Bagian 18
"Shin Shin! Kumohon untuk kali ini dengarkanlah aku," Shinta memejamkan matanya saat tangannya dicekal oleh Ari. Tidak bisa dipungkiri jika rasa cinta itu masih ada. Entah kenapa rindu itupun semakin menggebu. Bahkan janjinya untuk membenci ayah dari anak-anaknya itu, tidak bisa dia tepati. Andai saja Shinta tidak ingat akan penderitaan yang dia alami, mungkin dia sudah menenggelamkan kepalanya di dada kekar mantan kekasihnya itu.
Shinta menyapu kasar air mata yang hampir saja terjatuh dengan lengannya. "Maaf Tuan! Anda salah orang, aku Tata bukan Shin Shin, aku mohon lepaskanlah." pinta Shinta dengan lembut. Shinta menarik tangannya, tetap saja Ari masih bertahan dengan posisinya.
"Tolong!" lirih Shinta memelas, yang membuat Ari goyah dan melepaskan tangannya.
"Permisi!" ucap Shinta lalu pergi.
Shinta mengusap ujung matanya yang berair. Mendongakkan kepalanya menatap langit yang tidak bersalah. Ingin rasanya melontarkan segalaBagian 19"Mirna, Kau makanlah dulu, biar aku yang mengajak Aby." Udin menodongkan kedua tangannya. Bocah kecil itu seakan mengerti, mencoba meraih tangan UdinUdin memang selalu makan lebih cepat selesai daripada yang lainnya, mengambil alih tugas Mirna, dia tahu jika Mirna belum makan sebab mengurus si kembar. Udin melirik Anin yang tidur pulas di dalam boksnya."Tau banget kalau mau digendong sama om!" ucap Mirna mengelus rambut Aby."Dimana Shinta dan Aisyah?" tanya Udin setelah menimang Aby dalam gendongan. Sedangkan Anin sudah tertidur sejak satu jam yang lalu."Mereka pergi keluar, katanya ada keperluan sebentar!" jawab Azam yang masih sibuk dengan makanannya."Apa mereka sudah makan?""Katanya seh, mereka mau makan diluar sekalian menemui klien!" jawab Mirna lagi.Udin merasa heran kenapa Shinta tidak membawa si kembar ikut bersamanya? Entahlah, Udin menghilangkan rasa penasarannya dengan mengajak Aby
Bagian 20Dengan sedikit terburu-buru Shinta ingin segera pergi dari tempatnya, namun sial. Seorang pelayan tanpa sengaja menabrak dirinya, tepat di samping pasangan Wijaya itu berada."Maaf!" dengan gemetar pelayan itu menunduk, dan meminta maaf."Tidak apa-apa!""Kamu tidak apa-apa Shin?" tanya Aisyah. Sedangkan Shinta masih berperang dengan penglihatan dan batinnya, apakah secepat ini dirinya harus bertemu dengan kedua orang itu?"Tidak! Sebaiknya kita segera pergi dari sini!" ucap Shinta sedikit panik. Tapi dia berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja."Shinta ... ! Iyakan, kamu Shinta?" Seorang perempuan yang nampak sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam, meski perutnya sudah mulai membuncit, tidak mengurangi daya tarik wanita di hadapannya.Shinta terdiam sejenak, di liriknya pria yang juga tengah memperhatikan dirinya. Hati Shinta mendadak sakit kembali. Peristiwa yang terjadi berbula
Bagian 21Shinta menatap nanar tempat yang dia masuki. Banyak pasangan mesum yang tak segan menunjukkan ketertarikan mereka lewat bahasa tubuh mereka. Mereka saling bertaut dan tenggelam dalam asmara mereka masing-masing. Suara dentuman musik memekakkan telinga di selingi gelak tawa. Mereka menari bagaikan kupu-kupu, tidak menggoyangkan pinggul dan kepala. Sesekali mereka menggesek tubuh mereka antar sesama lawan jenis, kemudian tertawa.Sungguh, Shinta tidak pernah ingin datang ke tempat seperti ini. Bahkan membayangkannya pun tidak pernah."Ma ...!" Shinta terpengarah ketika Marlina sudah membuka blazer nya dan hanya menggunakan tank top berwarna putih."Buka juga blazer mu! Lihatlah, kita seperti orang culun dengan memakai ini," Marlina melempar blazernya pada sebuah tempat duduk di sampingnya."Tidak! Aku cukup nyaman begini. Lihatlah, cowok itu juga memakai hodie tidak apa-apa," kilah Shinta tidak ingin membuka bajunya. Dia t
Bagian 22"Cepat Joe, aku tidak mau Shin Shin sampai kenapa-napa." Joe juga sudah berusaha dengan segala kemampuannya agar bisa sampai di hotel dengan cepat.Kalandra terkenal sebagai sosok yang senang bermain dengan perempuan. Marlina adalah sekretaris Kalandra yang mampu melakukan apa saja untuk memuaskan keinginan atasannya, termasuk mencari wanita cantik untuk teman tidur satu malam dengan Tuan Kalandra, setiap menginginkan."Mama, kita kemana ini? Kenapa kau tidak mengantarkan aku pulang? Untuk apa kita kemari?" tanya Shinta dengan gelisah. Dia sudah merasakan tubuhnya terasa panas dan aneh, ringan dan entahlah Marlina tersenyum sinis melihat wajah Shinta yang berubah sedikit memerah, dan mulai mengipas wajahnya dengan tangan."Ada seseorang yang harus aku temui di sini. Tidak lama kok, hanya sebentar. Kau mau kan menemaniku? sebentar saja!" ucap Marlina sambil menarik tangan Shinta walau tanpa persetujuan pemiliknya. Shinta
Bagian 23Shinta semakin berani saja. Mengelus kepala Ari dan menekannya lagi, tentu saja Ari tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Terlebih dia sudah menunggu lama dan Merindukan momen seperti ini bersama Shinta. Ari mulai nakal, menjilati gunung kembar milik Shinta. "Ayo terus, iya lakukan itu. Aku sudah tidak kuat! Ahhhh!" Shinta bergeliat tak karuan dan mendesah merdu, membuat Ari semakin semangat untuk melakukannya."Shin Shin jangan salahkan aku jika malam ini aku tidak akan membiarkanmu tidur," seringai licik muncul di bibir Ari. Ari segera menanggalkan pakaiannya. Lupa sudah dengan kakinya yang masih sedikit terasa ngilu. Ari berharap terapi batin ini bisa mengembalikan sakit di kakinya dengan sempurna.Ari mendongakkan kepalanya lalu beralih melumat bibir mungil Shinta yang langsung mendapat balasan. Keduanya saling mengulum dan berbagi air liur. Masing-masing saling memberi kenikmatan dan sentuhan-sentuhan yang membu
Bagian 24Dengan perlahan, Shinta membuka mata, pupilnya mengerjap beberapa kali untuk mengenali tempat yang menurutnya begitu asing."Aku dimana?" gumam Shinta sambil menggeliat pelan. Badannya terasa remuk dan pegal. Apakah yang terjadi semalam. Shinta merasakan nyeri di bagian bawahnya, seperti rasa sakit yang dia alami setahun yang lalu. Dia mulai mengingat apa yang terjadi sebelum dia tidak sadarkan diri."TIDAK!, Tidaaaàaaakkkkk!" Shinta meremas rambutnya kasar mendapati tubuhnya polos dalam balutan selimut. Air matanya tumpah tidak terbendung. Dia mengacak rambutnya frustasi."Aku kotor!" Shinta menangis sejadi-jadinya. Dia pun mengingat nasehat ibunya sebelum MP dengan Ari.*"Sebenarnya gak ada yang salah kalau kamu mau jadi diri sendiri, tapi kamu harus pandai melihat situasi dan karakter seseorang. Karena gak menutup kemungkinan jika sikap atau kebiasaan yang kamu miliki bisa membawa kerugian pada dirimu sen
Bagian 25Shinta kini termenung di depan meja riasnya, dia menyisir pelan rambutnya yang masih sedikit berantakan, sebab dia terburu-buru pulang dari hotel. Shinta juga membubuhkan make up untuk menutupi bekas cupangan yang membekas di lehernya. Shinta mengutuk dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga diri. Terlebih lagi, dia belum yakin sepenuhnya, jika yang tidur bersama dirinya semalam adalah mantan kekasihnya, ayah dari anak-anaknya.Dia masih teringat akan kata-kata Azam. Benar memang apa kata Azam. Kesalahan tidak hanya dengan meminta maaf. Lalu Shinta pun teringat kembali peristiwa tadi malam. Peristiwa yang sama yang pernah dialami setahun yang lalu. Kalaupun orangnya nanti sama, apakah dia harus memaafkan orang tersebut. Ataukah justru orang itu tidak akan meminta maaf. Atau benarkah yang melakukan hubungan
Bagian 26"Apa maksud kalian?" ucap Ari yang sudah terlanjur masuk ke dalam apartemen Arya. Ari ingin memastikan apa yang dia dengarkan."Kau tidak sopan sekali, masuk tanpa permisi," geram Arya."Salah sendiri password masih sama," sangkal Ari."Amara, jelaskan kepadaku apa yang kau katakan tadi, apakah benar Shinta telah pergi dengan keadaan hamil?" Amara terdiam. Dia melirik selembar kertas yang tergeletak di meja. Ari yang mengikuti gerakan mata Amara juga melihat kertas itu. Dengan cekatan Ari mengambilnya."Kenapa kalian tidak mengatakan hal ini kepadaku?""Kami juga baru menemukannya," kilah Amara bahkan dia nampak shock dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui.Apakah kau melakukan itu dengan suka sama suka, atau kau memang memperdaya Shinta?" Pertanyaan menohok yang membuat Ari bungkam. Sejujurnya, Ari setengah memaksa Shinta dan memperdaya kep