Share

She is Not My Sugar Mommy
She is Not My Sugar Mommy
Penulis: Adinasya Mahila

Bab 1

“Apa penyesalan terbesar dalam hidupmu? aku? menyakiti hati satu-satunya saudara yang pernah aku miliki. Ya, karena aku iri. Aku hanya gadis manja yang selalu mendapat segalanya, hingga sosoknya datang, dia Embun-saudara kembarku. Enam tahun yang lalu aku melukainya hingga dia pergi, tapi sekarang aku berani bersumpah. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri akan menebus semua kesalahan yang sudah aku lakukan ke Embun, aku ingin kami saling menyayangi lagi. Aku akan melakukan apa pun demi kebahagiaannya.

***

Bening duduk dengan segelas minuman di hadapannya, mata gadis itu mentap piring berisi kentang goreng yang sama sekali tidak menggugah selera. Meski begitu dia harus mengisi perut karena sejak pagi mungkin hanya air yang masuk ke dalam organ pencernaannya. Ia terlihat mendesau, lantas memasukkan kentang ke dalam mulut sambil memikirkan apa yang mungkin terjadi di acara yang baru saja dia tinggalkan.

Ya, sekitar satu jam lalu Bening nekat kabur dari acara pertunangannya dengan seorang pria. Ia mengesampingkan perasaan orangtuanya dan harga diri keluarga pria itu hanya untuk mengembalikan kepercayaan seseorang padanya, orang yang terlambat dia sadari begitu berharga.

Bening lagi-lagi mengembuskan napas panjang. Suara dentuman musik di klub yang dia datangi sama sekali tidak bisa membuat hatinya sedikit gembira. Ia menyandarkan punggung saat ponselnya bergetar, semua orang terdekatnya berusaha menghubunginya satu persatu. Hingga beberapa menit kemudian Bening berniat mematikan saja benda pipih miliknya itu.

“Apa mereka sudah menemukan solusi?” gumam Bening mendapati tak ada lagi yang menghubungi, sampai dia kaget mendapat sebuah pesan dari temannya yang juga teman Rain-calon tunangan yang dia tinggalkan.

[ Hei, semua orang tahu kamu kabur dari pertunangan dan mereka bilang pertunangan batal karena cincin hilang, lelucon macam apa ini Be?]

Bening mengernyit, padahal dia berharap sang saudara kembar lah yang akan ditarik untuk menggantikannya. Namun, dia tetap saja merasa bahagia. Kini setidaknya keluarga Rain pasti sangat membencinya, terutama wanita bernama Bianca yang tak lain adalah ibunda Rain. Masih sibuk dengan ponselnya, tanpa Bening duga seorang cowok tiba-tiba mendekat ke arah mejanya. Cowok itu dan teman-temannya ternyata sudah memperhatikan Bening sejak tadi.

“Permisi! Bisakah aku meminta nomor teleponmu?”

Bening mendongak kemudian melihat ke arah meja asal cowok itu duduk, nampak beberapa cowok lain berbisik sambil tertawa, raut muka pensaran mereka terlihat jelas. “Apa kamu sedang bermain truth or dare dengan teman-temanmu itu?”

Ketahuan, cowok yang jika dilihat masih sangat muda itu menoleh ke arah teman-temannya. Ia takut jika sampai dimarahi oleh sosok wanita yang dia sadari pasti jauh lebih tua darinya.

“Maaf, jika tidak sopan. Apa kakak bisa memberikan nomor ponsel kakak?” tanya cowok itu lagi.

“Siapa namamu?” tanya Bening dengan gaya arogan, dia lipat tangannya ke depan dada dan menyilangkan kaki.

“Glass.”

Menegakkan badan, Bening menatap pria bernama Glass itu dengan sorot mencibir. “Apa kamu mau tidur denganku?”

“Apa?” Gelagapan, Glass bingung dan lagi-lagi menoleh ke arah teman-temannya. Cowok itu terlihat gemetaran.

“Apa ini kali pertamanya kamu pergi ke klub malam?” cibir Bening. “Hati-hati, anak kecil tidak boleh masuk ke tempat seperti ini.”

Glass menelan saliva dan menggaruk kepala, akhirnya dia kembali ke meja bersama teman-temannya dengan tangan hampa. Tak berselang lama Bening melihat cowok itu menenggak minuman berwarna cokelat dari gelas yang disodorkan oleh temannya. Karena tidak bisa mendapat nomor ponsel Bening Glass diberi hukuman.

🥛🥛🥛

“Bawa dia ke kamar, aku akan membayarmu nanti!”

Bening yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat dan mendengar seorang wanita berbicara dengan cowok yang tidak asing di matanya. Sudah berjalan agak jauh dari kedua orang itu, Bening menoleh untuk memastikan. Ia yakin bahwa cowok itu adalah teman dari laki-laki yang berniat meminta nomor ponselnya, cowok yang dia panggil anak kecil tadi.

Mencoba mengabaikan, Bening seketika heran melihat cowok bernama Glass tadi dipapah temannya dalam kondisi sempoyongan. Namun, bukannya mengarah ke pintu keluar, mereka menuju belakang klub yang Bening tahu memang ada kamar yang bisa disewakan untuk berbuat hal-hal tak senonoh.

Tak ingin mencampuri urusan orang lain, Bening memilih untuk tak peduli, hingga entah kenapa melihat wajah lugu cowok bernama Glass itu, dia menjadi tak tega.

Bening menoleh, mengejar kemana Glass dibawa. Ia mencegah saat wanita yang tadi berkata akan membayar Glass hendak masuk ke dalam kamar, bersama cowok itu yang masih berada di pelukan temannya.

“Apa kalian gila? kalian membuat dia mabuk dan ingin menjadikannya gigolo?” Bening melotot ke arah cowok yang memapah Glass. “Teman macam apa kamu?”

“Hei … tidak usah mengurusi urusan orang lain.” Dada Bening di dorong oleh si wanita yang terlihat berpenampilan norak. Ketakutan, teman Glass malah melepaskan cowok itu lalu kabur. Glass hampir saja ambruk jika Bening tidak bergegas meraih pinggangnya.

“Tinggalkan dia! Aku akan memberimu lebih,” ucap Bening. Ia mengulurkan pergelangan tangannya. “Kamu bisa mencari pria lain, ambil gelangku! Harganya lebih dari dua ratus juta.”

Wanita itu menolehkan muka dan tertawa tak percaya, dia tatap Bening dengan raut muka kesal tapi sedektik kemudian, meloloskan gelang Bening dari tangan.

“Ambil lah! pakai juga kamarnya!” Wanita itu tersenyum bahagia, dia bahkan berjalan pergi sambil menimbang-nimbang gelang milik Bening.

“Apa aku sudah gila?” gerutu Bening yang kini hanya tinggal berdua dengan cowok bernama Glass tadi. Susah payah dia membuka pintu dan merebahkan cowok itu di atas ranjang. “Kamu berhutang padaku! aku sudah menyelamatkan hidupmu,” imbuhnya.

Namun, bukannya meninggalkan cowok itu. Bening malah mematung dan memandangi wajah Glass. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di dalam otaknya. “Jika aku kembali, aku harus bisa memberikan alasan yang masuk akal agar mereka tidak memaksaku bertunangan lagi dengan Rain, haruskah aku melakukan ini?”

Bening semakin mendekat, dia meyakinkan diri sebelum berucap. “Maaf!”

**

Glass mengerjab karena cahaya matahari yang mengenai matanya, dia memijat pelipis karena kepalanya terasa pusing. Samar, dia melihat sesosok wanita duduk di tepian ranjang. Kaget, Glass langsung bangun hingga punggungnya terbentur kepala ranjang. Ia semakin kaget mendapati tubuhnya yang hanya berbalut selimut dan menariknya.

Glass gemetaran, dengan terbata dia bertanya,”Si-si-siapa kamu?”

Netra cowok itu membola saat sosok wanita itu menoleh. Bening menatapnya dengan sorot aneh.

“Ka-ka-kakak!”

“Apa kamu mengingat apa yang kamu lakukan semalam?” tanya Bening.

Komen (17)
goodnovel comment avatar
sandy patrik
sangat menarik
goodnovel comment avatar
zaza zaza
sepertinya menarik
goodnovel comment avatar
Edwinsp
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status