Share

KECEWANYA HANTU ARDIAZ

Tubuh Nadine masih sakit semua akibat dipukul sapu oleh ibunya. Kemarin setelah pulang dari sekolah ibunya sangat marah dan langsung memukulnya. Ayah hanya bisa melerai tapi tidak seberapa. Ayah Dendi memang tidak begitu berani dengan istrinya. Beruntung hari ini libur sekolah jadi bisa leluasa istirahat dan beruntung kembali ibunya sedang pergi ke Solo menghadiri pesta pernikahan adik kandungnya.

Air mata tak hentinya jatuh membasahi pipi. Nadine masih memikirkan perkataan kepala sekolah jika masih terlambat lagi beasiswanya akan dicabut. Otomatis Nadine tidak akan bisa melanjutkan sekolah. Padahal dia ingin sekali bisa kuliah tapi mau bagaimana lagi orang tuanya tidak akan sanggup untuk membayar uang kuliah.

Dibukanya jendela kamar. Suasana pagi hari dengan hawa dingin yang sangat menusuk batin. Sekujur raga terbelenggu dalam dinginnya pagi. Pagi hari berhias kabut yang sangat tebal. Kabut yang sangat tebal mendekap seluruh jiwa. Berselimut mantel sangat tebal yang menghangatkan sekujur ragaku. Nadine merasakan hawa dingin yang menusuk kalbu.

Sang mentari menyapa pagi hari dengan senyumannya yang sangat mengagumkan hati. Senyumannya memancarkan kehangatan teriknya kala pagi hari yang sangat dingin. Kuraih kehangatan sang mentari dalam naungan jiwa yang dirangkul oleh hawa dingin pagi. Enak sekali jika bercengkrama dengan orang terkasih. Nadine melihat Burung-burung semuanya bertebaran saling bertegur sapa satu sama lain. Burung-burung bercuitan dengan lantunan yang menawan melodinya. Burung-burung yang beterbangan menyapa diriku di pagi hari. Suasana jalan yang sepi penuh damainya hati. Jalanan di depan rumah masih sepi. Tiada kendaraan setitikpun yang menyapa mengitari jalan yang sangat lurus. Kurasakan hangatnya sang mentari sembari kutatap pohon-pohon berdiri tegak gagah dengan afsunnya penuh wibawa yang tangguh. Pohon-pohon yang berdiri kokoh membuat Nadine kagum.

Kagum akan keberadaan pohon-pohon yang begitu menaungi jalanan dari goresan polusi kendaraan. Hijau menawan pohon-pohon yang menghiasi sudut jalanan. Nikmat yang terpancar dari kehangatan dan hawa dingin pagi hari.

Nadine mengambil diary dekat bantal.

Dear diary.

Apa itu kasih sayang?apa itu cinta? Aku tak tahu. Aku ingin sekali merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Aku ingin sekali. Rasanya sedih jika kesalahan sedikit harus dibalas dengan rasa sakit itu adalah ibu kandungku sendiri.

Apa salahku?apakah aku memang tidak niat untuk dilahirkan?masih menjadi misteri kenapa ibuku jadi kasar kepadaku sejak aku kecil. Bahkan aku tidak mendapatkan sedikitpun pelukan, ciuman hangat dari ibu.

Oh ibuku..

Terkadang aku lelah dengan apa yang dilakukannya kepadaku. Tapi aku tetap sayang kepadanya. Dialah surgaku.

Nadine tidak meneruskan lagi menulisnya. Punggungnya terasa sakit. Sesekali dia merintih kesakitan. Dan melihat di kaca punggungnya banyak sekali luka sabetan yang dilakukan oleh ibunya.

“Pagi.”

Nadine kaget dan langsung menutup bajunya. Karena terdengar suara hantu Ardiaz yang muncul tiba-tiba.

“Hai hantu, bisa tidak jangan muncul secara tiba – tiba. Untung aku tidak sedang mandi atau buka baju. Dasar hantu gila.”Nadine marasa kesal.

“Maafkan aku Nadine. Hai, kamu sedang apa berdiri di depan cermin. Cantik kok meskipun belum pakai make up.”Puji hantu Ardiaz. Nadine tersipu malu.

“Jadi hantu kenapa penasaran sekali sih! Terserah dong aku mau bercermin atau tidak, tapi tunggu...”.Nadine melihat di depan cermin dengan seksama. Dan langsung memandang Ardiaz.

“Kenapa kamu memandangku seperti itu? Kamu jatuh cinta iya kepadaku. Mengakulah Nadine.”Ardiaz percaya diri..

“Percaya diri sekali kamu hantu Ardiaz. Aku lihat di cermin kenapa tidak muncul tubuhmu disitu Ardiaz. Kok aneh.”Nadine menamat-namati cermin dengan seksama. Ardiaz hanya tertawa terpingkal-pingkal. Nadine cemberut dibuat kesal dengan Ardiaz, dia ini serius malah dibuat tertawa.

“Kenapa tertawa sih kamu hantu Ardiaz yang terhormat. Aku sedang serius. Jangan main-main.”Nadine kesal.

“Lagipula kamu ini lucu sekali. Kamu kan juga tahu dunia perhantuan dan dapat melihat hantu. Jadi kamu tahu dong dimana posisi hantu jika di depan cermin.”

Nadine berfikir sejanak dan mencerna perkataan hantu Ardiaz ini. Dan dia sudah mendapat jawabannya. Sedikit malu.

“Mr Ardiaz bisa tidak kamu pergi dari kehidupanku. Aku sebenarnya lelah dengan dunia hantu. Hidupku sudah banyak sekali rintangan jadi aku mohon pergi dari kehidupanku. Masalah membantu mencari siapa pembunuhmu aku tidak bisa.”

“Dengan kata lain kamu mengingkari janjimu itu. Apa salahnya membantuku satu kali untuk mencari siapa pembunuhku biar arwakhku tidak bergentayangan. Oke aku akan mencabut status ingin menjadi istriku. Memang tahayul aku berjanji jika sudah selesai semuanya aku akan pergi jauh dari kehidupanmu.”

“Maafkan aku Mr Ardiaz. Aku mengingkari semuanya. Pergilah aku akan menutup mata batinku setelah ini.”Nadine langsung terdiam sambil memandang jendela depan.

“Ternyata manusia tidak pernah dipercaya termasuk kamu Nadine. Aku kecewa denganmu. Aku harap kamu tidak menjadi seorang pengecut. Jujur aku menyesal bertemu denganmu. Aku mengira kamu adalah perempuan yang baik. Namun penilaianku salah. Terima kasih semuanya.”Hantu Ardiaz langsung pergi meninggalkan dirinya. Nadine merasa lega sekali sudah terbebas dari hantu sialan tersebut Dilihatnya jam sudah pukul tujuh pagi. Saatnya berberes rumah dan memasak.

Diruamah kosong tak jauh dari rumah Nadine. Ardiaz duduk termenung sambil memikirkan nasibnya selanjutnya. Seharusnya dia masih didalam peti emas biar masalah tidak terlalu jauh. Di rumah kosong banyak sekali hantu yang bersilewaran mulai dari pocong, kuntilanak bermata merah dan siluman naga. Ah, Ardiaz sadar sekarang dia menjadi hantu. Seharusnya dia tidak takut. Memang masih hidup Ardiaz sangat takut sekali dengan hantu.

“Hai hantu tampan. Siapa namamu?”Sapa hantu laki-laki yang berumur sekitar empat puluh tahunan dengan wajah yang pucat.

“Hai juga. Kamu disini?namaku Ardiaz. Siapa namamu?”

“Betul sekali. Namaku Didin. Lihat kamu sedang bersedih kenapa?hantu itu harus loss fikirannya. Sudahlah biarkan arwah kita bergentayangan. Kita dan manusia sudah beda alam.”

“Tapi saya hanya ingin mengungkapkan siapa pembunih saya. Saya tidak bisa tenang jika semuanya belum terungkap. Bahkan arwah saya saja terkunci di dalam peti emas. Berarti dalang di balik pembunuhan ini tidak menginginkan saya untuk tenang. Pokoknya saya harus mencari siapa pembunuh saya.”Ardiaz tetap bersikukuh.

“Yang pasti kamu tidak bisa sendiri melakukan ini. Kamu butuh manusia kawan.”

“Ada manusia perempuan yang mau membantuku. Tapi dia berubah fikiran tidak jadi membantuku. Aku kecewa dengannya. Tapi aku harus bisa membuatnya bisa membantuku lagi apapun caranya.”

“Waduh kamu berteman dengan manusia perempuan. Hati-hati Ardiaz jangan sampai kamu jatuh cinta sama dia. Hati-hati bisa-bisa kamu tidak bisa kembali ke alammu karena terikat cinta dengan manusia.”

“Oh iya. Apa ada yang pernah seperti itu?”

“Ada temanku dulu. Dia sampai tidak bisa kembali ke alamnya. Mereka saling jatuh cinta. Banyak Lika-liku yang mereka alami. Akhirnya alam bersahabat dengan mereka. Sehingga temanku reinkarnasi dan akhirnya bisa bersama kembali.”

Ardiaz terdiam sejenak. Dia belum kepikiran jatuh cinta yang terpenting dia menemukan siapa pembunuh dia sebenarnya. Tapi entah kenapa manusia cantik itu membuat hatinya sedikit bergetar. Terdengar suara kuntilanak merah memekikan suaranya. Ardiaz merasakn rumah kosong ini sangat angker.

“Rumah ini kosong berapa lama?”

“Tiga puluh tahun. Banyak sekali hantu disini Ardiaz. Jika kamu ingin bertempat tinggal disini silahkan!. Tapi juga begitu banyak segala jenis hantu disini.”

Ardiaz tidak berkata apa – apa hanya memandang sekitar rumah. Banyak hantu berlalu lalang yang tak kasat mata.

Nadine sedang makan nasi soup ayam dan tak lupa sambal kecap terhidang di meja. Nadine sedikit bisa memasak. Bukan karena ilmu dari ibunya tetapi Nadine belajar di you tube. Ayahnya dengan lahap makan hasil masakannya.

“Ayah, masakan Nadine enak tidak?”

Ayahnya hanya mengacungkan jempol sambil menikmati hidangan soup ayam. Nadine lega ayahnya senang dengan masakannya.

“Nadine, ayah mau tanya kepadamu?apakah beberapa hari ini kamu sering terlambat? Surat dari kepala sekolah membuat ayah kaget nak. Kenapa bisa begitu?ayah tahu loh seorang Nadine ayu orangnya disiplin.”Kata ayah sambil menguyah makannya. Nadine terdiam sejenak sambil mengaduk makannya. Mau jujur tapi takut ayah dan ibu bertengkar.

“Nadine telat bangun tidur ayah. Maafkan Nadine.”

“Tidak mungkin nak, ayah tahu sifat kamu bagaimana.”

“Nadine benar ayah. Kenapa sih ayah tidak percaya sama Nadine. Oh iya ayah masakan Nadine enak atau tidak. Maklum Nadine masih awam untuk urusan permasakan beda dengan ibu. Hehehe.”

“Enak. Sangat enak. Masih SMA kamu sudah pintar masak. Ayah acungkan jempol kepadamu.”Ayah mengacungkan jempol kepada Nadine. Nadine bersyukur ayahnya sangat senang dengan masakannya. Nadine ingin cerita tentang kemampuannya dapat melihat hantu tetapi dia masih was – was. Ini dilakukan karena berhubungan dengan hantu Ardiaz.

“Dihabiskan dulu makanannya baru kamu cerita sayang.”

Nadine dan ayah Dendi menghabiskan makanannya. Di belakang pojok pintu hantu Ardiaz memantau Nadine. Dia berharap Nadine bisa berubah fikiran. Dia langsung menghilang entah kemana.

Setelah selesai menghabiskan semuanya. Nadine dan ayah Dendi duduk di teras rumah sambil memandang taman yang berjejer bunga warna – warni dan pohon hijau yang rindang. Meskipun rumah tidak terlalu besar yang terpenting bisa mempercantik.

“Nadine, kamu tahu hal apa yang sangat menyenangkan disini. Yaitu bisa bersntai ria di teras rumah sambil memandangi hijaunya alam. Ibumu kalau di rumah bawaannya marah terus. Ayah tidak tahu. Dulu ibumu bukan tipe pemarah entah kenapa setelah melahirkanmu berubah. Memang ayah tidak menemanimu saat kamu lahir karena ayah harus mencari uang untuk biaya sehari – hari. Sekarang lebih bersyukur karena kita sudah buka warteg.”Ayah Dendi menjelaskan.

“Ayah, banyak tetangga bilang kalau Nadine sama sekali tidak mirip dengan ayah dan ibu. Pertama aku tidak begitu menghiraukannya ayah, tetapi aku mencoba menamat- namati memang ada benarnya. Aku sama sekali tidak mirip dengan kalian.”

“Hush jangan pernah berkata seperti itu. Kamu adalah anak ayah dan ibu. Ayah sedih jika kamu bicara seperti itu. Tidak mirip tidak masalah. Mungkin suatu saat akan mirip. Nadine, ayah tidak suka kamu bicara seperti itu.”Ayah Dendi berkata dengan ketidaksukaannya.

“Maafkan Nadine ayah.”Semua terdiam. Suasana langsung hening seketika. Tidak seharusnya Nadine berkata sepertu tadi. Dia melihat ayahnya sedikit sedih. Mungkin tetangga hanya berkata gurauan saja.”Ayah, jangan marah dengan Nadine. Oh iya ayah Nadine mau curhat.”

“Curhat apa?”Tanya ayah sambil membaca koran.

“Ayah, Nadine ingin menutup mata batin Nadine. Karena aku lelah ayah harus berurusan dengan hantu.”Nadine berkata dengan hati – hati. Ayah langsung menutup korannya dan melihat Nadine dengan seksama.

“Jadi selama ini kamu mempunyai Indra keeenam?Tanya Ayah Dendi tidak percaya. Nadine hanya mengangguk.”Kenapa ditutup?Khan enak bisa melihat hantu yang bergentayangan.”

“Masalahnya Nadine punya teman hantu cowok. Aku punya janji dengannya untuk membantunya mencari siapa pembunuhnya. Tetapi Nadine takut ayah.”

Ayah hanya bisa menghela nafas panjang.”Hati – hati jika mempunyai janji dengan seseorang. Bakalan akan ditagih terus sampai janji itu terpenuhi. Bantulah dia selagi kamu bisa. Jangan sampai mengecewakan dia. Kenapa kamu bisa bertemu dengan hantu itu?”Ayah Nadine penasaran.

“Dibelakang sekolah.”Jawab Nadine singkat. Dia berbohong atas dimana dia bertemu dengan Ardiaz. Jangan sampai Ayah tahu jika waktu itu dia terkunci di ruangan kosong gara – gara Jesisca.

Nadine masuk kedalam kamar setelah obrolan tadi. Dia merasa apa yang dia curahkan terpenuhi. Untuk perjanjian dengan Ardiaz. Nadine tidak akan menutup mata batinnya. Biar bagaimanapun dia telah membantu keluar dari ruangan kosong tersebut. Tetapi bagaimana jika bertemu lagi dengan Ardiaz. Terakhir kali sepertinya dia kesal dan kecewa dengannya. Ah, hantu tampan itu membuatnya gelisah. Bulu kuduk merinding sepertinya ada hantu mendekat. Pasti Ardiaz dan Ternyata tercium bau melati. Nadine menghela nafas panjang. Suara tertawa yang memekikkan telinga.

“Nadine, lama tidak berjumpa.”Mbak Kunti berdiri didepannya sambil memandang tajam. Mukanya yang pucat dan matany yang merah menyala. Terkadang Nadine takut juga dengan hantu ini. Hantu kunti melirik-lirik wajahnya tepat di depan wajah Nadine. Dengan jurus seribu Nadine langsung menjotos pipi kuntilanak.”Kenapa aku dijotos Nadine?”

“Salah sendiri menampakkan diri secara tiba-tiba. Cepat pulang ke pohon sana. Jangan ganggu aku. Kalau moodku baik aku akan menemanimu.”Nadine kesal. Kuntilanak bermata merah berjalan melayang dan menembus tembok kamar.

***

Nadine mengayuh sepeda mininya menuju kota gede. Gang yang diapit bangunan lama seperti Jawa dan Belanda menghiasai setiap sudut jalanan. Tetapi tak lupa banyak makhluk tak kasat mata berseliweran di gang. Membuat pemandangan tidak menyenangkan. Dicarinya kemungkinan ada hantu Ardiaz ada dari mereka.

“Kalau butuh nggak nongol kalau nggak butuh cepat sekali nongolnya. Dasar hantu.”Nadine kesal sendiri sambil melihat pemandangan kotaGede.

Nadine melihat rumah tradisional memiliki ciri atap joglo dengan atap meninggi atau memuncak di bagian tengah yang disebut brunjung dan konsul kayu berukir yang disebut bahu dhanyang. Hal yang menarik yaitu halaman rumah-rumah lama di Kotagede biasanya dibatasi dengan pagar tembok yang tinggi dengan satu regol utama, sehingga jalan-jalan di perkampungan diapit oleh pagar-pagar tersebut. Bangunan joglo pada periode Jawa Hindu memiliki ornamen berupa ukian daun-daunan , sulur-suluran, bunga teratai, dan gambar binatang. Kemudian, bangunan Joglo periode Jawa-Islam memiliki ukiran dengan ornamen kaligrafi Islam. Sementara itu, joglo periode Jawa-kolonial ukirannya berupa mahkota kerajaan Belanda dengan perpaduan besi, jendela besar, atau kaca patri khas BaratBanyak ibu – ibu masih melakukan aktivitas dengan menyapu.

Sepasang matanya melihat orang yang dari tadi dia cari sedang duduk di taman dekat pemukiman sedang melamun. Nadine mangayuh sepedanya dan menghampiri orang tersebut. Senyum tipisnya mengembang di wajahnya.

“Hai!”Sapa Nadine. Orang tersebut langsung menoleh kearahnya. Ardiaz hanya diam saja tanpa menyapa balik Nadine. Nadine duduk dekat Ardiaz.”Ternyata hantu juga punya rasa marah.”Sindirnya. Ardiaz masih terdiam seribu bahasa.”Sudah dong jangan marah lagi.”Nadine mencoba menenangkan.

“Mau apa lagi. Bukanya kamu tidak mau membantuku lagi.”Jawab Ardiaz jutek.

“Kata siapa?”Nadine seoalah tidak tahu apa – apa.

“Pergilah.”

“Marah?”Nadine meyakinkan.

“Aku sudah memutuskan tidak akan mengganggumu lagi. Aku tidak ingin menyusahkan manusia. Biarkan aku sepeti ini. Toh, banyak juga hantu sepertiku arwahnya juga bergentanyangan. Pergilah!”Kata Ardiaz tegas. Nadine merasa bersalah dengan Ardiaz. Ardiaz bangkit dari duduknya.”Maafkan aku manusia sudah merepotkanmu. Aku Cuma berpesan kepadamu jangan menyetujui janji jika kamu bisa dan menolaklah jika kamu tidak bisa. Karena janji adalah hutang. Aku tadi sempat menguping pembicaraanmu dengan ayahmu kalau kamu akan menutup mata batinmu. Sangat disayangkan Nadine orang sepertimu aku kira baik ternyata seperti ini Tapi tenang saja aku sudah membekukan semuanya jadi kamu bebas.”Ardiaz langsung menghilang begitu saja.

“Tapi aku sudah menyetujuinya. Kenapa kamu tidak mendengarkan penjelasanku dulu?”Nadine menengok ke kanan dan kekiri. Nihil, hantu Ardiaz tidak lagi muncul. Nadine merasa bersalah sama sekali. Air matanya menetes membasahi pipi. Dia langsung mengusap cepat air matanya. Sakit sekali hatinya. Entah kenapa?”Dasar hantu bodoh.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status