Share

Setitik Hitam
Setitik Hitam
Author: MaulWink

1. Prolog

Yura bersama kedua orangtua dan adiknya pergi berlibur keluar kota. Mobil berhenti di pinggir jalan. ayah dan ibu Yura keluar untuk membeli makanan ringan. Yura duduk sendiri di kursi bagian tengah sementara adiknya di belakang sedang bermain game. Sebuah balon berbentuk beruang, terbang dan berhenti tepat di luar mobil sebelah Yura. Ia menyukai bentuk lucu balon itu. Ia pun keluar dari mobil ingin mengambil balon tersebut tanpa disadari oleh adiknya. Namun balon tersebut terbang lagi. Yura yang masih berusia 9 tahun terus mengejar balon itu.

Ayah dan ibunya kembali ke mobil. Tanpa memeriksa kursi belakang, ayahnya langsung menyalakan mesin mobil dan melaju. Saat hendak memberikan makanan untuk anaknya, ibu Yura sontak teriak saat melihat Yura tidak ada di kursi tengah dan hanya ada anak laki lakinya duduk bermain game di kursi paling belakang. Juno, anak laki-lakinya sontak terkejut melihat kakaknya tidak berada di tempatnya lagi. Ayah memutar balikkan mobilnya panik dan melaju kencang. Kemudian berhenti di tempat mereka terakhir parkir untuk membeli makanan. Mereka keluar dan berlarian mencari di mana keberadaan Yura.

Yura telah mendapatkan balon yang ia kejar. Namun alangkah terkejutnya ia saat dilihatnya lingkungan sekitar. Tempat yang tidak ia kenal sama sekali. Jantungnya langsung berdebar kencang. Ketakukan saat sadar dirinya telah jauh dari keluarganya. Air matanya mulai menetes. Ia berkeliaran mencari jalan kembali. Seorang wanita yang terlihat seumuran dengan ibu Yura melihat Yura menangis sesenggukan di sebuah kursi taman. Ia mendekati Yura dan mengajaknya berbicara.

“Kamu kenapa menangis?” ucap wanita itu sambil mengusap rambut panjang Yura.

“Aku tersesat dan tidak tahu jalan pulang. Papa, mama dan Juno pasti sedang khawatir dan mencariku," ucap Yura sambil mengatur tangisnya.

“Rumah kamu di mana?”

“Di Jakarta,”

Wanita itu menghela napas panjang. Kemudian melanjutkan. “Anak tante juga hilang. Dia harus mendapatkan pengawasan tante 24 jam. Dia anak istimewa sehingga tante tidak bisa meninggalkannya. Tapi tante lalai, tante belum bisa jadi ibu yang baik. Sekarang tante stres. Hahaha maaf tante jadi curhat sama anak kecil yang juga sedang kehilangan," ucap wanita itu dengan tertawa karena sadar lawannya bercerita hanyalah anak 9 tahun. Suaminya datang, lalu wanita itu menceritakan tentang Yura pada suaminya.

“Nama kamu siapa?”

“Yura,” jawabnya sambil menyeka air matanya yang tersisa.

“Kamu tau nama orangtua kamu dan pekerjaannya?" tanya wanita itu lalu dijawab Yura dengan hanya menggangguk.

“Yasudah sekarang kita ke kantor polisi, tante mau lapor kehilangan anak, dan kamu lapor kehilangan keluarga kamu,”

Yura menggangguk lega. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Wanita itu duduk di kursi belakang menemani Yura untuk mengurangi sedihnya. Wanita itu di sebelah kanan dan Yura di sebelah kiri. Lalu Mobil melaju dengan cukup cepat. Namun di tengah perjalanan, hal aneh terjadi. Jalan di kota kecil saat  itu sedang sepi. Saat di persimpangan lampu hijau, mobil sepasang suami istri itu melaju dengan wajar. Tetapi sebuah truk melaju sangat kencang dari arah kanan. Mata suami istri itu terbelalak dan berteriak bersamaan karena sangat terkejut melihat truk datang dari arah kanan mereka. Wanita itu dengan sigap mengambil selimut tebal dari belakang dan langsung menutup tubuh Yura serta memeluknya erat. Lalu seketika truk telah menabrak mobil yang membawa mereka.

Yura terbangun. Ia terbangun sambil meringis kesakitan. Ia mengalami beberapa luka ringan. Ditatapnya kedua orang dewasa itu terkapar berlumuran darah. Tubuh yang satu masih berada di kursi kemudi. Tubuh yang satunya sedikit keluar dari mobil. Yura terkejut saat melihat tangan wanita itu begerak pelan. Ia mendekati wanita itu dan mengangkat kepala wanita itu ke pangkuannya serta menggenggam tangannya.

“Tante…. Kita harus ke kantor polisi…,” ucapnya polos sambil meneteskan airmata. Wanita itu membuka matanya dan mengeluarkan sebuah gelang tali dari dalam saku blazernya dengan perlahan. Diambilnya pergelangan tangan Yura dan memakaikan gelang itu.

“Yura, tante berharap kamu tumbuh menjadi anak yang baik hati. Tante titip gelang ini. Tolong temukan anak tante dan ajari dia. Ajari apapun yang kamu bisa. Kalau tante pergi, entah jadi apa anak itu. Dia pintar dengan segala keterbatasannya. Dia juga memakai gelang yang sama persis. Tante membuatnya sendiri dengan magnet yang akan menempel jika kamu mendekatkan kedua gelangnya. Sebentar lagi polisi akan datang…,”

Ucapan yang terbata bata disertai tetesan air mata dan rasa sakit itu terhenti. Wanita itu telah memejamkan matanya. Yura menatap sekujur tubuh wanita itu dan menggoyang goyangkannya dengan panik.

“Tante banguuunnn… Tante….. anak tante gimana kasian…Tanteeee……," teriak Yura sambil menggoyang goyangkan tubuh wanita yang telah mati.

Suara sirene ambulance dan sirene mobil polisi saling beradu. Sepasang suami istri tersebut diangkat ke dalam ambulance. Yura menatap kedua manusia yang terbujur itu sambil menyeka air matanya. Seorang polisi mendekati Yura.

“Kamu anak mereka?" Yura menggelengkan kepalanya. Seketika ia meringis kesakitan dan menangis kembali karena rasa sakit luka di tubuhnya baru terasa. Polisi kemudian membawa Yura ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Yura menatap gelang yang terpakai di pergelangan tangan kirinya. Diingatnya apa yang diucapkan wanita itu sebelum meninggal. Ia belum begitu paham untuk mencerna perkataan itu. Yura berpikir, apakah ia benar benar harus mencari anak itu. Apakah ia mengatakan pada orang tuanya bahwa anak itu harus tinggal di rumah. Memangnya anak itu kenapa? Apakah sakit? Namun Yura tidak bisa berhenti memikirkan ucapan wanita itu.

Yura kembali ke pelukan keluarganya. Mereka bertemu di kantor polisi dan terkejut melihat luka Yura yang telah terbalut perban. Ia tidak pernah berniat menceritakan tentang gelang yang dipakainya pada keluarganya. Ia hanya menjelaskan bahwa kedua pasangan itu membantunya ke kantor polisi. Ia tidak menceritakan bahwa sepasang suami istri itu hendak melaporkan kehilangan anak. Entah apa yang ada di kepala Yura. Ia enggan menceritakan apa saja yang ia alami secara lengkap pada keluarganya. 

Sepanjang hidupnya, Yura terus mengingat kejadian itu. Ucapan yang disampaikan wanita itu menjadi kenangan yang belum menjadi kenangan di pikirannya. Seperti ada yang belum usai. Ia bingung bagaimana cara mencari anak itu. Ia terus mengingat hal itu karena rasa balas budi. Ingatan bahwa wanita itu telah melindungi dirinya dari kecelakaan itu terus menghantuinya.

~Kau bisa saja berbuat curang dalam hidup ini. Tapi ingatlah bahwa akan ada banyak perasaan yang kau kecewakan. Semakin kau berlarut-larut dalam nikmatnya kemewahan dan pupularitas yang harusnya tak menjadi hakmu, perlahan-lahan kau akan jatuh dan ditinggalkan~

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
ceritanya menarik padahal baru awal2.. pengen aku share ke sosmed trs tag akun author tp akunnya ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status