Renggin Ang berlari menghampiri Bara Ang. "Kakak tertua, apa kau baik-baik saja?" Dia membantunya bangun dan memapahnya.Wajah Bara Ang tampak murka. Matanya melotot, bibirnya mengantup, sembari mengepalkan tangan, dia berbalik mendekati pemuda yang memukulnya. Kemudian Bara Ang langsung melesatkan kepalan tangan ke wajah pemuda itu.Namun, pukulan Bara Ang dapat ditangkis dengan mudah. Lalu, pemuda itu memukul mundur Bara Ang dengan auman harimau.ROAR!Bugh!Hempasan yang begitu kuat membuat sebagian organ dalam Bara Ang terluka hingga memuntahkan darah. Renggin Ang melompat untuk menangkapnya agar Bara Ang tidak terbentur."Sial! Ternyata dia sudah mencapai tingkat pembentukan roh hewan spiritual, pantas begitu angkuh," decak Bara Ang memegang dadanya."Pembentukan roh hewan spiritual?" gumam Renggin Ang sembari berpikir. Kemudian dia menoleh menatap pemuda angkuh itu."Aku ingin mencoba melawan mereka," ucap Renggin Ang kepada Bara Ang."Hah? Sudahlah, jangan cari masalah lagi. Kit
"Aura ini ... aku mengenalinya." Roh Meriy Ang keluar dari buku kuno untuk mencari aura yang dia kenali. Betapa terkejut dirinya menjumpai sosok kakek tua yang dulu pernah menjadi saksi atas pernikahannya dengan Seta Hun. "Anda ... Pa-paman Berta Hun!"Tetua Mo menjawab dengan satu kedipan mata. "Dia ... bukankah roh istri Seta Hun? Mungkinkah ..." Kakek tua itu melirik anak kecil di hadapannya."Dia anak sulungku," ungkap Meriy Ang memperkenalkan Renggin Ang.Renggin Ang tampak bingung. "Tetua Mo bisa melihat ibu?""Hahahaha." Tiba-tiba Tetua Mo tertawa terbahak-bahak. Suasana yang tegang, menjadi aneh dengan tawanya."Apakah Tetua Mo menjadi gila?" bisik tetua pertama kepada tetua kedua.Tetua kedua memjawab dengan meninggikan kedua bahu yang berarti tidak peduli."Gun Ting, catat anak ini sebagai anak didik kita," ucap Tetua Mo kepada salah satu guru pelatihan yang dibimbingnya."Siap, Tetua."Setelah pemilihan murid baru selesai, Tetua Mo mendapat delapan anak didik baru. Dia memba
Di halaman Kediaman Tetua Kelima, Renggin Ang bersama tiga temannya berlatih hingga sore hari."Kalian harus fokus pada penyempurnaan pembentukan roh hewan spiritual jika ingin mengendalikannya!" bentak An Ting kepada anak didiknya. "Ingat! Roh hewan spiritual yang tidak sempurna, tidak akan bisa dikendalikan! Paham?""Paham, Guru!" jawab Renggin dan ketiga temannya."Ehem. Mulai sekarang, panggil saja Senior An Ting.""Baik, Senior.""Bagus!" ucap An Ting puas. "Aku mau ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku. Kalian, berlatihlah!" Wanita itu meninggalkan mereka.An Ting sendiri memiliki roh hewan spiritual nyamuk, sedangkan Gunting adalah seekor semut. An Ting dan Gun Ting adalah guru pelatihan terburuk di akademi. Bertahun-tahun, hanya mereka yang sanggup bertahan di bawah naungan Tetua Mo.Dahulu, anak-anak lain yang menjadi murid Tetua Mo, lebih memilih kembali ke kediaman mereka masing-masing daripada terus mendapat tindasan di akademi tanpa ada rasa belas kasih dari Tetua Mo.
Pada pagi hari, Tetua Mo secara khusus datang untuk melihat para murid-muridnya berlatih. Kakek tua itu menggabungkan anak didik Gun Ting dan An Ting menjadi satu kelompok."Di mana Bocah itu?" tanya Tetua Mo mencari-cari seseorang."Apakah yang Anda maksud adalah Renggin Ang, Tetua," ucap An Ting balik bertanya."Iya, di mana dia?"An Ting menoleh ke arah Go Yang. "Hey, Adik Yang, bukankah kau sekamar dengan Renggin Ang? Di mana dia?""Emm ... anu, Renggin Ang ... dia ..." Go Yang sedikit takut, kejujurannya akan membawa Renggin Ang dalam bahaya. Namun, dia hanya bisa pasrah dan berharap Renggin Ang baik-baik saja. "Dia masih tertidur pulas, bahkan hingga saat ini. Aku sudah membangunkannya, tapi dia tak kunjung bangun juga.""Heh, anak itu cukup bernyali rupanya. Padahal, aku sengaja datang ke sini untuk mengujinya," ucap Tetua Mo dengan wajah merah padam. "Gun Ting, ikut aku ke kamarnya!""Siap, Tetua!" Gun Ting berjalan mengekor Tetua Mo.Sementara itu, Renggin Ang yang terlihat ti
"Anak ini benar-benar tidur dan bermimpi? Bagaimana bisa dia mengendalikan tubuhnya sementara dia tertidur?" ujar Gun Ting merasa aneh."Ini ... teknik unik yang hanya terdapat pada buku kuno itu, tak disangka bocah ini dengan cepat menguasainya," gumam Tetua Mo.Groook ... grooook ... fiuh ... nyam ... nyam.Suara dengkuran Renggin Ang nan indah, dengan nada-nada penuh irama, membuat darah setiap orang yang mendengarkannya mendidih hingga menguap ke otak."Sialan! Hey, bocah tengik ... apa kau meremehkanku?!" teriak Gun Ting berbicara sendiri."Haish, memang mengesalkan!" desis An Ting."Gigitan semut merah!" Gun Ting menyerang Renggin Ang menggunakan roh hewan spiritualnya.Renggin Ang bertahan dengan perisai peang penjol cangkang keong, lalu anak itu berbalik menyerang dengan cacing penembus darah. Awalnya, darah di seluruh tubuh Gun Ting menggelembung seperti cacar. Lalu gelembung itu meledak membuat luka Gun Ting cukup serius."Aaaaargh!" teriak Gun Ting kesakitan.Semua yang meny
Seketika, raut wajah Renggin Ang berubah tak senang. "Apakah Senior ingin memburu Tuan Muda Lin dan menukarnya dengan berlian? Perlu Anda ketahui, dia adalah temanku. Jadi, urusannya adalah urusanku," ujarnya dengan suara menekan."Ka-kau, berteman dengannya? Ah, maaf. Aku tidak akan tergiur oleh berlian." Gun Ting berpaling.Renggin Ang pun berbalik. "Teknik bagong mabur!" Dia terbang dan hinggap di punggung sang monster."Ayo! Jangan mengganggu urusannya. Kita cari hewan spiritual ke tempat lain!" perintah pemuda itu kepada anak didiknya."Maaf, Senior. Aku akan pergi bertarung dengan Renggin Ang," ucap Go Yang sedikit membunggkukan badan."Kami juga akan pergi membantu Renggin Ang, Senior," imbuh Lan Tai dan San Tai."Huft. Jika kalian tidak ingin membantu, maka pergilah! Aku akan tetap di sini bersama mereka," ujar An Ting kepada kelompok Gun Ting."Kita juga akan membantu." "Benar. Ketua sudah banyak membantu kami di Hutan Pelatihan.""Sudah seharusnya kita membantunya.""Sekte
Beberapa saat yang lalu sebelum Li Lin bertemu Renggin Ang, dia bertemu dengan Ampy Ang. Saat itu Ampy Ang sedang membantu Shen Tie Er untuk kabur dari rombongan Keluarga Shen saat mereka sedang berniaga.Ampy Ang menyadari keberadaan seseorang sedang berlatih. Yang membuat Ampy Ang yakin untuk menemuinya adalah karena adanya aura pedang lapuk yang dia kenal."Ada aura yang aku kenal di sekitar sini," ujar Ampy Ang kepada Shen Tie Er.Kemudian, mereka bertemu orang itu yang ternyata adalah Li Lin."Kau ... Li Lin?!" kejut Ampy Ang tiba-tiba muncul di hadapannya.Namun, Li Lin tidak kaget karena pada dasarnya dia tidak bisa melihat. Saat itu, Li Lin hendak menyatukan raganya dengan roh pedang kayu agar ia bisa meminjam matanya untuk melihat."Si-siapa kau?" tanya Li Lin. Dia merasa akrab dengan suara orang yang berada di hadapannya itu."Ka-kau kan, adik bocah itu ...." sela Suluh."Ampy Ang?!" tebak Li Lin."Benar.""Ah, syukurlah kau baik-baik saja. Aku senang, akhirnya kalian bisa b
Seorang gadis kecil muncul dari balik pohon. "Hihi." Dia menarik Shen Tie Er keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Renggin Ang.Renggin Ang mencubit sebelah pipi gadis itu dan berkata, "Kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kau malah main petak umpet?""Auuuh," rintih Ampy Ang mengelus pipinya."Anda salah paham, Tuan. Justru Ampy Ang datang ke sini untuk bertemu denganmu. Hanya saja ... dia sedikit usil," ujar Shen Tie Er mengembangkan senyum."Wah, pilihan adikmu benar-benar bagus, Ketua. Meskipun dia hanya seorang pejuang tahap kelima, tapi cantiknya luar biasa," bisik San Tai kepada Renggin Ang."Tutup mulutmu!" Renggin Ang membungkam mulut San Tai dan mendorong halus dari sisinya. "Menyingkirlah dulu, aku ingin berbicara dengan Nona ini!"San Tai mengundurkan diri dan mempersilakan Renggin Ang untuk berbicara dengan Shen Tie Er.Tepat pada saat itu, Ampy Ang melihat ada sekelompok orang mendekati mereka. Gadis itu bergumam, "Ada banyak orang sedang berjalan menuju