Share

Bab 5

Author: Maggie
Sejak Melina bertemu Kevin di usia 8 tahun, 13 tahun sudah berlalu. Dalam 13 tahun itu, apa pun yang dikatakan Melina, Kevin selalu mempercayainya tanpa syarat dan selalu berdiri di pihaknya.

Adegan pencurian yang dimainkan Celine hari ini begitu mudah ditebak.

Melati mungkin tak menyadarinya, tapi Melina tak percaya Kevin sama sekali tak sadar ada yang janggal.

Kevin menatap Melina dalam-dalam.

Beberapa detik kemudian, dia melangkah mundur ke sisi Celine dan menggenggam tangannya.

“Melina, sekali lagi. Kembalikan sepatunya dan minta maaf pada Celine.”

Kevin teguh membela Celine. Seiring nada dan sikapnya, orang-orang yang sempat ragu seketika kembali condong ke Celine. Bagi mereka, Melina jelas sudah bersalah, tapi ngotot tak mengaku.

Ruang tamu terasa sunyi. Di sekitar Celine berdiri orang-orang yang percaya padanya, sedangkan di sisi Melina kosong tak ada siapa pun.

Melina berdiri tenang menyadari semuanya.

Anehnya, rasa sakit di tubuhnya seketika sirna. Apa yang tertinggal hanyalah rasa dingin getir seorang yang kalah telak.

Kevin memilih Celine, juga memilih pernikahan bisnis.

Di depan kuasa dan gengsi, semua pengorbanan Melina selama tiga tahun ini bagaikan lelucon.

Celine jelas paham hal ini. Makanya setelah menyelidiki hubungan Kevin dan Melina, dia sengaja membuat keributan ini di rumah Keluarga Boslin supaya Melina sadar bahwa dirinya tak lagi memiliki Kevin.

Juga supaya Melina menyerah total.

Sayangnya, Melina tidak mundur begitu saja.

Perlahan, Melina angkat dagu. Dia tak lagi menanggapi tatap-tatap menghakimi, melainkan berjalan pincang dan membungkuk untuk mengambil ponsel yang tadi dia lempar, lalu menatap lurus ke Kevin dan menekan 110.

“Pak Kevin, aku nggak akan minta maaf. Aku hanya akan lapor polisi.”

Semua orang sontak terdiam.

Raut Kevin seketika menggelap. Urat di lehernya menegang, tapi bahkan itu pun tak mampu menggoyahkan Melina.

Di sisi lain, Celine justru benar-benar panik.

Dia menoleh cepat. Pada saat yang sama, seorang sopir berlari masuk dengan tergesa-gesa sambil membawa sepasang sepatu kaca yang sangat familiar.

“Nona, sepatu Anda di sini! Tadi saya lihat Anda main air di tepi kolam koi, sepatunya dibiarkan begitu saja. Saya takut barang berharga ini kenapa-napa, jadi saya amankan dulu. Maaf, saya tak menyangka akan begini... ”

“Ternyata kamu yang mengambil sepatuku!”

Celine berpura-pura baru sadar. Dia menegur sopir itu, lalu menoleh pada Melina. “Melina, maaf sekali. Aku tak menyangka ternyata sopirku yang simpan.”

“Kamu juga tahu bahwa sepatu ini sangat berarti bagiku. Kamu nggak akan menaruh reputasi Keluarga Boslin di bawah emosi pribadimu, ‘kan?”

Permintaan maaf yang tidak ikhlas dan bahkan mengandung ancaman halus di antaranya.

Di mata orang luar, putri Keluarga Hoston begitu merendahkan diri hanya untuk meminta maaf pada anak haram Keluarga Boslin. Walau memang agak angkuh dan tinggi hati, tapi setidaknya berani mengaku salah.

Padahal jika polisi benar-benar datang, bukan hanya Keluarga Boslin yang dipermalukan, Celine juga takkan selamat dari sorotan.

Maka dari itu, Celine begitu terburu-buru menunjukkan sikap baik pada Melina.

Melina paham betul. Dia tak menoleh pada Celine. Pandangannya tetap pada Kevin, penuh sinis.

“Pak Kevin, barusan kamu yakin sekali bahwa aku mencuri barang yang bukan milikku. Sekarang faktanya sudah jelas. Apakah kamu merasa sakit tertampar kenyataan?”

“Tapi ada satu pelajaran yang memang aku dapat hari ini.”

Melina melangkah menuju sopir, menatap sepatu kaca di tangannya. “Barang yang bukan milikku memang tak pantas aku dambakan. Setelah lepas dari filter yang indah, semua ini tak lebih dari sampah.”

Sepatu kaca memang indah dan berkilau, tapi dingin dan melukai kaki.

Seperti Kevin.

Di rumah Keluarga Boslin yang asing dan dingin, Melina pernah mengira Kevin adalah satu-satunya kehadiran yang lembut dan penuh kasih.

Oleh karena itu, dia rela merendahkan diri, meninggalkan hal-hal yang dia cintai, berpura-pura manis dan penurut, asal tetap di sisinya.

Nyatanya Kevin tidak lembut, tidak setia, dan sama sekali tidak layak untuk pengabdian buta.

Kalau Kevin memang ingin menikah bisnis dengan Celine, silakan. Melina akan lepas tangan sepenuhnya, tak ada kesempatan lain lagi.

Melina menatap Kevin dan tersenyum tipis. Wajahnya yang elok kini bersih dari kecewa dan benci, menyisakan kelegaan setelah menyadari kenyataan.

Jari-jari Kevin mengepal hingga urat di punggung tangannya menonjol, seperti tali busur yang ditarik hingga batasnya dan nyaris putus.

Seolah dia merasakan ada sesuatu yang benar-benar pergi darinya.

Namun beberapa saat kemudian, dia tetap berkata, “Cukup sampai di sini. Melina, kembalikan sepatu itu pada Celine.”

Tepat ketika sopir masuk membawa sepatu dan menjelaskan, telepon darurat sudah direbut Melati dan diputus.

Bagi Melati, reputasi suami dan anak tirinya lebih penting dari apa pun. Maka menurutnya, drama hari ini sudah seharusnya berakhir.

Melina masih tersenyum dan mengangguk pelan.

Saat Celine maju hendak mengambil sepatu, Melina lebih dulu meraih dan melemparnya.

Sepatu kaca menghantam dinding, lalu terpental keluar.

Sepatu membentur dinding. Ujung sepatu kaca terpental!

Celine menjerit. Kali ini dia sepenuhnya kehilangan kendali. “Melina! Apa kamu gila?! Itu simbol pertunanganku dan Kevin! Bagaimana boleh kamu... ”

“Kenapa nggak boleh?” Melina menepuk-nepuk kedua telapak tangannya. “Kamu memfitnahku. Harusnya ada harga yang kamu bayar.”

“Tapi aku sudah minta maaf!”

“Iya. Berapa harga kata maafmu?”

“Melina, bagaimana boleh kamu bicara begitu pada Nona Celine?” Melati panik, membela Celine sambil memarahi Melina.

Kali ini Melina terdiam sejenak. Lalu dia menoleh pada ibunya dan bicara pelan.

“Memang begini caraku bicara. Ibu belum tua, tapi fungsi telinga sudah selemah itu? Pantas saja waktu orang lain memfitnah putri kandungmu, kamu hanya bisa berdiri diam dan pura-pura tidak tahu.”

“Ibu kira setiap kali mengalah pada orang luar dan menyakiti orang sendiri, Ibu akan dihormati? Tidak. Kalau mereka menghormatimu, mereka nggak akan menginjak-injak aku begini.”

“Kalau Celine benar-benar menghargai Ibu, dia nggak akan datang di hari pertamanya dan menjadikanku target tuduhan.”

PLAK!

Tamparan keras memutus kalimat Melina. Bahkan Melati yang nyaris pingsan karena disodori kenyataan oleh Melina pun sontak terpaku.

Telinga Melina berdenging. Sesaat kemudian dia menoleh, menatap orang yang menamparnya. Benar, itu Kevin.

Saat Melina menuding Melati, Kevin tak bergerak. Begitu Melina menyinggung Celine, dia langsung main tangan.

Pada saat yang sama, suara pria dalam dan berwibawa menggelegar di udara. “Apa yang terjadi di sini?”

Semua terkejut. Barulah mereka sadar bahwa Robert yang sejak tadi menyelesaikan urusan kantor di lantai atas kini sudah berdiri di ruang tamu, mungkin karena mendengar keributan di sini.

Rambut pelipisnya memutih, tapi sorot matanya masih setajam elang.

Wajah Kevin mirip sang ayah. Kini mata yang biasanya lembut sudah penuh bayang. “Ayah, biar saya yang urus saja.”

“Melina, tadinya aku nggak mau memperbesar masalah ini karena ada Celine di sini. Tapi sekarang jelas sekali bahwa kamu sangat keras kepala dan tak tahu batas.”

“Kalau begitu, aku nggak perlu lagi menunggu persetujuan Ayah sebelum menanganimu.”

“Pak Muif, kasih hukuman keluarga!”

Perintah Kevin dingin tak berperasaan. Sekejap, sang kepala pelayan sudah menyodorkan cambuk rotan setebal lengan. Ini adalah hukuman Keluarga Boslin.

Melati sempat ingin menghalangi, tapi wajahnya langsung pucat saat melihat suaminya. Pada akhirnya, dia tetap tak berani bergerak.

Celine justru melangkah maju, tersenyum penuh kegembiraan jahat pada Melina.

“Melina, jangan salahkan Kevin. Kamu menghancurkan sepatu dan menghina aku. Wajar dia marah. Nanti kamu ingat baik-baik rasa sakitnya. Ini konsekuensi dari menantangku.”

Dengan pipi bengkak, Melina berdiri diam di tempat semula dan mendengarkan dengan saksama.

Bukannya panik, dia malah tersenyum tipis.

“Celine, kamu begitu ingin melihatku hancur terpuruk? Aku hampir lupa kasih tahu kamu. Berkat kamu, hari ini aku menagih satu budi yang awalnya tak pernah ingin aku tagih seumur hidup.”

Wajah Celine menegang.

Detik berikutnya, derap langkah berat yang tak terbantahkan terdengar mendekat. Dingin, dalam, dan membuat dada orang berdebar tanpa sebab.

Semua menoleh. Sosok tinggi tegap berdiri menantang cahaya di ambang pintu. Sorot mata gelapnya hanya tertuju pada Melina.

Di bawah matahari, garis wajahnya tegas seindah pahatan surgawi. Bahkan pemahat terhebat pun takkan mampu meniru sosok dan auranya.

Dia adalah CEO Grup Hoston, pria yang memegang kendali tertinggi ekonomi Kota Livia.

Sekadar hadir, auranya saja cukup membungkam ruangan.

Melina menarik napas dalam-dalam sembari melangkah ke arahnya di hadapan semua orang, lalu berkata, “Leon, bawa aku pergi.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 100

    Sayangnya, kali ini percuma Novi kembali ke Kota Livia.Zara menggenggam setir sambil tersenyum pada Melina. “Sekarang Leon sudah menikah denganmu. Kalau Novi paham situasi dan menghilang, kita lupakan saja. Tapi kalau dia masih nekat, kita hajar bareng!”Dengan status keluarga Zara, menghadapi Celine memang agak berat, tapi menumbangkan Novi dari Keluarga Lesley jelas hanyalah hal sepele seperti melawan anak kecil.Mendengar itu, Melina tak menahan tawa, tapi juga tidak menolak.Meski dia dan Leon bukan suami-istri sungguhan, sebagai rekan kerja sama, dia boleh mengabaikan perempuan lain di sekitar Leon, tetapi tidak dengan Novi. Dia akan menghajarnya tanpa ragu.“Semoga kalau dia memang cerdas, dia akan menyerah,” ucap Melina tulus.Zara tidak menanggapinya. Di lubuk hatinya, dia merasa harapan Melina besar kemungkinan akan pupus.Kebetulan mobil sudah masuk ke pelataran Hotel Skylounge.Sebelum benar-benar pindah ke rumah baru untuk tinggal bersama Leon, Melina tetap menginap di sin

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 99

    “Nggak apa-apa… Pokoknya jangan bilang Leon berniat nakal lagi, dia tidak berbuat apa-apa…”Melina buru-buru mengipasi wajahnya yang merona merah, lalu berusaha mengalihkan topik. “Omong-omong, bukankah kamu mau cerita tentang kemenanganku?”"Kamu sudah bilang tentang Kevin, lalu bagaimana dengan Celine?”Tadi setelah menampar Celine, Melina langsung meninggalkan aura konferensi. Jadi, sekarang dia sangat penasaran apakah Celine dan Sinta akan membalas dendam padanya.Mendengar itu, Zara malah tertawa makin riang.“Mel, aku sengaja menaruh cerita tentang Celine di bagian terakhir karena ceritanya terlalu seru!”“Bagaimanapun dia adalah anggota Keluarga Hoston, jadi kebanyakan berita tentangnya sudah diblokir. Sayangnya, tetap saja sudah pada tahu. Aku dengar-dengar di grup sosialita, katanya pada akhirnya Celine diseret pulang oleh pengawal berbaju hitam yang diperintahkan Santo Hoston. Dia bahkan diikat dengan tali.”“Sekarang di vila Keluarga Hoston, lampu menyala terang benderang, t

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 98

    “Urusan terpenting hari ini tentu saja adalah perihal kemenanganmu!”Zara berseru riang.Hari ini dia tidak datang ke konferensi pers untuk menyaksikan langsung di tempat tidak lain adalah karena Keluarga Boslin khawatir dia akan berpihak pada Melina, jadi sengaja tidak mengundangnya.Demi kelancaran rencana Melina, Zara pun menahan diri untuk berpura-pura tidak tahu dan tidak muncul.Meski tubuhnya tak hadir, matanya sudah menebar ke setiap sudut.“Mel, kamu pasti belum tahu. Begitu kabar kamu adalah istri Leon tersebar keluar, semua hujatan tentangmu di media sosial seketika hilang tanpa jejak. Para warganet yang sebelumnya dibutakan oleh Kevin dan percaya kamu adalah pelakor pun seketika bungkam. Mereka beramai-ramai minta maaf padamu, lalu berbalik memaki Kevin tidak tahu malu. Saham Grup Boslin pun ikut merosot.”Kevin memang baik, tapi Leon terlalu istimewa.Tak ada perempuan waras yang akan meninggalkan Leon untuk bisa bersama Kevin.“Awalnya memang ada segelintir warganet yang

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 97

    “Kamu dan Leon hanyalah hubungan kerja sama.”“Dia jadi suami palsu untuk membantumu keluar dari Keluarga Boslin dan menangkis ulah Celine, sementara kamu jadi istri palsu untuk membendung segala rintangan licik dari Keluarga Hoston dan mencegah perempuan lain menempelinya.”Oleh karena itu, malam ini Kevin marah sebenarnya hanya karena Melina rela memakai cara apa pun untuk meninggalkannya, bukan karena Melina sudah nikah dengan Leon.Namun, tadi pikirannya tiba-tiba berubah.“Mel, kalau kamu mau pergi untuk menenangkan diri di luar, aku hargai pilihanmu, supaya kamu tak lagi merasa aku mengekangmu. Tapi, masalah ini belum selesai.”“Cepat atau lambat, pernikahan palsumu dengan Leon akan berakhir. Nantinya, kamu pasti akan kembali ke sisiku.”Kevin mengenakan kembali kacamata bingkai emasnya yang berkilat dingin. Suaranya lembut dan serius.Wajah Melina menggelap. Meski sudah berusaha menahan diri, dia tetap tersulut. “Kevin, jangan terlalu percaya diri! Pernikahan palsu? Itu cuma dug

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 96

    Walau meminta penjelasan dari Kevin, sebenarnya Melina juga tak berharap akan dapat kata-kata yang layak didengar.Hanya saja, dia tidak menyangka bukan saja tak ada kata baik, Kevin malah mulai memerintah dan menyanderanya seolah itu memang hak Kevin.Padahal Melina tak pernah berhutang apa pun pada Kevin, juga bukan pengikutnya. Dia berhak pergi, berhak memilih bersama siapa dirinya tinggal. Kevin sama sekali tidak punya hak untuk ikut campur.Usai menegaskan dengan dingin, Melina menarik resleting koper hingga rapat dan siap berangkat.Detik berikutnya, daun pintu di hadapannya dibanting tertutup. Dari belakang, Kevin menahan gagang pintu.Suaranya rendah dan sarat bayang gelap. “Mel, kamu sudah berubah. Kamu tidak lagi seperti dulu.”“Tak ada manusia yang tak berubah! Kamu sebut aku berubah hanyalah karena kamu tak lagi bisa mengambil untung dariku, tak lagi bisa memakai dalih cinta untuk memerintahku tunduk!” Melina berkerut kening dan berusaha melepaskan diri. Tubuhnya terjepit d

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 95

    Melina kembali melirik Kevin. Dia tidak menyangka sampai pada titik ini pun Kevin masih bisa mengatakan hal seperti itu padanya.Dia pun menghentikan semua gerak-geriknya, lalu bertanya dengan serius, “Kevin, apakah kamu salah paham? Kenapa aku nggak berani menghadapimu? Memangnya aku pernah berbuat salah padamu?”“Benar. Kamu mengkhianati perasaanku dan mengingkari janji untuk tidak pernah meninggalkanku.” Kevin melepas kacamata bingkai emas dan menampakkan sorot mata yang merosot tak terkendali.Melina tidak tahu setelah dia dan Leon pergi, Celine langsung ditangkap para pengawal berpakaian hitam atas perintah Santo untuk dibawa pulang.Celine baru sadar dirinya telah membuat masalah besar. Kalau sampai dibawa pulang, nasibnya pasti buruk. Alhasil, dia menangis dan menjerit minta maaf. Dia bahkan menggigit seorang pengawal untuk melepaskan diri.Robert dan Melati sibuk menenangkan Celine yang kalap.Kevin tahu seharusnya dia tetap tinggal, tapi dia memilih untuk diam-diam pulang ke r

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status