แชร์

Bab 133. Permintaan Margaret

ผู้เขียน: Te Anastasia
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-03 18:23:57

Margaret tersenyum menata sepatu-sepatu bayi di dalam lemari kaca. Bahkan gadis itu tidak sadar bila ia sudah tersenyum lebar, hatinya yang luka seolah ia lupakan hanya karena barang-barang bayi di hadapannya ini.

Maxim cukup pintar memberikan mainan untuk pelipur laranya saat ini.

Namun, setelah semuanya ditata rapi oleh Margaret. Gadis itu berdiri di tepi ranjang, pandangannya menyapu ruangan itu. Suara gagang pintu terbuka membuatnya menoleh cepat.

"Kau suka?"

Maxim menatapnya. Laki-laki itu tersenyum tipis dan berjalan mendekatinya.

Boneka beruang berwarna putih di tangan Margaret diremas pelan oleh gadis itu.

"Heem," jawabnya lirih dan hanya sebuah gumaman.

Margaret menunjuk ke arah lemari kaca di depannya. "Aku menata semua barang-barangnya di sini," ujarnya. "Aku menatanya seperti Mamaku menata barang-barangku. Lihatlah..."

Gadis itu membuka lemari kaca di hadapan mereka. Margaret tersenyum tipis, ia mengusap kepala boneka di dalam lemari itu.

"Kenapa kau memb
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 155. Nenek, Maafkan Aku..

    Keesokan harinya, Maxim sudah kembali pergi ke kantor dan meninggalkan Margaret di rumah sakit. Meskipun Logan harus berada di sana menjaga Margaret. Di dalam kamar rawat inapnya, Margaret duduk di atas ranjang membaca semua pesan-pesan yang masuk di ponselnya. Ada banyak puluhan panggilan dari Bibi Erika yang tidak ia jawab. Hingga pagi ini Margaret memutuskan untuk menghubungi Bibi Erika. Cukup lama Margaret menunggu panggilannya dijawab. Dengan penuh rasa khawatir, Margaret berharap segera mendapatkan jawaban. Sampai akhirnya panggilannya pun terjawab. "Halo..." Margaret gemetar mendengar suara lemas Bibi Erika di balik panggilan itu. "Bibi," panggil gadis itu dengan suara lirih. "Maafkan aku ... aku baru bisa menghubungi Bibi sekarang." Hening di seberang sana. Kedua mata Margaret berkaca-kaca, ia tidak tahu apa yang terjadi di sana. "Bi, apakah Nenek baik-baik saja?" tanya Margaret seperti tidak ada apa-apa. "Bagaimana mungkin bisa baik-baik saja?” jawab Bibi Er

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 154. Untukmu, Yang Sangat Kucintai

    Margaret terbangun seorang diri di dalam kamar rawat inapnya. Tidak ada Maxim di sana, ia tidak tahu ke mana laki-laki itu saat ini.Gadis itu duduk di tepi ranjang menatap ke arah kaca jendela kamar. Di luar, langit terlihat sangat cerah siang ini. "Sudah berapa hari aku tidak melihat dunia luar?" gumam gadis itu pelan. Dalam lamunannya, tiba-tiba saja Margaret mengingat terakhir saat Bibi Erika menghubunginya dan Margaret belum sempat membalas pesan-pesannya. "Ponselku?" Margaret tampak bingung. Perlahan, ia turun dari atas ranjang. Margaret membawa tuang infusnya dan berjalan perlahan membuka pintu kamar rawat inapnya. Begitu pintu terbuka, sosok Maxim sudah berdiri di hadapannya, sepertinya laki-laki itu baru saja datang dan ingin menemuinya. "Kau mau ke mana, Sayang?" tanya Maxim, tatapannya berubah khawatir dan posesif. "A-aku..." Margaret menjadi gugup. "Ayo kembali masuk," ajak Maxim. Laki-laki itu merangkulnya dan meraih tiang infus yang Margaret bawa. Begitu sampai

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 153. Balasan Maxim Belum Seberapa

    Brian dan Arzura tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Maxim. Wajah mereka berdua sedetik berubah menegang tak percaya. "A-apa maksudmu? Kau membela gadis itu, Maxim?!" seru Brian menatapnya sengit. "Dia sudah membuat David seperti ini, Maxim! Cepat atau lambat, dia berusaha mendekatimu dan menghabisi kita semua!" Maxim menyentak krah kemeja Brian yang ia cengkeram kuat. "Aku tidak peduli," jawab Maxim tegas. "Maxim, kau tidak bisa seperti ini pada keluargamu sendiri hanya karena gadis itu!" protes Arzura. Maxim menoleh mendengar ucapan Arzura barusan. Ia bergelak pelan sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya dan air muka wajahnya kembali datar seperti dinding es. "Keluarga?" tanyanya. "Kalian?" Maxim tersenyum smirk dan menatap tajam. "Kalian bukan keluargaku. Kalau bukan karena belas kasihan Papaku pada suamimu ini, Arzura ... dia tidak akan menyandang nama Keluarga Valdemar. Dia hanya anak seorang peternak dari desa Paladania. Dia tidak ada hubungan darah dengan kam

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 152. Tiada Kata Ampun Untuk Si Bedebah

    Pagi ini Maxim menemui dokter. Setelah dua hari Margaret dilarikan ke rumah sakit, Maxim ingin memantau bagaimana perkembangan kondisi Margaret. Meskipun banyak hal yang harus segera ia selesaikan, tetapi Maxim tidak ingin mengecualikan Margaret sebentar saja. Apalagi, setelah gadis itu mengungkapkan padanya, kalau dia mencintainya. Maxim semakin tidak ingin membuat Margaret kecewa meskipun dalam hal kecil sekalipun. "Bagaimana perkembangan kondisi kesehatan Margaret, dokter?" tanya Maxim pada laki-laki berjas putih di hadapannya kini. "Kondisi Nyonya sudah sedikit lebih baik, Tuan. Namun, kami juga masih perlu mengawasi untuk beberapa hari ke depan," jelas dokter. "Luka-luka lebam di wajah dan tubuhnya juga sudah berkurang. Tetapi masih ada pemeriksaan lagi terkait luka pukulan di bagian kepala Nyonya yang sebelah kiri. Kami takutkan pukulan itu bisa menimbulkan efek yang serius." Maxim mengembuskan napasnya pelan. Namun penuh kekhawatiran. "Baiklah kalau begitu, dok," jawab M

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 151. Mimpi Buruk itu Terus Menghantuiku

    Tak cukup dengan melemparkan semua pakaian dan barang-barang Camila di luar. Maxim berteriak memanggil penjaga dan ia meminta orang-orangnya untuk mengusir Camila di tengah malam buta. Begitu Camila pergi, semua orang mengira Maxim akan diam dan tenang. Tetapi mereka salah, Maxim mengamuk, ia membanting semua barang-barang di ruang keluarga. "Aaarrgghhh...! Brengsek!" teriak laki-laki itu, satu tangannya menyapu meja hingga semua barang-barangnya berserakan di atas lantai. "Di mana Brian?" tanya Maxim tanpa menoleh pada dua pelayan di belakangnya. "Tuan Brian dan Nyonya Arzura sedang ada di rumah sakit, Tuan. Kabarnya, Tuan David masuk rumah sakit," jawab Kepala Pelayan Sondia. Maxim mendengus, ia menyugar rambut hitamnya dengan tangan kanannya. Laki-laki itu tahu kalau David berada di rumah sakit pusat, dan berbeda tempat dengan tempat Margaret dirawat saat ini. Tanpa banyak bicara, Maxim langsung melenggang pergi begitu saat setelah membuat isi rumah kacau hancur berantakan.

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 150. Tiada Ampunan dari Maxim

    Setelah Margaret beristirahat, Maxim pun memutuskan untuk pergi. Maxim meminta Logan menjaga Margaret di dalam kamar inapnya, dan melarangnya beranjak barang sebentar saja. Sementara Maxim kini pergi seorang diri. Ia tahu dari Kalix kalau David dibawa ke rumah sakit lain oleh orang tuanya. Maxim akan menemuinya nanti, ia akan pulang ke rumahnya dan mencari orang yang memulai api semua ini. Mobil hitam Maxim membelah jalanan kota Fratz yang sunyi malam ini. Satu jam lebih perjalanan, ia baru tiba di rumah. Maxim keluar dari dalam mobilnya dan kepulangannya saat ini disambut oleh kepala pelayan rumahnya yang sudah beberapa hari tidak melihatnya. "Selamat datang, Tuan besar," sapa wanita tua berkacamata itu, pandangannya tampak gugup dan takut. Maxim menatapnya dingin penuh emosi yang terlihat jelas dari caranya memandang. "Di mana Camila?" tanyanya. Nada suara Maxim menggeram dengan rahang mengeras. Kepala Pelayan Sondia pun mundur perlahan dan tangannya yang gemetar menunjuk ke

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status