Share

17 AFTER YEARS (LAURA)

Pagi hari dengan sisa setitik air hujan dan terdapat butiran embun membuat suasana menjadi dingin. Pantulan sinar matahari masih mengintip di balik pepohonan hijau. Seorang gadis dengan rambut yang panjang dan curly sedang bercermin. Tanganmya tak henti menyisir rambutnya yang panjang dan tak lupa dia memakai makeup natural. Dia terlihat membenarkan dasi sekolah dan merapikan seragam sekolahnya yang dengan rompi warna coklat. Senyumannya tampak indah memnatulkan wajahnya yang putih. Dia adalah Laura. Tas coklat kulit dari London dia cangklong ke pundaknya. Langsung dia berlari ke bawah menuju meja makan.

“Good morning papa.” Laura mencium pipi papa Farhan.

“Good morning mama.”Laura mencium pipi mama Risa. Duduk dan melihat di meja makan ada nasi goreng mozarella kesukaanya. Segera Laura mengambil piring dan mengambil nasi goreng mozarella dan menikmatinya dengan lahap. Risa dan Farhan hanya bisa tersenyum melihat tingkah Laura.

“Lahap banget makannya sayang.”Farhan melihat Laura menikmati makanannya dengan lahap.

“Ini Khan makanan kesukaan Laura pa. Ehm...pa boleh tanya sesuatu Laura.”

“Apa sayang?”

Laura terdiam dan melihat papa dan mamanya sebantar. Lalu dia menghela nafas panjang. Dan menikmati satu suapan nasi goreng mozarella yang terakhir.

“Pa, ma mau tanya. Laura, kan sudah kelas tiga SMA nih dan mau kelulusan. Boleh tidak Laura kuliah di London. Jujur Laura sangat pengin sekali kesana. Boleh yah?” Laura tersenyum sambil mengedipkan kedua matanya.

“Tidak boleh.”Kata mama Risa dengan tegas.

“Kenapa ma?”Laura sedikit kecewa dengan jawaban mamanya.

“Sampai kapanpun kamu tidak boleh sekolah dan kuliah jauh-jauh dari mama sama papa. Okey.”Mama Risa mengaduk-aduk makannya sepertinya dia tidak berselera lagi. Bahkan dia tidak memandang Laura sedikitpun.

“Kenapa, ma?L aura sudah besar. Laura ingin mencari impian aku sendiri. Kemarin waktu daftar SMA kelas satu mama tidak mengijinkan dengan alasan masih terlalu dini untuk jauh dari orang tua. Takut terjadi apa-apa diluar. Sekarang saat aku sudah menginjak masuk kuliah mama tidak setuju lagi. Ma, Laura sudah besar tidak terlalu dini lagi untuk sedikit jauh dari kalian. Laura ingin mencari impian Laura di London.”Laura membela dirinya.

Risa langsung menatap Laura dengan tajam.”Memang di Indonesia tidak ada impian kamu. Disini banyak sekali universitas terbaik. Di UGM bisa jadi alternatif kamu kuliah dan tidak perlu kamu jauh-jauh ke London. Pokonya kamu harus kuliah di Jogja saja tidak yang lain.”Tegas mama Risa sambil pergi meninggalkan Laura dan Farhan di meja makan. Laura kecewa dengan keputusan mamanya. Dadanya serasa sesak.

“Laura.”Panggil papa Farhan lirih.

“Sebenarnya mama sayang sama Laura atau nggak sih pa?kenapa setiap Laura ingin pergi kesuatu tempat yang jauh tidak boleh. Ini impian Laura ke London pa.”

“Kamu harus tahu mama melakukan itu karena sedikit trauma dengan kehilangan saudara kembarmu Launa. Mamamu tidak ingin terjadi apa-apa denganmu. Sebanarnya apa yang dilakukan mamamu wajar. Papa sih oke – oke saja jika kamu kuliah di London. Itu semua tergantung mamamu saja.”

“Saudara kembar lagi dan lagi. Capek Laura mendengar semua itu. Launa terus yang ada di fikiran mama sehingga berpengaruh kepadaku. Launa tidak akan mungkin bisa balik lagi pa. Ini sudah tujuh belas tahun.”Laura sedikit emosi mendengar kata Launa saudara kembarnya itu. Laura membenci saudara kembarnya karena gara-gara dia semua yang diimpikan Laura gagal.

“Hush.. jangan bicara seperti itu sama Launa. Apa kamu tidak kasihan melihat kondisinya sekarang bagaimana?kasihan sayang Launa terpisah dari kita.”

“Aku tidak peduli. Yang jelas aku membenci Launa. Aku harap dia tidak akan kembali kerumah ini.”Laura langsung menyahut tasnya dan langsung pergi meninggalkan papanya yang hanya bengong melihat tingkah laku Laura. Sampai segitunya Laura membenci saudara kembarnya Launa.

“PAK DEDEN AYO BERANGKAT!!!”Laura masuk dan membanting pintu mobil. Dia menangis di dalam mobil.”Kenala harus Launa. Kenapa semua berawal dari dirinya. Aku benci Launa. Semuanya Launa.”Laura menangis.

“Loh kok nangis to non.”Pak Deden masuk mobil kaget melihat Laura menangis.

“Pak Deden diam saja dan cepat kita berangkat.”Laura menghapus air matanya.

Mobil segera melaju menuju sekolahan.

Laura sampai di sekolahnya. Perjalanan tadi lumayan macet. Laura turun dari mobil. Semilir angin membelai wajahnya dan rambutnya yang Curly mengibaskan dengan santainya.

“Pak Deden nanti jemput seperti biasa.”

“Baik non Laura.”

Laura segera melangkah memasuki gerbang. Sudah tiga tahun dia mengeyam pendidikan disini. Dia termasuk anak yang berprestasi. Beberapa lomba olympiade sudah dia lalui dan mendapat juara satu.

“Laura cantik.”Goda anak ilmu pengetahuan sosial. Dan terdengar siulan.

“Dasar mata lelaki buaya darat.”Laura tidak menghiraukan mereka. Tak dipungkiri dengan kecantikannya banyak cowok menyukainya terapi Laura tidak menghiraukan semua itu. Ada satu lelaki yang mencuri perhatiannya. Yaitu lelaki pemain basket yang bernama Edzard.

“LAURA SAYANG!!!”Panggil Sherin dengan keras lalu memeluk Laura. “Duh, pagi pagi seperti ini kenapa mukanya kusut begitu. Cantiknya hilang loh!”

“Iya nih Laura,What happen?kenapa dengan dirimu. Setahuku seorang Laura yang cantik ini tidak pernah galau sedikitpun. Selalu ceria dan selalu eksis di sekolahan ini.”Sambung Sherin

“Aku malas menceritakan sekarang. Nanti saja aku ceritakan apa yang aku alami.”

Bruk..

Laura ditabrak seseorang, dia langsung melihat siapa yang menabraknya. Seorang perempuan berambut panjang dengan kaca mata tebalnya dan terlihat buku yang dia bawa berserakan di bawah.

“Hai kutu buku punya mata nggak sih?kalau punya mata tuh buat lihat jangan cuma lihat buku saja. Cupu banget sih kamu jadi cewek!”Laura mendorong tubuh cewek itu hingga jatuh.

“Maafkan aku Laura.”Jawabnya sedikit takut.

“Siapa sih nama kamu heh?”Laura memandang cewek berkaca mata tebal dengan tatapan sangat tajam.

“Namanya Lola gais.”Sherin menyerobot obrolan.

“Oh Lola namanya. Hem, kenapa orang tuamu memberikan nama seperti itu sih Lola?aku kasihan banget dengan namamu itu. Aku nggak habis fikir.”Laura masih menatap tajam. Lola segera membereskan bukunya yang berserakan dan langsung berdiri sambil membenarkan kaca matanya yang tebal miring.

“Kenapa kamu kasihan dengan namaku Laura?nama yang diberikan orang tuanku adalah anugrah bagiku.”

“Benar itu sebuah anugrah?”Laura memcingkan kedua matanya. Lola tambah bingung dengan perkataan Laura.

“Hei Bestie Laura aku jadi bingung juga dengan perkataanmu.”Rara memegang pundak Laura.

“Gais kalian tahu nggak sih apa kepanjangan Lola?”

Rara dan Sherin hanya menggelengkan kepalanya.

“Lola itu bagiku adalah singkatan.”

“Bestie jangan buat kita bingung dong!”Rara semakin bingung dan penasaran.

“Lola itu singkatan dari loading lama. Makanya dia seperti itu. Kasihan banget sih kamu Lola dikasih nama orang tuamu itu. Kasih nama yang bagus dikit kenapa.”

Rara dan Sherin tak hentinya tertawa. Lola sedikit merasa sakit hati dengan apa yang dikatakan Laura.

“Laura kenapa kamu bicara seperti itu. Aku adalah orang yang mengagumimu karena kepinteran dan kecantikannya tetapi kamu malah berbicara seolah menghina diriku. Kamu sangat sombong sekali Laura.”Lola dengan raut wajah sedihnya. Dia tidak menyangka jika Laura akan bicara seperti itu.

“Memang kenyataannya seperti itu. Dasar Kuti buku. Sepertinya kamu tidak punya teman. Pantas orang sepertimu tidak ada yang mau.”Laura melempar buku Lola.”Dengar semaunya. Kalian harus tahu dan ingat baik – baik wajah ini. Dia adalah kutu buku yang perlu kalian hindari. Dia sangat menyeramkan.”Laura menunjuk ke arah Lola dan langsung pergi sambil meyodok bahu Lola dengan keras. Semua orang yang menyaksikan hanya bisa berseru.

HUHHHHH DASAR KUTU BUKU!!!!

Lola langsung mengambil lagi buku yang dilempar dengan Laura. Tega sekali dia seperti itu. Lola dari dulu ingin sekali berteman dengan Laura tetapi apa daya dia sangat membenci dirinya. Rasa kagumnya sekarang hilang karena Laura sangat sombong sekali. Banyak teman – teman menyorakinya. Dia hanya bisa tertunduk. Lola memang tidak pernah mempunyai teman.

***

Weni duduk di taman di depan kolam renang. Kata – kata dari Laura masih membekas di fikirannya. Dia memang tidak ingin Laura jauh – jauh dari dirinya. Risa trauma atas kejadian tujuh belas tahun kemarin. Pandangannya masih kosong. Sebuah tangan kekar menyentuh bahunya.

“Apa lagi yang kau fikirkan Ma? Sudahlah ikuti saja kemauan Laura untuk kuliah di London.”

“Tidak semudah itu Pa. Aku tidak sanggup harus jauh lagi dengan anakku. Kalaupun Launa sudah ketemu aku janji akan mengikuti kemauan Laura untuk kuliah di London.”

Farhan hanya bisa menghela nafas panjang.

“Itu Mustahil jika Launa kembali lagi bersama kita. Sudah beberapa cara kita lakukan tapi tidak ada kabar sama sekali. Bahkan polisi juga angkat tangan akan pencarian Launa. Ma, berhenti untuk berobsesi agar Launa kembali. Itu akan membebankan Laura ma. Laura sepertinya kesal dengan Launa karena dia semua harapannya hilang.”

Risa langsung berpaling dan memandang Farhan dengan tajam. Dadanya sesak Farhan bicara seperti itu.

“Apa kata papa?Laura berkata demikian. Pa, Asal papa tahu kita tidak tahu bagaimana keadaan Launa. Dia baik – baik saja dengan orang yang menculiknya atau tidak. Dia diperlalukan semena – mena atau tidak. Nasibnya kita tidak tahu. Seharusnya Laura tidak boleh berkata seperti itu. Hah, papa dan anak sama saja.”Risa kesal dan pergi meninggalkan Farhan.

“Ma, dengarkan papa dulu!”Farhan mengikuti Risa tapi Risa hanya cuek tanpa memperdulikan suaminya. Dia pergi ke dapur dan membuka kulkas. Dia menunangkan juice mangga kedalam gelas dan langsung meminumnya.

“Sudahlah Pa. Mama tidak bisa berkata lagi. Mama kecewa dengan kamu dan Laura. Berangkatlah kerja.”

Farhan hanya menatap Risa dengan kecemasan.

Ting....Ting ..Ting...

Suara bel istirahat dimulai. Guru Fisika mengakhiri pelajarannya. Sebagian siswa berhamburan keluar dan di dalam kelas. Tidak terkecuali dengan Laura, Sherin dan Rara. Laura sedang malas untuk keluar kelas.

“Laura sayang kenapa sih dengan kamu?tumben sekali kamu lagi Badd mood seperti ini. What happen Bestie?”Rara melihat Laura sedang menyenderkan kepala.di meja.

“Aku benci saudara kembarku.”Kata Laura dengan wajah malas.

“Loh kenapa kamu bisa benci sama saudara kembarmu Laura. Kamu saja tidak tahu keberadaan dia. Justru kamu malah kasihan sama dia Bestie. Sekarang aja dia tidak tahu bagaimana keadaannya. Burukkah?baiklah?”Sherin langsung tidak suka Laura berbicara seperti itu.

“Sherin, kamu tidak tahu bagaimana aku harus menanggung semuanya. Gara – gara saudara kembarku yang belum ketemu itu aku harus melupakan semua impianku.”

“Apa hubungannya dengan impianmu Laura?”Sherin bingung.

Laura langsung bangkit dari sandaran kepalanya. Sesekali dia mengibaskan rambut panjangnya yang curly. Dan menghela nafas panjang. Temannya ini tidak tahu betapa sakitnya dirinya harus mengalami semua ini.

“Sherinku sayang. Kamu tahu nggak. Mamaku sangat protektif sekali denganku. Aku keluar jauh saja tidak bisa. Dulu aku mau sekolah di Jakarta tidak boleh alasannya aku masih terlalu dini untuk jauh dengan orang tua padahal di Jakarta ada tanteku. Oke fiks aku terima keputusan mamaku dan kalian tahu??ah sudahlah aku malas sekali membahas ini.”Laura terlihat lemas ingin melanjutkan perkataannya.

“Ayolah Laura?aku juga penasaran atas semua ceritamu!”Rara nimbrung pembicaraan.

“Malas ah!”Timpal Laura.

Tiba – tiba ada suara gurauan para cowo dari balik lorong. Laura langsung berdiri dan melihat dibalik jendela. Seketika dia langsung sumringah di balik beberapa para cowok yang lewat di koridor sekolah sambil membawa bola basket. Senyumannya yang menawan, parasnya yang tampan dan tak lupa lesung pipit ada dibalik pipinya sebelah kanan. Seketika dia hilang dibalik koridor.

“Cie Laura!!!”Goda Rara.

“Apaan sih Bestie!”Laura yang tadi cemberut langsung tersipu malu.

“Aku tahu jika kamu menyukai Edzard Laura.”

“Kamu betul Bestie, aku sangat menyukai dia. Dia bagaikan candu dalam hatiku tetapi aku takut untuk menyatakan cinta kepadanya secara Laura loh! Nggak bisa harus memohon cinta kepada Edzard. Tidak ada ceritanya Laura seperti itu.”Laura menyombongkan dirinya.

“Jangan sepeti itu juga kali Laura. Nanti kalau dia punya gebetan lagi kamu sendiri yang repot.”Sherin meluruskan.

“Ah, tidak mungkin Sher, seorang Laura tidak ada yang bisa menolak. Kamu jangan bicara seperti itu dong!aku jadi menciut hatiku.”

“Bukan seperti itu Bestie. Cuma aku ingin kamu tidak terlalu obesesi dengan Edzard takut tidak sesuai ekpetasi kamu.”

Laura langsung menggebrak meja dengan keras. Semua orang yang ada didalam kelas langsung kaget melihat tingkah Laura.

“Teman aku atau bukan sih! Seharusnya kamu menyemangatiku bukan membuat nyaliku menciut seperti ini. Aku benci orang yang tidak pro denganku.”Laura menatap tajam Sherin dengan sinis lalu pergi sambil menyenngol lengan Sherin dengan keras. Rara langsung menghampiri Sherin.

“Udah tahu teman kita ini sedikit marah kamu goda pula. Biarin saja sesuka hatinya.”Kata Rara pesimis.

“Bukanya bagaimana iya Rara cuma kau ingin dia itu tidak terlalu obesesi dengan Edzard. Kalau memang cinta langsung ungkapin saja tidak perlu basa – basi sepeti itu. Nanti ujung – ujungnya sakit hati jika tidak diterima. Khan sakit juga.”Sherin menggelengkan kepalanya. Rara menepuk jidatnya. Pasti mereka akan saling tidak menyapa. Rara ,Laura dan Sherin sudah sahabat lama sejak kelas satu SMA dia tidak ingin persahabatannya rusak karena masalah cowok. Rara langsung mencari Laura untuk meluruskan semuanya.

Laura duduk di taman yang menghadap ke lapangan basket. Dia melihat Edzard bermain basket dengan lihainya. Apa yang dikatakan Sherin memang benar dia harus menyatakan cintanya kepada Edzard. Tetapi dia masih gengsi untuk menyatakan cinta hal yang paling dia bisa lakukan adalah mencari perhatian dengannya agar Edzard bisa jatuh hati kepadanya.

“Hai Laura akhirnya kamu disini juga. Sudah dong ngambeknya. Apa yang dikatakan Sherin memang benar juga. Dia itu dewasa loh besti fikirannya. Tidak ada sedikitpun untuk membuatmu sedih. Justru dia begitu juga ada alasannya.”

“Entahlah Rara, hari ini aku tidak bisa berfikir panjang. Banyak sekali masalah dalam hidupku terutama saudara kembarku.”Laura masih melihat Edzard bermain basket.

“Iya Bestie. Tapi aku mohon jangan marah lagi kepada Sherin. Kita sudah sahabatan lama jadi jangan gara-gara masalah cowok kita harus bertengkar.” Rara merangkul tubuh Laura. Laura hanya terdiam sambil mengangguk .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status