Beranda / Romansa / Serenade Cinta Dibawah Bintang / Bab 76 Pelabuhan Harapan

Share

Bab 76 Pelabuhan Harapan

Penulis: San_prano
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-28 00:45:55

Pagi itu, semilir angin membawa aroma laut yang asin dan menyegarkan, mengiringi langkah Luna dan Adrian menuju dermaga kecil di pinggiran kota. Langit bersih, biru tanpa cela, seolah ikut merestui perjalanan mereka kali ini—sebuah perjalanan yang bukan hanya tentang tempat, tapi tentang keberanian melangkah ke masa depan.

Luna menggenggam erat tangan Adrian, jemarinya hangat dalam genggaman pria itu. Hatinya berdebar, bukan karena gugup, tapi karena kebahagiaan yang begitu tenang. Setelah semua badai yang mereka lewati—salah paham, perpisahan, rasa ragu—kini mereka berdiri di tempat yang sama, dengan arah pandang dan tujuan yang serupa.

“Kenapa pilih tempat ini?” tanya Luna pelan, menatap ke laut yang luas.

“Karena di sini, pertama kali aku sadar… kalau aku nggak mau ke mana-mana selain sama kamu,” jawab Adrian tanpa ragu. “Tempat ini jadi pelabuhan, bukan cuma untuk kapal, tapi juga untuk harapan kita.”

Luna tertawa pelan. “Puitis banget, Mas.”

Adrian mengangka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 78 Pergi, Bukan Melarikan Diri

    Langit Jogja pagi itu tampak cerah, menyambut Luna dengan kehangatan yang berbeda dari ibukota. Angin berembus pelan membawa aroma tanah dan dedaunan yang baru tersentuh matahari. Sesuatu yang sudah lama tak ia rasakan—ketenangan.Luna menarik napas panjang di dalam mobil sewaan yang membawanya dari stasiun ke penginapan. Tas ransel kecil di pangkuannya terasa lebih berat dari seharusnya, seolah bukan hanya berisi pakaian dan buku sketsa, tapi juga beban hati yang belum selesai disusun.Begitu tiba di penginapan bergaya rumah joglo itu, Luna disambut oleh senyum ramah pemilik tempat, Mbak Intan, yang sudah dikenalkan oleh Maya. “Mbak Luna, kamarnya sudah siap ya. Di pojok, dekat taman. Kalau butuh apa-apa tinggal panggil.”Luna mengangguk sambil membalas senyum itu. “Terima kasih, Mbak.”Kamar kayu dengan jendela besar menghadap taman memberikan suasana nostalgia. Luna duduk di ranjang, membuka tirai, dan membiarkan cahaya matahari menari di wajahnya. Ia membuka buku

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 77 Diantara Dua Dunia

    Langit senja di akhir pekan itu tampak seakan meniru suasana hati Luna—lembut namun dipenuhi bayang keraguan. Di ruang tamu apartemen mereka yang kini mulai dipenuhi katalog pernikahan dan undangan pratinjau gaun, suasana justru dingin. Duduk di sisi berlawanan sofa, Luna dan Adrian sama-sama memegang ponsel mereka, namun tidak benar-benar terhubung.“Jadi... Mama kamu beneran minta pernikahan dimajuin ke Desember?” tanya Luna pelan, mencoba terdengar netral meski jantungnya berdebar kencang.Adrian mengangguk tanpa menoleh. “Iya. Katanya mumpung semua keluarga besar bisa kumpul. Kalau nunggu tahun depan, kemungkinan besar banyak yang nggak bisa hadir.”Luna menggigit bibir. “Tapi kita udah rencanain awal tahun depan. Supaya persiapan juga lebih matang, dan... kerjaan kamu juga nggak terlalu padat.”Adrian mendesah, kali ini menurunkan ponselnya. “Lu, aku ngerti. Tapi kamu juga tahu, aku lagi ngejar momentum proyek ini. Labelnya udah setuju ngebuat single duet sama penyanyi Korea itu.

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 76 Pelabuhan Harapan

    Pagi itu, semilir angin membawa aroma laut yang asin dan menyegarkan, mengiringi langkah Luna dan Adrian menuju dermaga kecil di pinggiran kota. Langit bersih, biru tanpa cela, seolah ikut merestui perjalanan mereka kali ini—sebuah perjalanan yang bukan hanya tentang tempat, tapi tentang keberanian melangkah ke masa depan.Luna menggenggam erat tangan Adrian, jemarinya hangat dalam genggaman pria itu. Hatinya berdebar, bukan karena gugup, tapi karena kebahagiaan yang begitu tenang. Setelah semua badai yang mereka lewati—salah paham, perpisahan, rasa ragu—kini mereka berdiri di tempat yang sama, dengan arah pandang dan tujuan yang serupa.“Kenapa pilih tempat ini?” tanya Luna pelan, menatap ke laut yang luas.“Karena di sini, pertama kali aku sadar… kalau aku nggak mau ke mana-mana selain sama kamu,” jawab Adrian tanpa ragu. “Tempat ini jadi pelabuhan, bukan cuma untuk kapal, tapi juga untuk harapan kita.”Luna tertawa pelan. “Puitis banget, Mas.”Adrian mengangka

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 75 Satu Tekad Dalam Langkah Baru

    Udara pagi itu membawa semilir aroma laut dari kejauhan, bercampur dengan bau tanah basah setelah hujan semalam. Cahaya matahari menyelinap perlahan di antara dedaunan yang bergoyang lembut diterpa angin. Di sebuah rumah kecil milik keluarga Adrian yang kini menjadi tempat tinggal sementara mereka berdua, Luna berdiri di depan jendela, menatap langit yang mulai cerah.“Bentar lagi acara lamaran kita bakal jadi perbincangan banyak orang ya,” gumam Luna pelan, setengah tertawa.Adrian yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya ikut tersenyum mendengarnya. “Kita bukan selebritas, tapi kisah kita udah kayak drama Korea ya?”Luna menoleh dengan senyum tipis. “Bedanya, kita beneran hidup di dalamnya.”Mereka tertawa kecil. Tawa yang lepas, hangat, seperti menandai babak baru dalam hidup yang kini mereka masuki bersama-sama. Namun, di balik tawa itu, masing-masing menyadari bahwa langkah yang mereka ambil bukan sekadar tentang romansa. Ini tentang menyatukan dua per

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 74 Menatap Arah Yang Sama

    Angin sore berembus pelan, menggerakkan tirai putih di balkon tempat Luna berdiri. Di tangannya, secangkir teh hangat mengepul perlahan, sementara matanya menatap cakrawala yang mulai keemasan. Waktu seolah bergerak lebih lambat sejak hari pertunangan itu, memberi ruang bagi hatinya untuk mencerna semua perasaan yang belum sempat ia eja satu per satu.Adrian sedang di dalam, duduk di ruang tamu bersama ibunya Luna dan Tante Lia. Mereka membahas rencana kecil ke Jogja untuk mengunjungi keluarga dan sekalian survei tempat untuk prewedding sederhana. Tapi Luna butuh waktu sebentar untuk sendiri—bukan karena ragu, hanya karena ia ingin menyimpan momen itu dalam ingatan, utuh dan penuh rasa syukur.Pintu balkon bergeser. Langkah yang ia kenali menyusul ke belakang.“Kamu ngelamun,” ujar Adrian, berdiri di sampingnya, menatap langit yang sama.“Bukan ngelamun. Lagi ngerasain semuanya. Kayak, ini nyata gak sih?” Luna tersenyum kecil. “Kayak baru kemarin kita ketemu di taman waktu itu. Sekara

  • Serenade Cinta Dibawah Bintang   Bab 73 Simfoni Dalam Langkah Yang Sama

    Malam itu, angin laut menyapu lembut tepian balkon penginapan tempat Luna dan Adrian menginap, setelah pesta kecil pertunangan mereka yang penuh haru dan kejutan. Keduanya duduk berdampingan, masih dalam pakaian formal yang tak sempat mereka ganti. Di antara suara debur ombak dan taburan bintang yang seolah ikut merayakan cinta mereka, Luna bersandar pada bahu Adrian.“Pagi tadi terasa seperti mimpi,” gumam Luna pelan, menatap langit yang gelap namun bertabur cahaya. “Aku bahkan belum benar-benar mencerna semuanya.”Adrian terkekeh pelan, meraih tangan Luna dan menggenggamnya erat. “Kalau ini mimpi, aku enggak mau bangun.”Diam sejenak menyelimuti mereka. Hanya suara alam dan degup jantung masing-masing yang mereka rasakan. Pertunangan itu memang bukan sesuatu yang Luna duga akan datang secepat ini. Tapi di balik semua kejutan, ia tahu, hatinya memang sudah memilih Adrian sejak lama.“Besok,” ujar Adrian, memecah keheningan. “Kita pulang. Tapi bukan sebagai Adrian dan Luna yang sepert

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status