MasukBening yang kabur dari pertunangan dengan pria yang dicintai sang saudara kembar, tanpa sengaja bertemu dengan pria yang usianya jauh lebih muda darinya di sebuah club malam. Berpikir jika hanya kabur, orangtuanya pasti akan kembali memaksanya menikah. Bening pun menjebak pria muda itu dan mengaku hamil setelah mereka bermalam bersama. Ia semakin berani memanfaatkan kenaifan pria berumur 19 tahun bernama Glassio itu karena Glass ternyata berasal dari keluarga biasa. “Aku akan membiayai kuliahmu, pernikahan kakakmu dan pengobatan ibumu, tidak perlu berpikir macam-macam asal kamu mau menikah denganku,” ucap Bening, ada setiap penekanan di setiap kata yang dia ucapkan. “Apa setelah anak itu lahir kita akan bercerai?” tanya Glass Sampai kapan Bening bisa menyembunyikan kebohongannya? Mungkinkah dia akan rela berpisah dengan pria muda berhati hangat yang ternyata serius ingin bertanggungjawab menghidupi dirinya dan calon anak yang sama sekali tidak ada? Belum lagi Fakta lain yang terungkap, Glass ternyata bukan pria biasa. “Namamu seperti pangeran tapi nasibmu seperti pengawal.”
Lihat lebih banyak***
Bening duduk dengan segelas minuman di hadapannya, mata gadis itu mentap piring berisi kentang goreng yang sama sekali tidak menggugah selera. Meski begitu dia harus mengisi perut karena sejak pagi mungkin hanya air yang masuk ke dalam organ pencernaannya. Ia terlihat mendesau, lantas memasukkan kentang ke dalam mulut sambil memikirkan apa yang mungkin terjadi di acara yang baru saja dia tinggalkan.
Ya, sekitar satu jam lalu Bening nekat kabur dari acara pertunangannya dengan seorang pria. Ia mengesampingkan perasaan orangtuanya dan harga diri keluarga pria itu hanya untuk mengembalikan kepercayaan seseorang padanya, orang yang terlambat dia sadari begitu berharga.
Bening lagi-lagi mengembuskan napas panjang. Suara dentuman musik di klub yang dia datangi sama sekali tidak bisa membuat hatinya sedikit gembira. Ia menyandarkan punggung saat ponselnya bergetar, semua orang terdekatnya berusaha menghubunginya satu persatu. Hingga beberapa menit kemudian Bening berniat mematikan saja benda pipih miliknya itu.
“Apa mereka sudah menemukan solusi?” gumam Bening mendapati tak ada lagi yang menghubungi, sampai dia kaget mendapat sebuah pesan dari temannya yang juga teman Rain-calon tunangan yang dia tinggalkan.
[ Hei, semua orang tahu kamu kabur dari pertunangan dan mereka bilang pertunangan batal karena cincin hilang, lelucon macam apa ini Be?]
Bening mengernyit, padahal dia berharap sang saudara kembar lah yang akan ditarik untuk menggantikannya. Namun, dia tetap saja merasa bahagia. Kini setidaknya keluarga Rain pasti sangat membencinya, terutama wanita bernama Bianca yang tak lain adalah ibunda Rain. Masih sibuk dengan ponselnya, tanpa Bening duga seorang cowok tiba-tiba mendekat ke arah mejanya. Cowok itu dan teman-temannya ternyata sudah memperhatikan Bening sejak tadi.
“Permisi! Bisakah aku meminta nomor teleponmu?”
Bening mendongak kemudian melihat ke arah meja asal cowok itu duduk, nampak beberapa cowok lain berbisik sambil tertawa, raut muka pensaran mereka terlihat jelas. “Apa kamu sedang bermain truth or dare dengan teman-temanmu itu?”
Ketahuan, cowok yang jika dilihat masih sangat muda itu menoleh ke arah teman-temannya. Ia takut jika sampai dimarahi oleh sosok wanita yang dia sadari pasti jauh lebih tua darinya.
“Maaf, jika tidak sopan. Apa kakak bisa memberikan nomor ponsel kakak?” tanya cowok itu lagi.
“Siapa namamu?” tanya Bening dengan gaya arogan, dia lipat tangannya ke depan dada dan menyilangkan kaki.
“Glass.”
Menegakkan badan, Bening menatap pria bernama Glass itu dengan sorot mencibir. “Apa kamu mau tidur denganku?”
“Apa?” Gelagapan, Glass bingung dan lagi-lagi menoleh ke arah teman-temannya. Cowok itu terlihat gemetaran.
“Apa ini kali pertamanya kamu pergi ke klub malam?” cibir Bening. “Hati-hati, anak kecil tidak boleh masuk ke tempat seperti ini.”
Glass menelan saliva dan menggaruk kepala, akhirnya dia kembali ke meja bersama teman-temannya dengan tangan hampa. Tak berselang lama Bening melihat cowok itu menenggak minuman berwarna cokelat dari gelas yang disodorkan oleh temannya. Karena tidak bisa mendapat nomor ponsel Bening Glass diberi hukuman.
🥛🥛🥛
“Bawa dia ke kamar, aku akan membayarmu nanti!”
Bening yang baru saja keluar dari kamar mandi melihat dan mendengar seorang wanita berbicara dengan cowok yang tidak asing di matanya. Sudah berjalan agak jauh dari kedua orang itu, Bening menoleh untuk memastikan. Ia yakin bahwa cowok itu adalah teman dari laki-laki yang berniat meminta nomor ponselnya, cowok yang dia panggil anak kecil tadi.
Mencoba mengabaikan, Bening seketika heran melihat cowok bernama Glass tadi dipapah temannya dalam kondisi sempoyongan. Namun, bukannya mengarah ke pintu keluar, mereka menuju belakang klub yang Bening tahu memang ada kamar yang bisa disewakan untuk berbuat hal-hal tak senonoh.
Tak ingin mencampuri urusan orang lain, Bening memilih untuk tak peduli, hingga entah kenapa melihat wajah lugu cowok bernama Glass itu, dia menjadi tak tega.
Bening menoleh, mengejar kemana Glass dibawa. Ia mencegah saat wanita yang tadi berkata akan membayar Glass hendak masuk ke dalam kamar, bersama cowok itu yang masih berada di pelukan temannya.
“Apa kalian gila? kalian membuat dia mabuk dan ingin menjadikannya gigolo?” Bening melotot ke arah cowok yang memapah Glass. “Teman macam apa kamu?”
“Hei … tidak usah mengurusi urusan orang lain.” Dada Bening di dorong oleh si wanita yang terlihat berpenampilan norak. Ketakutan, teman Glass malah melepaskan cowok itu lalu kabur. Glass hampir saja ambruk jika Bening tidak bergegas meraih pinggangnya.“Tinggalkan dia! Aku akan memberimu lebih,” ucap Bening. Ia mengulurkan pergelangan tangannya. “Kamu bisa mencari pria lain, ambil gelangku! Harganya lebih dari dua ratus juta.”
Wanita itu menolehkan muka dan tertawa tak percaya, dia tatap Bening dengan raut muka kesal tapi sedektik kemudian, meloloskan gelang Bening dari tangan.
“Ambil lah! pakai juga kamarnya!” Wanita itu tersenyum bahagia, dia bahkan berjalan pergi sambil menimbang-nimbang gelang milik Bening.
“Apa aku sudah gila?” gerutu Bening yang kini hanya tinggal berdua dengan cowok bernama Glass tadi. Susah payah dia membuka pintu dan merebahkan cowok itu di atas ranjang. “Kamu berhutang padaku! aku sudah menyelamatkan hidupmu,” imbuhnya.
Namun, bukannya meninggalkan cowok itu. Bening malah mematung dan memandangi wajah Glass. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul di dalam otaknya. “Jika aku kembali, aku harus bisa memberikan alasan yang masuk akal agar mereka tidak memaksaku bertunangan lagi dengan Rain, haruskah aku melakukan ini?”
Bening semakin mendekat, dia meyakinkan diri sebelum berucap. “Maaf!”
**
Glass mengerjab karena cahaya matahari yang mengenai matanya, dia memijat pelipis karena kepalanya terasa pusing. Samar, dia melihat sesosok wanita duduk di tepian ranjang. Kaget, Glass langsung bangun hingga punggungnya terbentur kepala ranjang. Ia semakin kaget mendapati tubuhnya yang hanya berbalut selimut dan menariknya.Glass gemetaran, dengan terbata dia bertanya,”Si-si-siapa kamu?”
Netra cowok itu membola saat sosok wanita itu menoleh. Bening menatapnya dengan sorot aneh.
“Ka-ka-kakak!”
“Apa kamu mengingat apa yang kamu lakukan semalam?” tanya Bening.
🍷Selamat Membaca🍷Seperti yang Glass bilang, setibanya kembali dari Jogja dia langsung menemui Gama untuk membujuk pria itu mengunduh aplikasi yang dia lihat iklannya tempo hari. Glass sesekali melirik Bening yang bercanda dengan Maha dan Olla. Wanitanya itu datang membawakan oleh-oleh sekaligus ingin melepas rindu.“Kenapa? jika aku mau aku pasti akan mengunduhnya, Aplikasi itu sudah ada saat umurku masih belasan tahun.” Gama mengembalikan ponsel milik Glass ke atas meja dan mendorongnya ke arah lawan bicaranya itu pelan.“Bening juga sudah bercerita, aplikasi itu pernah ada, lalu hilang dan sekarang muncul lagi dengan fitur yang lebih canggih, ayolah! Carikan Maha ibu, jangan sampai dia menjadi pebinor di antara aku dan Bening.” Glass tetap pada pendiriannya, dia ingin Maha jauh-jauh dari istrinya.“Ya Tuhan Glass, bagaimana bisa kamu berpikir bocah sekecil itu menjadi perebut laki orang.” Gama geleng-geleng kepala. Ia menyesap kopi yang sudah agak dingin karena mereka keasyikan
🍷Selamat Membaca🍷Sudah lebih dari setengah jam, tapi Glass masih belum juga masuk kamar, entah pria itu sudah kembali dari warung atau masih berada di dalam kamar mandi, yang jelas Bening uring-uringan dan memilih untuk tidak keluar kamar. Ia berbaring di ranjang lalu bangun, berbaring lagi lalu bangun lagi. Gelisah sendiri seperti wanita yang tak pernah dijatah suami. Bening yang dongkol pun sampai menggigiti kuku jarinya sendiri karena terlalu gemas. Ia meremas sprei ranjang dan langsung berdiri saat Glass akhirnya masuk ke dalam kamar.“Sudah selesai?” ketus Bening, dia menyindir tapi yang disindir tidak peka juga.“Sudah,” jawab Glass dengan santai. “Kamu nggak mau makan sate kambing, enak lho,” imbuhnya dengan nada santai tak merasa bersalah sama sekali.Bening semakin emosi jiwa, melihat dari rambut Glass yang masih basah dan tidak ada aroma kambing yang menguar saat pria itu berbicara, dia sudah bisa menerka bahwa Glass pasti makan dulu setelah dari warung baru setelahnya ma
🍷Selamat Membaca🍷“Permisi, maaf!”Mendengar suara yang begitu sangat dia kenali, Bening pun menoleh. Ia kaget sekaligus bahagia. Ingin rasanya dia mencecar Glass dengan banyak pertanyaan. Namun, rasa penasarannya itu harus dia tahan dulu saat pramugari mendekat dan meminta Glass untuk segera duduk. Bening terus menatap heran Glass, dia bahkan memastikan dirinya tak salah lihat, suaminya itu bahkan tidak membawa koper. Glass tersenyum, dia terus memperhatikan Bening dan tak mendengarkan penjelasan dari pramugari sebelum pesawat take off. Pria itu pun duduk lurus ke depan saat pesawat hendak mengudara, setelah memastikan burung besi itu berada di atas awan, baru lah Glass menoleh. Ia tersenyum manis mendapati sang istri sudah memperhatikannya.“Glass, jangan bilang kamu berlari ke sini dan tidak membawa apa-apa.”Glass menggeleng, alih-alih memberi jawaban ke sang istri pria itu malah balik melempar pertanyaan perihal Bening yang naik pesawat, apakah sudah berkonsultasi dengan dokter
🍷Selamat Membaca🍷Bening menelepon dokter Andit, menanyakan apakah dia bisa melakukan konsultasi dadakan hari itu. Ia ingin pergi ke suatu tempat dan harus memakai pesawat. Bening pun semringah saat sang dokter memintanya datang. Tidak perlu membuat janji jika dia pasti akan dilayani dengan senang hati oleh sang dokter.Tak ingin menunggu lama, Bening pun mengemasi barang pribadinya. Wanita itu berpesan pada Zahra untuk membatalkan beberapa agendanya tiga hari ke depan karena dia ingin pergi jalan-jalan.“Anda mau ke mana?” Zahra berdiri dari kursi karena terlalu kaget. Tidak biasanya Bening seperti ini. Atasannya itu selalu merencanakan apa yang akan dia lakukan. Membatalkan agenda jelas bukan gaya wanita itu.“Aku ingin berlibur, ke Jogja? Apa mau kubawakan bakpia? Atau gudeg?” tanya Bening dengan wajah semringah. Ia melambaikan tangan ke Zahra dan berjanji akan membawakan Amar - putra wanita itu batik.“Wah … apa ada masalah? kenapa tiba-tiba ingin pergi?” gumam Zahra.__Bening
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Peringkat
Ulasan-ulasanLebih banyak