Shean membantu Zeera memakai kimononya.
“Sudah kencang belum?” tanya Shean yang sedang memasangkan Obi, atau sabuk pinggang untuk Kimono Zeera.
“Sudah.”
“Kamu terasa sesak tidak? apa aku perlu melonggarkannya sedikit?”
“Jangan… jangan dilonggarkan lagi. Aku masih bisa bernapas kok,” jawab Zeera.
“Pppfft..” Shean menahan tawa mendengar jawaban isterinya.
‘Kenapa dia tertawa?’
“Baiklah, semuanya sudah lengkap,” ucap Shean setelah memastikan Kimono Zeera sudah terpasang dengan rapi dan aman.
“Kita mau kemana?” tanya Zeera, sembari menerima dompet kecil dari Shean yang terbuat dari bahan kain sutera yang sama warnanya dengan Kimononya.
“Kita akan melihat kembang api,” jawab Shean.
Sentuhan terakhir dari Shean adalah, memasangkan bunga disisi kanan telinga Zeera.
“Fix. Ayo kita jalan,” ajaknya menggandeng tangan Zeera.
Mereka sengaja memakai pakaian Kimono berwarna m
“Sayang, padahal aku masih memiliki 2 kond*m lagi, harusnya kita habiskan saja,” ucap Shean memakai pakaiannya lagi. “Kau mau aku mati? Mati karena nafsu s*x suaminya sendiri?” protes Zeera yang juga sedang memakai pakaiannya. “Hahaha… iya juga ya. Masuk akal. Aku juga pasti di cap sebagai suami yang menyiksa isterinya sendiri,” tawa Shean menggaruk kepalanya. “Sini biar aku bantu kamu memasang sabuknya,” Shean membantu Zeera berdiri, dan memasangkan sabuk. “Apa masih sakit?” tanya Shean merapikan Kimono Zeera terlebih dahulu sebelum dipasangkan sabuknya. “Tentu saja masih sakit. Kau pikir punyamu itu tidak besar,” jawab Zeera kesal. “Hahaha… ayolah, Sayang, kenapa masih sakit sih? Kan kita melakukannya sudah beberapa kali, aku kan jadi tidak tega sebagai suami,” ledeknya. ‘Apaan sih?’ ‘Apa dia tidak sadar dengan bentuk dan ukuran miliknya sendiri?’ “Nah, sudah selesai. Pakai sepatumu. Apa kau
“Shean….” Teriak Naomi menyambut kedatangan Shean, mengabaikan Zeera. Shean dan Zeera baru saja memasuki restaurant untuk makan malam dengan dua sahabatnya sewaktu mereka remaja. Naomi berdiri, keluar dari kursinya menyambut kedatangan Shean. Dia langsung memeluk lengan Shean, tidak perduli dengan tatapan Zeera yang tidak suka. “Naomi… lepaskan!” Shean melepaskan tangan Naomi dari tangannya. Naomi terlihat kecewa. “Wah, akhirnya kalian datang juga, aku pikir isterimu tidak mau datang kesini,” ucap Riyusake berdiri ingin menyapa mereka berdua. “Bukan isteriku yang tidak mau, tapi aku sendiri yang tidak mau!” jawab Shean. “Masa sih?” Riyu yang tidak percaya. Shean menarik satu kursi untuk Zeera, “Terima kasih Shean,” tiba-tiba Naomi langsung duduk dikursi yang disediakan Shean. ‘Ih, tidak tahu malu banget sih nih cewek!’ gerutu Zeera dalam hati. “Hm, Naomi-" “Sini duduk!” Naomi menarik Shean untuk duduk di
“Nah, itu mereka!” tunjuk Alpha pada Abert. “Bos!” teriak mereka berdua agar Shean dan Zeera melihat mereka disana yang sudah menunggu sedari tadi. Dengan 2 troli besi, mereka membawa ketiga kopernya. Mereka menyadari bahwa karyawannya sudah datang. “Bos, akhirnya anda sudah pulang,” ucap Aplha langsung mengambil alih troli besi milik Shean, dan Albert mengambil troli yang dipegang Zeera. “Apa kau pikir kami akan menetap disana? Mobilnya dimana?” tanya Shean menggenggam tangan Zeera. “Disana bos, mereka juga sudah menunggu diluar,” jawab Alpha menunjuk. “Bos, bukankah waktu kalian pergi hanya ada satu koper? Kenapa jadi ada tiga koper, bos?” tanya Alpha melihat dua koper yang cukup besar, hanya satu saja berukuran sedang. “Berisik! Terserah aku dong mau bawa berapa banyak koper, ada masalah?” jawab Shean ketus. “Maafkan saya Alpha, itu karena saya membawa beberapa hadiah kecil untuk teman-teman saya.” Sahut Zeera
Dokter sudah selesai memeriksa dan memberikan obat untuk Shean. Zeera juga sudah beberapa kali mengganti handuk basah untuk mengurangi demam suaminya. Semalaman Zeera tidak bisa tidur dengan lelap karena khawatir dengan Shean. “Cepatlah sembuh,” ucap Zeera mengusap kepala Shean. Ujung bibir Shean tersenyum sekilas, sangat cepat seperti mendengar dan bereaksi dengan ucapan Zeera. ‘Apa dia tadi tersenyum? Apa dia dengar apa yang aku katakan?’ Satu jam kemudian… 'Suami seperti apa dirimu ini?! Kau tidak pernah perduli dengan isteri dan anakmu! Kau hanya perduli dengan selingkuhanmu saja!’ ‘Apa? Apa kau bilang? Bagaimana dengan dirimu sendiri? Hah? Kau juga sibuk dengan arisanmu, kau juga punya ‘berondong’ kan? Dan kau hanya menyalahiku saja?’ Plak… ‘Bren***k! kau berani menamparku? Wanita sialan! Tidak tahu diri!’ ‘Mati saja kau! Suami tidak berguna!’ “Hmp…
“Banyak juga, berarti yang bekerja disini, sekitar 50? Waduh, itu bayarannya berapa setiap bulan hanya untuk membayar pelayan dirumah saja.” Zeera masih terkejut.“Bisa sampai ratusan juta nyonya, itu hanya pelayan dirumah saja ya, belum lagi dengan listrik, air atau fasilitas lainnya.”“Nah, ini susu hangatnya nyonya, rotinya sebentar lagi selesai saya hidangkan,” Ajeng meletakkan segelas susu hangat.“Terima kasih Ajeng,” ucapnya meraih gelas, ingin meminumnya.“Tapi anda jangan khawatir, karena tuan memiliki banyak perusahaan, hotelnya kan ada diluar negeri juga nyonya, salah satunya di Jepang, pasti anda sudah pernah kesana. Ini yang saya tahu saja nyonya, di Jepang saja ada puluhan hotel milik tuan Shean, belum lagi di negara-negara lain.” Ajeng membanggakan majikannya.Zeera mengangguk kagum.‘Pantas saja dia menahanku disini dan mengatakan akan memberikan apapun yang ak
“Disini, Nyonya?” “Benar, disini saja,” Zeera bersiap turun dari mobil. “Tunggu Nyonya, saya akan turun untuk membuka- “Tidak usah. Kau tetap didalam mobil, biar aku sendiri kesana,” Zeera dengan cepat langsung turun dari mobil. Alpha melihat isteri bosnya masuk ke toko roti. “Biar bagaimana pun, aku harus ikut bersama Nyonya, daripada aku nanti kena omelan dari bos.” Setelah Alpha memarkirkan mobilnya, dia pun menyusul Zeera masuk kedalam toko. Ting… Bunyi lonceng kecil yang sengaja digantung diatas pintu, sebagai tanda kalau ada orang yang masuk kedalam toko. “Zeera….” Teriak Ayu, salah satu pegawai yang bekerja, dan rekan kerjanya dulu. “Terima kasih atas pesanannya, silahkan mampir lagi,” ucap Izzati yang baru menerima pembayaran dari pembeli lain. Dia pun senang saat melihat Zeera baru masuk, mereka saling melempar senyum. Izzati keluar dari daerah kasirnya, menyambut kedatangan sahabatnya, kebetula
“Tolong Anda jangan tersenyum tebar pesona pada isteri saya!” Felix, Zeera dan lainnya terkejut dengan ucapan Shean yang tajam dan tidak suka itu. “Ehem, Shean, tunanganku ini kan hanya berusaha ramah saja pada isterimu, bukan hanya padanya saja, tapi pada semua tamu undangan yang ada disini, ISTERI siapapun itu. Jadi… sepupuku yang pencemburu, kendalikan emosimu, ok!” ucap Rantika menjelaskan. Shean membawa Zeera menjauh dari mereka. Rantika hanya menghela napas saja, dia menenangkan tunangannya yang masih terkejut. Sejak Shean memberi peringatan pada Felix, semua tamu undangan jadi enggan untuk menyapa Zeera, semua menjaga jarak dari wanita yang bisa memicu kemarahan Shean. “Hallo Pak Shean, bagaimana kabar anda?” seorang pria yang tua, dimana sudah memiliki rambut putih, menghampirinya. Dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan shean. “Hallo, pak Rio, kabar saya baik-baik saja. Dimana isteri anda? Apa anda tidak membawanya
“Benar kan? Kau pasti dan akan selalu bersamaku? Hm?” Zeera tidak langsung menjawab. Mereka saling menatap wajah dihadapannya. “Jawab aku Zeera,” Shean menarik wajah Zeera yang mengalihkan pandangannya. “Hm.” “Hm? Apa arti jawabannya?” “Entahlah, aku juga tidak tahu harus menjawab apa.” “Kenapa? apa menjawabnya sangat sulit? Kenapa?” Shean semakin penasaran. Mendapat pertanyaan itu, Zeera semakin bingung. “Pasti kau yang akan meninggalkanku lebih dulu kan?” Shean mengernyitkan dahinya mendapat pertanyaan dari isterinya. “Meninggalkanmu? Maksudnya?” “Yah, kau kan menikah denganku bukan karena kau memiliki perasaan apa-apa padaku. Kau hanya… kau hanya menginginkan tubuhku saja. Iya kan?” ‘Apa yang aku bicarakan?’ gumam Zeera dalam hati. Sejenak Shean terdiam. “Perasaan ya? hm…” “Tubuhmu? Tentu saja aku menginginkannya dan alasan pertamaku menikahimu yah kare