Share

Menyamar

Zaheera sudah selesai memilih 3 pasang sepatu dengan model yang sama hanya berbeda warna saja. Lalu melakukan pembayaran. Shean, yang tubuhnya lebih tinggi dari kebanyakan orang, jelas sekali di mana dia berada.

Zaheera pergi ke lokasi lain, Izzati mengikuti sahabat nya itu, sesekali matanya melirik kebelakang, dimana Shean yang masih mengikutinya.

“Zati, kamu mau beli apa lagi?” tanya Zaheera melihat kiri dan kanan.

“Mmm… aku, seperti nya kita makan dulu deh, aku udah laper banget nih,” ajak Izzati. Zaheera yang juga sudah lapar sepakat dengan tujuan Izzati. Mereka mencari tempat makan yang sesuai dengan lidah dan kantong mereka.

Hingga mereka memutuskan pada satu tempat yang murah dan banyak menu.

Shean tentu saja ikut. Walaupun sebenar nya dia sangat risih berada di tempat yang seperti itu.

“Zeera, ada yang mencurigakan,” bisik Izzati.

“Apaan?” Zaheera yang tidak sadar dengan kehadiran sosok yang mengikutinya.

Dia pun ikut berbisik.

“Kamu lihat pria yang di sana, pakai topi, masker dan kacamata hitam, dia duduk di samping belakang kita, tapi kamu lihatnya pelan-pelan ya, jangan sampai dia nya curiga,” Bisik Izzati dengan perlahan.

Zaheera pun dengan pelan tanpa merasakan apa-apa, melihat arah yang di tunjukkan sahabatnya itu. Dan ternyata benar. Zaheera melihat sosok itu melihat kearahnya, hanya saja tidak yakin, apakah pria itu melihat dengan mata nya atau karena arah wajah nya yang seperti melihat Zaheera, karena pria itu memakai kacamata hitam.

“Apa dia melihat kita?” bisik Zaheera lagi.

“Waktu kamu beli sepatu juga dia udah ada di samping kamu, dan diam-diam ngeliatin kamu terus tahu. Cuma kamu nya aja yang terlalu serius milih sepatu,” bisik Izzati sambil melirik Shean.

“Apa? Masa sih? Kok aku enggak nyadar ya. Aduh aku jadi takut nih. Gimana donk?” Zaheera yang jelas mulai cemas.

“Tenang dulu. Jangan sampai dia curiga terus nyakitin kita. Eh maksud aku, kamu. Karena aku rasa dia tuh kayak ngincar kamu loh,” bisik Izzati.

“Jangan nakutin aku dong. Gak tenang banget akunya,” bisik Zaheera juga.

“Kamu pikir aku enggak takut juga. Pokok nya kita diam dulu, pura-pura tidak tahu. Nanti kita bisa ambil kesempatan lari,” usul Izzati. Shean, yang sudah mulai curiga dengan apa yang mereka bisikkan. Hanya tersenyum di balik masker kain yang di gunakan.

“Seperti nya kucing ku mulai tahu nih,” gumam Shean. Makanan yang di pesan mereka sudah datang. Karena memang sudah sangat kelaparan, mereka langsung memakan pesanan nya. Untuk menambah kekuatannya juga. Walaupun begitu, mereka juga diam-diam melirik lokasi posisi yang di anggap mencurigakan itu.

Shean hanya meminum air mineral kemasan botol. Hanya itu yang bisa dia rasa terjamin kebersihannya. Beberapa saat kemudian, akhir nya mereka sudah selesai makan. Tinggal melakukan pembayaran. Shean berencana untuk tidak mengikuti targetnya, tidak mau kalau mereka curiga dan ketakutan.

“Jangan takut sayang, aku tidak akan menggigit mu sekarang kok,” ujarnya di dalam hati. Zaheera dan Izzati perlahan pergi, tentu saja sambil melihat arah Shean.

“Zat, dia nggak ngikutin kok,” bisik Zaheera.

“Ya udah, ayo pulang. Biar lebih aman," ajak Zaheera. Shean membiarkan mereka pegi. Tidak mau membuatnya ketakutan.

“Sabar dulu ya sayang, nanti aku akan membawa mu kepelukan ku lagi, dan tentu saja….. tidak akan aku lepas kan.” Ucap nya pelan dengan sudut bibir yang terangkat.

 *******

“Zeera, kamu bisa kan pulang sendiri?” tanya Izzati.

“Iya, aku rasa sudah aman kok,” jawab Zaheera sedikit yakin.

“Oh iya, ini kamu pakai hp aku saja dulu. Kita kan tidak sempat tadi membeli hp karena orang itu. jadi kamu pakai ini dulu,” Izzati memberikan salah satu ponsel nya pada Zaheera.

“Tapi..."

“Udah pakai aja. Nanti kalau sudah ada punya mu, kau belikkin lagi,” jawab Izzati.

“Ya udah, aku pinjam dulu ya. Makasih,” Zaheera pun menerima ponsel sahabatnya untuk di pakai.

“Sampai jumpa besok di tempat kerja ya," Izzati melambaikan tangan dan berpisah kemudian. Zaheera membalas lambaian tangan itu.

 ********

Zaheera baru saja turun di depan kontrakan nya. Dan ternyata di sana sudah ada Suriani dan keluarga baru yang sedang menunggunya. Baru saja selesai membayar ongkos, tiba-tiba rambut nya sudah di tarik dari belakang.

“Dasar anak sialan kamu ya. Bring**k, berani sekali kau memukul puteri ku. Mati saja kau…” Suriani dengan emosi yang memuncak menarik dan menampar Zaheera yang masih belum tahu apa yang terjadi.

“Lepas…. Apa… ada apa ini,” teriak Zaheera memaksa melepaskan tangan yang menarik rambutnya. Zaheera melihat sekitar yang datang melihat adegan itu. tentu saja ada rasa malu yang di rasakan sekarang.

“Siapa yang kau suruh menyakiti Liana? Hah???” teriak Suriani dengan memegang pinggangnya.

“Apa maksud mama?” tanya Zaheera merapikan rambutnya.

“Jangan pura-pura tidak tahu kau, kenapa kau menyakiti anakku,” Sekarang giliran Baroto yang menarik rambut Zaheera.

“Lepas kan tangan mu. Jangan mencoba menyentuhku,” Zaheera mendorong tubuh Baroto hingga terjatuh.

“Berani sekali kau, aku akan menghajar mu sia*an…. Anak sial…” sekarang Suriani sudah mulai mengeroyok Zaheera.

Tidak ada yang berani untuk melerainya. Baroto, yang mengambil kesempatan mencoba menyentuh Zaheera dalam genggaman Suriani. Zaheera tahu, kalau suami baru mama nya itu sangat genit.

“Bagaimana ini? Apa kita harus menolong nona itu?” tanya anak buah yang di suruh untuk menjaga di sekitar kediaman Zaheera.

“Pake nanyak lagi. Kita akan di bunuh kalau tidak segera menyelamat kan nya. Ayo cepat..” rekan nya yang langsung turun menuju lokasi.

Baroto, dengan sengaja memegang perut Zaheera dengan alasan ingin membalas dendam, Suriani tidak sadar dengan maksud jahat suaminya itu.

BBBRRRRUUGGGHHHH….. BBBRRRUUUGGGHHHH…….. PPPPLLAAAAAAKKKK….

Hanya dengan dua orang saja sudah berhasil menyingkirkan sepasang suami isteri yang gila itu.

Mereka melihat, siapa gerangan yang sudah berani ikut campur.

“Siapa kalian bren***k??” teriak Baroto memegang pipi akibat tonjokkan dari lawannya. Dua pria yang di suruh untuk menjaga Zaheera, sangat misterius, dengan pakaian yang serba hitam dan memakai kacamata hitam. Dan tentu saja memiliki postur tubuh yang besar dan berotot.

Dua orang itu hanya diam dengan tatapan tajam di balik kacamatanya. Baroto berusaha berdiri, dan mencoba memberikan pukulan. Namun mereka menghindar, sehingga Baroto yang tidak bisa seimbang berdiri jatuh ke tanah.

“Breng**k, aku akan menghajar kalian,” Baroto mencoba berdiri lagi dan ingin memberikan pukulan berikutnya.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Martan Yuri
ceritanya seru tapi muter muter
goodnovel comment avatar
Sultan Bakri
gue baca nya boruto bukan baroto haduh penulis pasti Nonton anime juga ini...
goodnovel comment avatar
Uwi Tawan
menulis itu gak gampang, banyak yg dikorbankan. pikiran, waktu istirahat dan masih banyak lg. jd, wajar kalau kita harus beli koin, apalagi kalau emang senang dengan cerita yang dibaca. tp gak beli koin jg bs asal sabar, kayak aku, cek in , nonton iklan dll yg bs dapat bonus buat baca gratis...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status