikannya? bikin orang bingung saja kamu, Ga? Apa mungkin hati² udah kamu tandain???
goodnovel comment avatar
jihandwiannisa110
hati hati Nada sudah ada yg nandain........
goodnovel comment avatar
Ida Nur
hati hati.kamu berhadapan denganku Zian...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 108. SPSG

    "Makasih Kak," ucap Nada berniat langsung turun tanpa menawarkan bertamu. "Nggak usah turun, nanti kusampaikan pada mama papaku kalau Kak Saga yang nganter." "Kamu lagi ngusir aku? Setidaknya bikin alasan yang masuk akal dikit kalau tidak mau menawarkan bertamu." "Kupikir Kak Saga sibuk, mau langsung pulang." "Lama-lama kamu ngeselin, untung aku udah belajar sabar. Kalau masih kaya dulu udah pasti panas tuh bibir." "Kok bisa?" "Iya lah aku cium." "Ck, nggak sopan. Mana boleh begitu, apa-apa yang dipaksakan tuh nggak baik." "Kalau nggak maksa kamu nggak mau. Giliran dipaksa merasa terdzolimi. Aku bingung tapi aku masih sabar. Aku yakin kedua orang tuamu saat ini juga mau ketemu sama aku." "Jangan lama-lama, nggak usah drama juga." "Siap sayang, kurang lebih tiga ratus enam puluh ribu detik." "Itu mah lama, jangan menyusahkan kalau bertamu." "Biasanya juga kamu nggak nemenin. Nad, cincin pernikahan kita mana? Kalau mau pisah aturannya harus dibalikin," kata Saga

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 107. SPSG

    "Nggak usah sayang, sayangan, nggak suka dengernya," protes Nada melirik kesal. "Hmm, kalau sayang beneran gimana? Ada pertimbangan nggak buat rujuk." "Nggak usah bahas itu mulu kenapa sih. Mau nganter atau mau drama, aku males nih dengernya." "Iya iya, aku anterin sampai tujuan. Mau ke mana dulu juga boleh, mumpung aku lagi ada banyak waktu." Saat ini sebenarnya selalu ada waktu. Bahkan dia rela mengesampingkan urusannya demi waktu bersama Nada. Sekarang baru berasa sekali, beberapa hari tidak bertemu rasanya tersiksa, padahal kemarin dia enjoy saja ngadep orangnya setiap hari, orangnya malah tidak dihargai. Pantas saja Nada ngamuk, sakit hati berujung minta pisah. Mobil Saga keluar dari area kampus, lebih dulu mengantar Nada ke kosan temannya, lalu rencananya kembali ke rumah. "Jadi di sini kamu ngumpet kemarin?" tanya pria itu ikut turun di depan kosan. "Kakak tunggu di sini saja, aku cuma ambil barang." "Aku harus mastiin biar kamu nggak belok, salah-salah kabur l

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 106. SPSG

    "Masih sakit?" tanya Saga masih mengusap lembut puncak kepalanya. Beberapa hari ini tidak bertemu, bukan berarti tidak peka lagi, tetapi menahan diri untuk memberikan ruang pada Nada berpikir. Sama-sama menepi untuk kemudian saling intropeksi diri. Netra keduanya bertemu, diam beberapa detik hingga seketika Nada tersadar ada rasa yang tidak nyaman. Dia bergerak menjauh hingga membuat Saga menarik tangannya. "Nggak, cuma kaget aja." Tadinya lumayan berdenyut, hanya beberapa detik dan sekarang sudah tidak terasa sakit lagi. Nada segera menormalkan ekspresinya. Berhadapan dengan pria ini selalu membuatnya tidak nyaman. "HPnya Kak," pinta Nada setelah pria itu mengambilnya tadi. Nada harus segera turun dari mobil Saga, dia tidak ingin terjebak di sana. "Kemarin ke mana?" tanya pria itu lagi ingin tahu. Menyerahkan ponsel di tangannya yang langsung diterima. "Nenangin diri," jawab Nada jujur. Memang benar begitu, di rumah terlalu berisik, tetapi dia sadar tengah menumpang pad

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 105. SPSG

    Saga menyempatkan menutup pintu agar pembicaraan mereka tidak ada yang dengar. Dia tahu sikapnya hari ini mungkin akan menimbulkan pertanyaan banyak orang. "Lain kali mengabari, setidaknya sama orang tua kamu. Mereka cemas sampai hampir buat laporan kehilangan ke kantor polisi." Rencananya begitu kalau sampai dua kali dia puluh empat jam belum ada kabar. Saga marah seperti ini karena cemas. Sayangnya yang dikhawatirkan tidak mau tahu. "Iya nanti aku pulang, nanti aku kabari papa sama mama," jawab Nada mengalihkan tatapannya. Padahal Saga sudah mati-matian menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya. Tetap saja dia merasa kesal dengan respon Nada yang begitu santai. Pria itu masih berdiri menatapnya, perasaannya sulit ditafsirkan. Antara kesal, marah, khawatir, dan rasa entah. Campur aduk tanpa bisa mendefinisikan. "Terus kenapa Kak Saga masih di sini? Sana keluar, main usir anak-anak lain sesukamu. Tahu ini kampus keluargamu, tapi jangan arogan. Mereka bayar juga di

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 104. SPSG

    Sayangnya Saga tidak mempunyai nomor teman-temanya Nada. Dia memang tidak terlalu dekat dengan adik tingkat. Apalagi perihal nomor ponselnya, tentu dia tidak menyimpan kalau yang tidak penting-penting amat. Pria itu terus mencari kontak nomor yang mungkin saja bisa memberikan petunjuk. Salah satu teman Nada pasti tahu keberadaannya. Feelingnya mengatakan, Nada tidak mungkin jauh ke mana-mana mengingat dia sedang hamil dan terikat dengan pendidikannya. "Bagaimana Ga? Apa sudah ada kabar?" tanya Nyonya Hira cemas. Khawatir mengingat beberapa hari ini Nada kena omelan terus. Takutnya malah berontak karena merasa tidak nyaman di rumah. "Saga tidak punya nomor temannya Nada, Ma, ini lagi usaha minta sama teman Saga, mana tahu punya. Mama tenang ya, Saga bantuin nyari sampai Nada ketemu." Saga menghubungi Zian, mana tahu sahabatnya itu tahu nomor telepon Nimas atau Raisa. Mengingat keduanya yang paling dekat dengan Nada. Sayang sekali Zian juga tidak punya. Tetapi pria itu bisa men

  • Sentuhan Panas Senior Galak   Bab 103. SPSG

    "Kenapa jam segini Nada belum pulang?" tanya Pak Arya khawatir. "Nggak tahu Pa, mungkin sebentar lagi." "Ini hampir petang, memangnya dia tidak mengabari kalau tadi pergi ke mana." Pak Arya khawatir, karena beberapa hari ini hubungan dengan putrinya tidak terlalu baik. Beliau cenderung menasihati bernada marah-marah yang mungkin saja membuat putrinya tidak nyaman. Bukan maksud hati demikian, hanya saja beliau tidak suka masalahnya berlarut. Sebagai orang tua, Pak Arya terus kepikiran akan nasib Nada nantinya. Cita-cita dia sudah berantakan sejak terjadi insiden itu. Dia merasa nama putrinya diselamatkan walaupun Saga jelas pelakunya. Bukan memaklumi, tetapi akhirnya berdamai mengingat Saga juga tidak ada niatan. Keduanya dalam masalah sebab kelalaian menjaga diri dan atas campur tangan orang lain. "Tadi Nada hanya pamit ke kampus, mungkin ada tugas kelompok. Biar mama telfon dulu." Bu Hira tidak sepanik dulu, membuat Pak Arya sedikit menaruh curiga. Biasanya beliau ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status