Share

Bab 4

Penulis: Ditafeb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-24 16:49:11

Ciuman Alva terasa kasar dan menyakitkan dalam waktu bersamaan. Kylie harus menopang tubuhnya sendiri dan membiarkan tubuh lainnya dikendalikan oleh Alva. Memberontak pun tak ada gunanya. Karena pria itu sedang dilanda oleh emosi. Lambat laun Kylie merasakan jika ciuman Alva mulai melembut seiring berjalannya waktu.

Alva seperti tidak ingin melepaskan. Hingga akhirnya mau tidak mau Kylie jatuh kembali ke dalam jurang yang dibuatnya sendiri. Kylie membalas pagutan lembut yang diberikan Alva. Kylie terbuai oleh sentuhan Alva. Hatinya ingin menolak. Namun, tubuhnya berkata lain. Tubuh dan hatinya tidak bekerja sama. Mereka berjalan berlawanan arah.

Alva melepaskan ciumannya saat dirasa cukup untuk melampiaskan emosi. Ia memandang wanita yang sebentar lagi menyandang status sebagai istrinya. Tinggal hitungan 2×24 jam maka status tersebut sudah tersemat untuk selamanya.

"Bisa kau jelaskan ke mana kau seharian ini, Baby? Kau membuatku khawatir. Telepon, chat, semuanya tidak kau balas. Bisa kau jelaskan, hmm?"

Nada suara Alva berubah dingin. Kylie tau pria di depannya ini berusaha mati-matian untuk menahan emosinya, tapi apa pedulinya.

"Kylie Victoria Houston! Gunakan mulutmu untuk berbicara!!" tegas Alva.

"Aku bertemu dengan teman."

"Siapa? Laki-laki atau ..."

Lihatlah! Alva berubah menjadi pria yang protective.

"Perempuan," jawab Kylie malas memotong perkataan Alva yang berujung pada perdebatan tiada ujung.

"Lalu kenapa handphone.."

Kylie mengeluarkan handphonenya dari dalam tas. "Lihat! Baterai ponselku habis. Jadi aku tidak bisa memberi kabar padamu." Kylie menjawabnya berdasarkan fakta.

Alva mengembuskan napasnya kasar. Ia menjauh dari atas tubuh Kylie dan duduk di kursi kemudi. "Kau tau Baby, aku mengkhawatirkanmu seharian ini. PikiranKu kalut saat tidak ada satu pun kabar darimu. Aku mencoba untuk menghubungimu, tapi tidak bisa dan melihatmu berada di sana tadi dengan pakaian seperti itu, berhasil memancing emosiku."

Kylie mengerutkan kening seraya memandang pria di sebelahnya. Alva balas memandang Kylie.

"Untuk yang tadi, aku tidak akan meminta maaf. Itu adalah konsekuensi yang harus kau terima. Kau dengar, Baby?" Kylie memutar bola matanya malas. Ia pikir Alva akan meminta maaf kepadanya karena telah bertindak seperti tadi. Namun, ternyata dugaannya salah.

Oh my god! Apa sekarang dirimu mengharapkan permintaan maaf dari pria itu, Kylie. Sulit di percaya! tegur batinnya.

Entahlah, dirinya juga tidak tahu mengapa dia mengharapkan hal yang tidak seharusnya diharapkan. Permintaan maaf pria itu? Cih!

"Sebaiknya kita pulang. Hari sudah menjelang malam, Baby," ujar Alva dan mengendarai mobilnya untuk pulang.

Bersyukur jalanan tidak terlalu macet. Jadi tidak memakan banyak waktu selama perjalanan. Mereka sampai di kediaman Houston. Romina dan Daniel langsung menyambut mereka. Tidak lupa Math dan Edymar juga sedang berkumpul di ruang tamu.

"Kalian sudah datang sayang? Mom kira kalian akan menginap di hotel malam ini," gurau Romina. Mata Kylie melotot. Dirinya baru pulang dan disambut dengan pertanyaan seperti itu.

"Tidak boleh! Mereka belum sah, Darling," kata Daniel.

"Aku hanya bercanda, Sayang. Dulu pun kau juga seperti itu." Romina terkekeh.

Math menggelengkan kepala melihat kelakuan ibunya yang tidak tahu kondisi itu. Diumur yang sudah tua saja, ibunya masih mempunyai sifat seperti seorang gadis umur dua puluh tahunan. Sangat ajaib!

Kylie mengerucutkan bibirnya melihat semua orang tengah menertawai dirinya. Apalagi melihat kakak dan kakak iparnya seperti memadu kasih di depan matanya.

"Besok kau sudah menikah jadi bersabarlah jika ingin sepertiku," ujar Math mengejek adiknya yang tengah menatapnya.

Kylie mendelik tajam. Edymar lagi-lagi hanya tertawa melihat tingkah laku dua saudara tersebut. Tangannya sesekali mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit diikuti tangan suaminya.

"Mom, lihat Kak Math! Dari tadi dia mengejekku terus," adu Kylie.

"Sudah mau menikah saja, kau masih suka mengadu. Dasar anak kecil!"

Merasa tidak terima disebut seperti itu, Kylie menatap nyalang kakaknya. Daniel dengan cepat melerai sebelum terjadi perang dingin di rumahnya.

"Kau pun juga sama, Son, Dari tadi kerjaanmu hanya mengikuti pantat istrimu saja. Dia ke dapur, kau mengikuti di belakang. Dia di taman, kau juga membuntuti dari belakang seperti ketan. Bahkan dia di sofa pun, kau menghimpitnya terus menerus. Apa itu tidak beda jauh dari anak kecil yang seakan kehilangan induknya."

Skakmat! Math diam tidak bersuara. Benar yang dikatakan ayahnya. Selama masa kehamilan istrinya itu, ia seakan tidak ingin berada jauh-jauh dari sisi istrinya. Udara seakan lenyap begitu saja, saat Math tidak di samping istrinya, Edymar. Bahkan pekerjaan kantor pun ia biarkan lalai begitu saja.

Kylie tertawa melihat kakaknya mati kutu di depan ayahnya. Rasanya bahagia sekali bisa membalas sang kakak. Walaupun, yah … ayahnya yang mengucapkan hal tersebut.

Tidak ingin harga dirinya jatuh begitu saja, Math mengalihkan topik pembicaraan.

"Bagaimana dengan rumah yang kau bilang padaku?" tanya Math kepada Alva.

"Seperti biasa. Tidak ada halangan." Math mengangguk.

Daniel dan Romina menatap mereka penuh tanda tanya. Begitu pula dengan Kylie dan Edymar.

"Tu-tunggu, rumah? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Romina.

Alva menghadap ke semua orang untuk memberi penjelasan.

"Setelah menikah, aku berencana ingin membawa Kylie untuk tinggal bersamaku. Aku sudah membeli rumah. Tidak terlalu besar memang dari rumah milik Mom dan Dad, tapi setidaknya cukup untuk keluarga kecil kami."

"Kenapa harus pergi dan pindah. Apa mansion ini mempunyai kekurangan?" Wajah sedih Romina terlihat jelas.

Alva menggeleng tanda tidak setuju dengan ucapan calon ibu mertuanya. "Bukan seperti itu, Mom. Aku hanya ingin membangun keluarga kecilku sendiri. Lagi pula setelah menikah, aku dan Kylie akan sering-sering mampir ke sini."

"Sudahlah, Darling. Kita harus menghormati keputusan Alva." Romina mengangguk dengan senyuman.

Sementara Kylie, ia merasa itu adalah peluang besar bagi dirinya untuk membuat kehidupan pernikahannya dengan Alva tidak seperti dengan pernikahan lainnya. Pernikahan yang penuh kepalsuan dan penderitaan di dalamnya.

Setelah menghabiskan waktu berkumpul bersama. Alva pamit untuk pulang. Kylie mengantarnya sampai depan rumah. Walau dengan senyum terpaksa dan enggan untuk melakukannya. Kylie tetap mengantar Alva.

Alva sendiri sedari tadi hanya menggenggam tangan Kylie sampai di depan pintu. "Besok hari pernikahan kita. Istirahatlah yang cukup malam ini. Jangan begadang dan tidurlah. Aku pamit pulang," ujar Alva lalu mengecup kening Kylie lama dan turun sekilas di bibirnya sebelum pergi.

Kylie memandang nanar. "Setelah hari esok adalah hari penderitaanmu Alva di dalam pernikahan ini," gumam kylie. Matanya terus menyorot tajam kepada Alva yang tengah melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.

o0o

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 16

    Kylie terbangun, semalam dirinya begitu hanyut oleh untaian kata dari suaminya. "Namamu akan selalu berdetak disini mengikuti jantungku. Dan akan terus mengalir bersama darahku." Kalimat yang membuat dirinya terbangun seakan terus terngiang di kepalanya. Ia meraba sebuah tangan diatas perutnya. Mengelusnya kemudian menggenggam jarinya. Sesaat semuanya kembali hening begitupun dengan pikirannya.Apa yang harus kulakukan? Bisikan hati kecilnya tiba-tiba muncul.Ini salah! Dan Kylie tahu itu. Tidak, lebih tepatnya ini tidak boleh terjadi. Ia tidak mungkin mempunyai perasaan itu. Tangannya meraba dadanya, jantung ini selalu berdetak. Debarannya kembali terasa saat dirinya berada di pelukan suaminya. Kylie tau ia sudah mulai jatuh ke dalam neraka yang di buatnya, bahkan sebelum neraka itu di mulai."Ini tidak boleh terjadi... Tidak! Ini tidak boleh terjadi..." Kylie terus melafalkan kalimat tersebut berulang-ulang."Apa yang tidak boleh terjadi?"Rasa terkejut membuat tubuhnya bergetar.

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 15

    Kylie keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja rias depan cermin. Dia mengambil pengering rambut dan melepaskan handuk kecil di kepalanya lalu mulai mengeringkan rambutnya. Suatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak mengenal dunia kecantikan. Waktu itu umurnya masih lima tahun ketika melihat sang ibu melakukan hal ini di setiap keramas. Dibandingkan bermain Kylie lebih suka menirukan gaya ibunya. Mengingat masa kecilnya membuatnya lagi-lagi tersenyum. Kylie meletakkan pengering rambut pada tempatnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin di depannya. Tidak lama, kemudian tangannya mengambil sebuah cream dan mengusapnya di wajahnya. Kebiasaan rutin yang selalu Kylie lakukan. Tidak hanya pada wajah hingga ke bagian leher dan area punggung tangannya turut di berikan.Bel kamarnya berbunyi. Kylie beranjak dari duduknya manisnya. "Siapa?" tanyanya dari dalam. Tidak mungkin ia membukakan pintu begitu saja. Kylie adalah gadis yang sudah mempunyai suami, sangat tidak pantas j

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 14

    "Al, kemarilah! Lihat pasirnya putih sekali." Seru Kylie dengan wajah sumringahnya. Kakinya menghentak diatas pasir itu sesekali bermain. Tak jarang tingkahnya menjadi sorotan oleh semua orang. Berbeda dengan Alva yang saat ini menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, istri cantiknya itu memamerkan tubuhnya di bawah paparan sinar matahari. Yah, mereka saat ini tengah berada di sebuah pantai bernama Lake MacKenzie. "Al kemarilah dan temani aku. Kamu tega membiarkanku bermain sendiri." kesal Kylie karena merasa di abaikan oleh suaminya itu. Alva hanya melirik tidak minat. Niat ingin bermesraan dengan istrinya itu gagal karena pasir putih yang menarik seluruh perhatian Kylie. "Bermain saja sendiri aku tidak minat," ucapnya. "Baiklah terserah saja," abai Kylie. Ia nampak menikmati keindahan pasir putih itu. Mengabaikan suaminya yang terserang dongkol karena ucapan istrinya. Keindahan pasir putih itu memang menyorot penuh seluruh perhatiannya. Ia jadi teringat sewaktu bersama kakaknya du

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 13

    Perth International Terminal, nama terpajang besar saat mereka menginjakkan kaki di Ausralia. Alvarez mengandeng tangan istrinya Kylie selama perjalanan. Kylie yang bergelayut manja di lengan suaminya. Dan Alva yang setia merangkul pinggang rampinh istrinya membuat mereka tanpa sengaja telah menjadi sorotan pasang mata yang berlalu lalang itudi sekitar.Alvarez berhenti tepat di pinggir jalan, matanya celingukan ke samping kanan kiri menjadikan sebuah tanda tanya bagi Kylie. Lalu selang beberapa detik kemudian tangan Alva terulur keatas dan melambai. Kylie menatap kearah dimana Alva melambaikan tangannya. Lalu datanglah sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mereka. Kylie memandang suaminya penuh tanya bercampur penasaran Alva hanya membalasnya dengan tersenyum lalu membuka pintu mobil dan mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam mobil. "Masuklah!"Kylie memandang suaminya seolah bertanya 'kau yakin?'Alva membalasnya dengan tersenyum, "untuk istri tercintaku, jadi masukla

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 12

    Nikmatin lagunya yah guys😂Song : Ed Sheran-How would you feel❤❤~~~Penerbangan mereka jatuh pada malam hari. Usai melewati beberapa prosedur memasuki pesawat. Kylie bersama Alva tengah duduk nyaman di kursi kelas atas. Mereka akhirnya berangkat bulan madu sesuai perencanaan mereka. Alva memberitaunya jika tujuan bulan madu mereka adalah di sebuah pulau berada di Australia bernama Lake Mckenzie.  Masih terngiang di ingatakan Kylie waktu ia mencari informasi tentang pulau tempat dimana mereka akan menikmati bulan madu.Lake McKenzie, AustraliaLake McKenzie adalah salah satu danau yang airnya murni berasal dari hujan. Tidak dialiri oleh sungai dan tak bermuara ke laut. Selain itu, pasir yang ada di dasar maupun di tepi danau berwarna putih, tidak hanya indah tapi juga lembut saat sedang  bersama pasangan berjalan di atasnya. Danau ini juga dikenal memiliki perpaduan warna air biru dan hijau yang jernih serta mempesona. Sangat layak bagi

  • Senyum Pemikat Hati Sang Mafia   Bab 11

    ~Mansion's Houston~Segala persiapan bulan madu sudah di persiapkan. Mulai dari tiket, check-in hotel, dan keperluan mereka. Alva melarang istrinya membawa koper yang berisi terlalu banyak pakaian. Dengan alasan dia bisa membelinya nanti ketika di sana. Kabar bulan madu mereka sudah terdengar sampai keluarga Houston. Daniel dan istrinya, Romina tentu merasa sangat senang sekali. Mereka berharap bulan madu anak dan menantunya itu membuahkan hasil. Kylie sendiri memutar bola matanya malas melihat keambiusan mommy-nya."Mom berharap pulang dari kalian bulan madu langsung membawa kabar gembira untuk kita semua.""Mom!" seru Kylie penuh peringatan."Apa? Kenapa? Bukannya itu kan yang di lakukan saat berbulan madu? Membuat baby?" goda Romina kepada putri bungsunya."Mom, kak Edy saja belum brojol tapi mom sudah mengharapkan ke yang lain.""Apa salahnya? Mom hanya menerima bukan membuat. Tentu saja mom senang jika mendapatkan dua cucu s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status