Share

Bab 2

Glass menggeleng, dia takut terlebih saat Bening tiba-tiba menyibakkan selimut. Ada bercak merah di sana, dan karena terlalu takut, cowok itu tidak melihat luka di jari telunjuk kanan Bening.

“Kamu sudah melakukan itu denganku!”

Glass menggeleng, dia bahkan tidak mengingat apa-apa semalam jadi bagaimana bisa dia melakukan itu.

Bening menunjukkan ponsel milik Glass dengan tangan kiri lalu melemparnya ke ranjang. "Aku sudah tahu di mana kamu tinggal, aku menyalin kontak pentingmu. Tidak aku sangka ternyata kamu mahasiswa teknik dan baru semester awal. Asal kamu tahu kampusmu itu milik kakekku, jadi jangan macam-macam."

Glass menelan saliva, dia benar-benar anak baik-baik. Saat SMA saja dia tidak pernah berani membolos, lalu apa-apaan ini? meniduri wanita?

“Kamu sudah melakukan perbuatan itu, aku bisa saja menyeretmu ke penjara karena sudah merudapaksa.”

“Me-me-merudapaksa? Aku tidak mungkin melakukannya?” Glass menggeleng, dan kepalanya malah semakin pening.

Bening membuang muka, hingga mengancam kembali. “Jangan berani-berani kabur! ke lubang semut pun kamu akan aku kejar, aku tidak akan pernah mau mengingkari kejadian semalam. Jadi-“ Bening menjeda kata. “Aku akan datang meminta pertanggungjawabanmu!”

“A-a-a-apa?”

Glass megap-megap, dia tak bisa menyangkal ucapan Bening, gadis itu seperti seorang diktator. Ia bahkan tidak bisa membalas ucapan atau pun mengelak.

***

Rea dan Arkan yang masih mengenakan piyama dibuat geleng-geleng kepala melihat penampilan putrinya. Setelah kabur dari acara pertunangannya, Bening pulang pagi dengan kondisi acak-acakan.

Menenggak air minum yang diberikan pembantunya, Bening pun duduk di ruang tamu dan membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan. Ia baru saja akan membuka mulut saat sebuah tamparan keras mendarat di pipinya dari Rea-sang mama.

Arkan-papanya sontak terkejut, sedangkan Bening hanya bisa memegangi pipinya yang terasa panas. Ia memang merasa pantas menerimanya. Gadis itu sadar sejak kecil selalu dimanja oleh Rea dan ini untuk kali pertamanya wanita itu menampar dan semurka ini padanya.

“Apa yang kamu lakukan Be? Apa kamu puas mempermalukan Mama dan keluarga?” bentak Rea, wajahnya sudah memerah menunujukkan kemarahannya sudah mencapai ubun kepala.

“Sabar, Ma!” bujuk Arkan mendapati istrinya begitu emosi.

“Dari mana saja kamu sampai tidak pulang semalaman?” Rea masih menatap tajam putri kesayangannya. “Apa kamu bisu? Jawab Mama!”

“Sudah, tidak ada gunanya memarahi bahkan memukulnya seperti ini. Yang penting dia sudah pulang dengan kondisi baik.” Arkan menahan Rea dan menarik istrinya itu masuk ke dalam. Berbicara dengan emosi seperti ini hanya akan membuat situasi semakin kusut.

“Minta maaf pada keluarga Rain! tanggung jawab atas apa yang kamu lakukan, Mama tidak akan pernah mau membantu dan membelamu!” bentak Rea. “Jika tidak mau bertunangan seharusnya kamu bilang sejak awal, kamu benar-benar keterlaluan.”

Arkan meminta Bening masuk ke kamarnya, dia tahan Rea yang masih saja murka. Namun, Bening masih terpaku sambil memikirkan sesuatu, jika sampai dia mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang. Mungkin Rea akan langsung membunuhnya.

🥛🥛🥛

Pulang ke rumahnya, Glass yang masih bingung dengan apa yang baru saja dialami mendapat pertanyaan sedikit ketus dari kakak laki-lakinya yang bernama Roy.

“Beginikah kelakukanmu? Menjadi mahasiswa membuatmu bertingkah sok jadi anak orang kaya.”

Glass memilih diam, dia masuk ke dalam dan mencari keberadaan ibunya. Glass hanya anak orang biasa, ayahnya sudah meninggal sejak dia bayi sedangkan ibunya membuka warung nasi di sebuah pasar. Karena sakit, sudah dua hari ini ibunya tidak berjualan.

“Bagaimana kondisi Ibu? Kenapa Ibu sudah menggiling bumbu?” tanya Glass melihat Fitria sang ibunda yang berada di dapur menyiapkan bumbu untuk berjualan.”Seharusnya Ibu istirahat.”

“Kamu dari mana saja semalam tidak pulang?”

Glass terdiam, dia tidak mungkin berkata pergi ke klub malam lalu tidur dengan seorang wanita tak dikenal ke Ibunya. Meskipun acara semalam sebenarnya perayaan karena tim basketnya menang turnamen amatiran, tapi pergi ke klub jelas akan membuat ibunya syok. Ia bahkan tidak merokok meski semua temannya melakukan itu.

“Menginap di rumah teman Bu, maaf ya tidak izin. Ponselku mati.”

Fitria menerima penjelasan putra bungsunya, hingga dengan penuh perhatian wanita itu bertanya apakah Glass sudah makan atau belum.

“Sudah makan atau belum biarkan saja Bu, untuk apa ibu pikirkan? Dia sudah besar, jangan sampai karena hal sepele seperti makan jadi menyusahkan, cukup dia menyusahkan hidup kita selama ini,” ketus Roy.

Satu hal yang tidak dimengerti Glass sampai sekarang, satu-satunya kakak yang dia miliki selama ini menganggapnya benalu. Roy memang tidak pernah memukulnya tapi secara verbal, pria yang umurnya terpaut tiga belas tahun dengannya itu selalu saja menghina bahkan berkata jahat padanya. Sering kali Roy berkata bahwa Glass adalah anak pungut, anak yang dibuang di tempat sampah yang ada di pasar dan dipungut ibunya.

“Sudah Roy! Sana berangkat kerja!” titah Fitria.

Hal ini juga yang membuat Roy sangat membenci sang adik, ibunya seolah selalu membela. Apa-apa untuk Glass. Ia dulu kuliah dengan biaya sendiri sedangkan sang adik berkuliah di kampus ternama.

Glass memilih diam, baginya membalas ucapan orang yang membenci hanya membuang waktu dan tenaga, karena orang yang membenci tidak akan pernah melihat sebesar apapun kebaikan pada diri kita. Glass hanya ingin menunjukkan bahwa dia bisa menjadi orang sukses dan membuat ibunya bahagia.

“Aku mandi dulu ya Bu,” pamit Glass. Ia masuk ke dalam kamar dan duduk di tepian ranjang. Glass kembali memikirkan sosok Bening yang membuatnya cemas.

“Bagaimana jika dia melaporkanku ke polisi? Apa yang harus aku lakukan? Bodoh! kenapa aku ikut ke klub?” Glass menyugar rambutnya. Bukannya mandi seperti apa yang dia katakan ke ibunya, dia malah merebahkan tubuh dan memandang langit-langit kamar.

Cukup lama Glass terdiam hingga ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk ke dalamnya dari nomor yang tidak dia kenal.

[ Jangan coba-coba memblokir nomorku, aku tahu di mana kamu tinggal. Aku juga tahu apa pekerjaan orangtuamu ]

Glass baru akan membalas pesan itu ketika sebuah pesan masuk kembali.

[Simpan nomorku agar aku bisa melihat status di aplikasi berbalas pesan milikmu]

Mengembuskan napas, Glass akhirnya membalas pesan Bening itu.

[Aku harus memberi nama kontakmu apa? ]

[ Terserah, kamu boleh memberi nama cinta satu malam atau apa, yang jelas jangan berani-berani menghilang atau aku akan datang ke kampusmu dan membuatmu malu ]

Ancaman Bening cukup membuat Glass takut dan benar-benar menyimpan nomor gadis itu. Sementara Glass masih berbaring di ranjang kamarnya. Bening sedang duduk di depan meja rias, dia pandangi telunjuk tangan kanannya yang sengaja dia sayat.

Sebelum sengaja tidur di kamar yang sama dengan Glass, Bening sengaja keluar, dia meminta plaster ke pihak klub, secara diam-diam dia memecahkan gelas dan melukai tangannya sendiri.

"Aku harus melakukan ini, harus!" Gumamnya

Mga Comments (14)
goodnovel comment avatar
zaza zaza
kali ini cowok nya polos banget
goodnovel comment avatar
Rewana M
mantap... cerita nya
goodnovel comment avatar
Edwinsp
kasian tuh Glass, dy merasa tertekan
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status