“Tidak, tapi kalau dia berani menyentuhmu. Aku akan benar-benar melakukannya.”
Sorot mata Glass yang berbeda membuat Bening sedikit takut, dia raih tangan pria itu dan berkata bahwa dia pasti akan baik-baik saja. Aline pasti tidak akan berani mendekatinya.
Namun, meski begitu, Glass tak bisa tinggal diam. Ia memilih untuk menabuh genderang perang, dia ingin melawan Aline dan langkah pertama yang dia ambil adalah tidak memperbolehkan Alex menemui wanita itu, agar Aline tahu bahwa selama ini dia dikhianati.
“Aku harus menemui Arnold di penjara,” ucap Glass kemudian. Terang saja dia membuat Alex kaget dan Bening bingung.
“Arnold?”
“Aku tahu dia punya bukti besar kejahatan adiknya dan aku bisa membuat kesepakatan dengannya untuk menjatuhkan Aline, tapi jelas itu akan aku lakukan setelah pernikahan kita,” jawab Glass penuh ketegasan.
🥛🥛🥛Hari berikutnya, mungkin sudah setGlass membuang muka, bersedekap dan nampak kesal. Ia tak menyangka Romi akan kembali datang setelah sekian lama. Padahal dulu dia sudah meminta Romi agar bekerja lagi dengannya tapi pria itu tak memberi jawaban. Namun, saat hari pernikahannya hanya tinggal menunggu jam, pria yang mengaku menyukai Bening itu datang ke penthouse dengan membawa satu koper besar yang jelas berisi pakaian.“Apa kamu merencanakan sesuatu? Mengacaukan pernikahanku?” sindir Glass.Romi pun tak enak hati, dia bahkan berdehem sambil menatap Alex yang duduk di samping Glass dengan wajah tanpa ekspresi. Romi bersyukur Glass sudah mendapat sekretaris baru yang setia.“Bukankah kamu yang menawariku? aku menunggu pekerjaan selesai baru bisa ke sini. Lagi pula mau tidak mau kamu harus menerimaku. Apa kamu pikir Aline akan diam saja melihatmu menikah? bagaimana kalau dia memasang bom di lokasi pestamu.”Perkataan Romi membuat Glass menegakkan badan dan tersentak. &
Glass beranjak dari ranjang dengan hati-hati dan pelan-pelan, karena tidak ingin menganggu Bening yang masih terlelap. Bibir pria itu lagi-lagi memulas senyum bahagia, dia kecup kening istrinya sebelum berdiri dan menyambar celana dan piyama model kimono yang masih terlipat rapi di atas sofa. Semalam tidak ada kesempatan untuknya dan Bening mandi lebih dulu.Membuka pintu setelah mengintip dari lubang kecil di pintu itu, Glass memutar bola mata malas. Ia bahkah hanya menyembulkan kepala mendapati sekretaris tak tahu adabnya sudah berdiri di depan sana.“Lex, apa kamu tidak bisa sedikit pengertian? aku ini pengantin baru. Jika ingin membicarakan masalah perusahaan handle lah dulu,” ucap Glass dengan raut wajah kesal.Namun, raut mukanya seketika berubah drastis saat Alex membuka suara, “Pesta sudah selesai Pak, malam pertama juga sudah kadaluwarsa, ada hal yang lebih penting dari semua itu. Kakak ipar, ah … bukan adik ipar ah … ent
Glass menemui Arnold hari itu, dia masih tak habis pikir bisa terlahir dari keluarga yang sangat aneh. Glass bahkan harus menjawab permintaan tes DNA oleh Vero. Pria itu memilih untuk mengundur sampai benar-benar urusannya dan Aline selesai, meski semua orang sudah yakin bahwa dia adalah anak dari wanita berkebangsaan Italia itu.“Adikmu membuat ulah lagi, beberapa hari yang lalu dia menculik saudara kembar istriku yang sedang hamil. Aku tidak bisa lebih jauh menunggu,” ucap Glass, sedangkan Arnold hanya cengar-cengir sambil bersedekap memandangnya.“Aline itu mengerikan, sebenci apapun aku ke orang, aku tidak pernah memiliki niatan untuk membunuh, tapi Aline berbeda. Ia bahkan melenyapkan papanya sendiri. Aline begitu membenci papa karena selalu menyakiti mama, jika saja permintaan terakhir mama bukan membawamu kembali ke keluarga, Aline pasti sudah membunuhmu. Lagi pula, dia punya rencana lain, memanfaatkanmu untuk menyingkirkanku, kamu
Melihat Aline gusar, Romi yang sudah tahunan dekat dengan wanita itu pun bergegas memberi kode ke Alex. Namun, Alex malah nampak bingung dan tidak mengerti, hingga saat Romi ingin mendekat, dia dicekal oleh dua orang penjaga, beruntung Alex paham apa yang harus dia lakukan. Pria itu meminta anak buah Arnold menayangkan video yang yang sudah mereka persiapkan.Senyap, ruangan berubah seperti panggung bioskop dengan layar berukuran lumayan besar di depan. Aline pun menyipitkan mata, dia kaget karena di layar itu menampilakn tanyangan CCTV berisi gerak-geriknya. Tak lama rekaman suara terdengar di sana. Aline tak menduga bahwa ternyata dirinya sudah dimata-matai sang kakak sendiri sejak duduk di bangku kuliah. Ia yang memasukkan sesuatu ke minuman Wijaya terlihat jelas di sana, bukan hanya sekali tapi berulang-ulang.Sedangkan rekaman suara, berisi percakapan Aline dengan Arnold. Wanita itu mengaku sendiri tentang kejahatan yang dia perbuat. Setela
B​​ening terus saja mengomel sampai tiba di parkiran, dia tak menyangka wanita-wanita yang sudah dipanggil nenek itu bisa melakukan tindakan gila seperti anak SMA. Terlebih Rea, Bening tak menyangka bahwa mamanya bisa juga berkelahi seperti Jojo dan Bianca.“Sudah Be, jangan memelototi mama seperti itu,” ucap Glass sambil menepuk lembut pundak sang istri. Bening menghentakkan kaki berulang karena gemas, hingga satu persatu dari mereka pergi meninggalkan kantor polisi.
“Aline, dia tewas,” ucap Alex di depan Bening yang sedang duduk di kursi selasar depan ruang operasi.Mata gadis itu nampak sembab dan hanya memandang k​​e arah lantai rumah sakit. “Kalau dia tidak mati, aku pasti akan membunuhnya sendiri,” ucap Bening dengan raut kebencian yang kentara.“Semoga dia masuk neraka jahanam,” geramnya.Namun, setelah berucap Bening menutup muka dengan kedua telapak tangan, pundaknya bergetar hebat, sampai Rea yang sejak tadi sudah datang menemaninya ikut menangis.
“Apa kamu bocah? mau sampai kapan kamu berpura-pura tidak bisa jalan? Dasar pria jahat!”“Dari mana kamu tahu?”​​Glass terkejut dengan ucapan Romi, dia bahkan langsung berdiri dari kursi roda karena tidak ingin menutupi kebohongannya, toh pria di depannya ini sudah tahu.“Apa kamu sudah tidak waras? Olla yang bilang. Kamu seharusnya tahu kep
Pagi itu Glass heran, Bening berubah drastis dan tak seenergik kemarin. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi tapi istrinya itu masih malas-malasan di bawah selimut. Glass sampai memegang kening Bening untuk memastikan apakah istrinya itu demam.“Be,” panggil Glass pelan. Jika saja dia tidak sedang bersandiwara tentu semuanya akan jauh lebih mudah dilakukan, karena dia tak perlu menunggu Bening bangun.“Iya Glass, sebentar ya badanku rasanya tidak enak,” ucap Bening dengan suara lemah. Baru semalam dia memakai tespek dan bahka