"Seorang gadis seumuranmu bersama kelompoknya, menutup jalan menghadang kalian. Keadaan ini membuat Yu Jin kesal. Kau bisa meminjam mataku untuk melihat dengan menyatukan ragamu dan rohku. Akan tetapi, setelah kita bersatu, kau harus segera mencari suatu benda sebagai pengikat yang bisa kau pakai setiap saat di bagian matamu. Dan benda itu harus terbuat dari batu spiritual. Jika tidak, kau hanya bisa meminjam mataku ketika aku mengendalikanmu," kata Suluh dari alam bawah sadar Li Lin.
Benda pengikat? Hmm. Benda apa yang bisa diletakan pada bagian mata setiap saat? Pikir Li Lin.Sementara itu, gadis yang menghadang Yu Jin pun berkata, "Aku merasa heran denganmu, Nona Jin. Kau menolak untuk berteman denganku dan lebih memilih anak buta ini?" Gadis itu menunjuk Li Lin.Gadis itu adalah Hua Wei, anak ketiga Pemimpin Keluarga Wei. Di belakangnya ada tiga anak laki-laki dan satu anak perempuan yang selalu mengiringinya. Keempat anak yang selalu mengikutinya itu, sangat membuat Yu Jin muak dengan Hua Wei. Mereka tidak lain hanyalah menjilat puteri ketiga dari Keluarga Wei itu."Aku bilang minggir, Nona Wei. Apa kau tuli?" ucap Yu Jin dengan nada yang sedikit meninggi.Yu Jin akhirnya menerobos melewati sela-sela dengan menabrak mereka. Dia masih menggenggam erat tangan Li Lin yang turut ikut serta di belakangnya.Tiba-tiba, Yu Jin menyadari sebuah pisau melesat cepat ke arah Li Lin. Rupanya salah satu penjilat Nona Ketiga Keluarga Wei berusaha mencelakai Li Lin untuk melampiaskan kekesalan Hua Wei.Whuuuuuus!"Awaaas!" teriak Yu Jin menarik Li Lin untuk menghindar.Namun, Li Lin menahannya dan berbalik menangkap pisau itu dengan tangan kosong. Pisau tersebut terapit di antara jari telunjuk dan jari tengah Li Lin."Ba-bagaimana bisa dia menangkapnya? Bukankah dia buta?" gumam Hua Wei mengkerutkan dahinya.Li Lin sendiri tidak menyangka dirinya benar-benar bisa menangkap pisau itu dengan pose yang sangat keren. Dia hanya mengikuti insting karena mendengar suara lesatan angin yang begitu cepat di belakangnya."Cih!" decak anak laki-laki yang berada di samping Hua Wei."Oh, maaf. Aku tidak bermaksud mengambil pisaumu. Ini kukembalikan!" Li Lin pun melempar pisau yang ia tangkap ke arah anak laki-laki yang berdecak tadi.Wuuuush!"Astaga! Nona Wei, tolong aku!" rengek anak laki-laki itu meminta bantuan Nona Ketiga Keluarga Wei. Tubuhnya gemetar ketakutan. Rupanya anak itu hanya asal melempar dan sama sekali tidak mengetahui teknik pedang."Hrrr!" Hua Wei menggeram. Dia pun menghunuskan pedangnya dan menangkis pisau itu. "Dasar tidak berguna! Pergi dari hadapanku!"Tubuh anak laki-laki itu bergidik terperanjat melihat raut wajah merah padam Hua Wei. Dia pun segera pergi dari sana saat itu juga."Ckck. Tentu saja Jin Li seratus kali lebih baik darimu, Nona Wei," ucap Yu Jin tersenyum tipis. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya bersama Li Lin menuju rumah makan yang hanya tinggal beberapa langkah lagi.Setelah sampai, rupanya rumah makan sangat padat. Mereka mencari tempat duduk kosong. Namun, ternyata tidak ada satu pun tempat duduk kosong kecuali tempat duduk yang satu meja dengan seorang remaja bernama Feng Ji.Feng Ji adalah salah satu senior yang tergila-gila kepada Yu Jin. Anak lelaki ini sangat pencemburu dan pendendam. Dia cukup berbakat dalam seni pedang, membuat Fu Jin membiarkan anak itu mendekati Yu Jin secara terang-terangan. Yu Jin sendiri belum bisa menandingi ilmu pedangnya. Hal ini membuat gadis itu memilih untuk menjauh."Ish, kenapa harus dia!" gerutu Yu Jin tanpa sadar meremas tangan Li Lin. Dia berbalik khawatir Feng Ji akan mengenalinya."Yu Jin!"Apa yang dikhawatirkan Yu Jin pun terjadi. Feng Ji dengan semangat memanggilnya. Namun, ketika ia melihat Yu Jin menggenggam tangan anak laki-laki di sampingnya, raut wajah Feng Ji langsung berubah masam."Sepertinya seseorang memanggilmu," ucap Li Lin kepada Yu Jin."Biarkan saja. Ayo kita pergi!""Pergi ke mana?" ucap Feng Ji tiba-tiba sudah berada di hadapan mereka. "Kenapa? Kenapa kau selalu mengabaikanku, Yu Jin?""Bukankah sudah jelas. Aku tidak menyukaimu Senior Feng. Berhenti menggangguku!" Yu Jin ingin keluar dari tempat itu, tapi Feng Ji selalu menghadangnya."Tidak akan! Aku selalu berusaha keras terus berlatih, untuk mendapat perhatianmu. Pemimpin bahkan tidak masalah membiarkanku dekat denganmu. Tapi, kau lebih memilih anak buta ini! Dia hanya akan menjadi beban untukmu, Yu Jin," ucap Feng Ji dengan nada meninggi.Seluruh mata pengunjung rumah makan itu, menjadikan Feng Ji dan Yu Jin pusat perhatian mereka. Li Lin pun mulai memahami situasi Yu Jin. Anak itu bisa mengetahui posisi Feng Ji hanya dengan mendengar hembusan napasnya."Yu Jin bilang, berhenti mengganggunya!" Li Lin mengarahkan pedang kayunya tepat pada hembusan napas Feng Ji, yaitu di depan wajahnya. "Atau aku, akan menggores wajahmu!""Pffft. Hahaha!"Feng Ji tertawa diikuti oleh orang-orang yang berada di rumah makan itu."Kau, ingin melukaiku dengan pedang kayu lapuk ini? Hahaha!" ucap Feng Ji disertai tawa ejekan.Syuuut ... scraaaash!Li Lin mengayunkan pedangnya tanpa memperdulikan ocehan Feng Ji. Pedang itu berhasil menggores wajah anak lelaki itu, di bagian hidung hingga ke pipi kiri. Noda merah mulai menetes dari bekas goresan itu, membuat Feng Ji menampakkan geratan giginya.Mata-mata para pengunjung rumah makan itu pun seketika membulat. Mulut-mulut mereka sedikit menganga merasa takjub dengan kejadian yang mereka lihat saat ini. "Luar biasa! Sebuah pedang kayu yang tampak lapuk itu ternyata bisa melukainya? Anak itu benar-benar mencari mati telah menantang Feng Ji." Mimik-mimik mereka bergetar."Grrr! Beraninya kau!" Feng Ji mengayunkan sebuah kepalan ke arah Li Lin dengan memusatkan energi spiritualnya pada kepalan tersebut.Wuuuush!Saat itu juga, Li Lin datang menarik tangan Ampy Ang agar terhindar dari serangan sang pedang iblis. Namun, asap gelap masih mencekik gadis itu bahkan masuk ke mulutnya hingga ke bagian dalam tubuhnya."Ampy Ang, tubuhmu!" Sorot mata kekhawatiran Li Lin menunjukan rasa takut akan kehilangan gadis itu."Tak apa, aku bisa menahannya. Ugh!" Ampy Ang merintih."Apa yang harus kulakukan untukmu?" "Cepat lakukan penggabungan denganku dan bunuh makhluk itu! Asap gelap ini akan hilang dengan sendirinya ketika inangnya telah lenyap.""Penggabungan?""Ikuti aku! Uhuk!" Ampy Ang memuntahkan darah. "Jangan pedulikan aku, dan fokuslah! Jika kau tidak ingin terjadi sesuatu denganku, setelah penggabungan ini, kau harus cepat membunuhnya. Setelah dia mati, aku akan baik-baik saja."Li Lin tak bisa berbuat apapun kecuali hanya bisa menuruti Ampy Ang. Tidak ada pilihan lain dan tidak ada yang lebih penting selain keselamatannya.Telapak tangan kanan Li Lin bertautan dengan telapak tangan kiri Ampy Ang.
Ampy Ang beradu kekuatan dengan sang pedang kayu menggunakan telunjuk halilintarnya. Saat ia sedang disibukkan dengan sang pedang kayu, pedang karang melesat menembus pertahanannya. Namun, untungnya aksi pedang karang tersebut berhasil dihalau oleh Li Lin tepat waktu."Ha ha ha! Aku akui, kekuatanmu memang berkembang sangat pesat, gadis kecil. Tetapi lelaki di sampingmu, bukankah dia hanya akan menjadi bebanmu? Dia bukanlah siapapun tanpa diriku. Siapa lagi yang kau harapkan? Kakakmu? Meskipun dia sudah membereskan orang-orang di Akademi Jianshu, Master King sudah mengerahkan pasukan siluman ular putih untuk menyerang Kerajaan Wong, apa kau pikir dia akan datang membantumu, atau pergi ke Kerajaan Wong? Hahaha!"Ampy Ang sangat tercengang dengan pernyataan yang dilontarkan oleh sang roh pedang kayu. Begitu pula dengan Li Lin. Anak itu tak bisa berkata-kata."Maafkan aku, Ampy Ang," bisik Li Lin menautkan punggungnya berdempetan dengan punggung gadis itu."Jangan dengarkan ocehannya! Me
"Kemarilah, sayang! Dekap aku, manjakan aku!" ajak Yu Jin menarik lengan Li Lin ke sebuah dipan yang penuh hiasan bunga mawar dan melati.Hari menjelang malam, malam yang begitu indah, tiba-tiba dikacaukan oleh suara genteng yang berhasil dijebol.Braak!Baru saja mereka akan memadu kasih, suara itu seketika menghentikan aktivitas mereka dan membuat mereka terperanjat."Siapa ...! Siapa yang berani mengganggu kesenanganku? Grr!!!" seru Yu Jin menggeram.Ampy Ang, muncul dari lubang genteng yang jebol. Dia melihat Li Lin tepat di bawahnya dengan hanya mengenakan celana kolor. Tanpa pikir panjang, Ampy Ang bergelantungan meraih rambut pemuda itu. Setelah mendapatkannya, ia mencengkeram kuat, lalu melemparnya ke atas hingga menembus genteng.Braak!"Oh, ini sangat bagus untuk melampiaskan kekesalanku!" gumam Ampy Ang. Kemudian dia menyusulnya dan melihat, ke mana pemuda itu mendarat.Yu Jin mengikuti gadis itu tak membiarkan kekasihnya dibawa pergi begitu saja. Lagi-lagi, Ampy Ang mencen
Dua tahun yang di lalui Ampy Ang tanpa kabar,di Kerajaan Wong, dia mendapati Kakaknya sedang kalang kabut menghadapi keadaan Tu Lung Dong yang tiba-tiba menjadi sangat kritis. Sepeninggalnya menghadapi perang melawan Kerajaan Ye, Renggin Ang menyerahkan tanggung jawab pertumbuhan dan pemasokan buah avoka kepada Singka Wang.Sedikit kelalaian Singka Wang, berakibat fatal bahkan mengancam nyawa Tu Lung Dong. Dia terlambat satu menit memberi pupuk pohon avoka, sehingga membuat kematangan buah terlambat.Satu detik keterlambatan mengkonsumsi buah avoka, maka racun dingin dalam tubuh Tu Lung Dong akan menyebar satu ruas jari mendekati jantungnya. Sekarang, hanya sisa satu titik bagian jantungnya yang sama sekali belum terkontaminasi oleh racun.Renggin Ang dan ibunya terus menekan racun itu. Namun, racun itu semakin ganas dan tidak kunjung berkurang.Andai saja Tu Lung Dong masih memiliki walau hanya sedikit tenaga, masalah akan terselesaikan. Namun, pria itu sama sekali tak berdaya. Jang
Di dalam akademi, tiba-tiba seorang tetua berkoar-koar mengatakan bahwa seorang murid bernama Meili Fang menghilang. Dia meminta semua muridnya berkumpul di halaman akademi dan memerintahkan mereka untuk mencari Meili Fang dalam keadaan hidup ataupun mati.Pendengaran Li Lin semakin tajam. Jauh di belakang akademi, dia mendengar suara pertarungan. Yaitu pertarungan Ai Lang dan hewan spiritual harimau hutan.Ketika semua murid dibubarkan untuk mencari Meili Fang, anak itu langsung bergegas pergi ke belakang akademi. Sebelah matanya melihat Ampy Ang sedang mematung menghadapi seorang gadis berbaju merah. Tak disangka, semakin lama semakin banyak binatang buas yang mendekati mereka.Li Lin pun datang membantu Ai Lang menyingkirkan binatang-binatang itu. Dia mengetahui bahwa kedua gadis itu sedang beradu kekuatan mental.Tiba-tiba, keduanya tumbang. Li Lin hanya menangkap tubuh Ampy Ang dan membiarkan gadis berbaju merah itu terjatuh ke tanah."Hei! Ampy Ang! Apa yang terjadi denganmu?"Sa
Beberapa waktu yang lalu sebelumnya, di pusat pemerintahan Kerajaan Zuqin yaitu Istana Kerajaan Zu. Li Lin, Ampy Ang, Yang Zu, dan Xue An Qin tidak ikut bersama rombongan mengiringi pemimpin baru, sedangkan Renggin Ang dan ibunya sudah kembali ke Kerajaan Wong usai pesta pernikahan. Ketika makan siang, mereka mengobrol bersama di ruang tengah."Kapan kau akan kembali ke Perguruan Jianshu?" tanya Ampy Ang kepada Li Lin."Secepatnya! Mungkin besok, atau nanti malam," jawabnya."Bukankah itu terlalu cepat, Kakak Lin?" ujar Xue An Qin tampak sedikit resah."Ya. Bagaimanapun juga, aku harus menunggu Senior Xing dan Paman Hun untuk berpamitan," timpal Li Lin. Anak itu pun melihat kegelisahan sepupunya dan bertanya, "Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?""Semalam, saat aku melamun, tiba-tiba aku terbayang, bahwa ada suatu tempat di salah satu wilayah bekas Kerajaan Ye, sedang mengalami kesulitan pangan. Banyak dari mereka mati kelaparan. Tempat yang mereka tinggali sangat tandus dan