Home / Romansa / Si Mesum Jatuh Cinta / Shean Mengikuti Zaheera Diam-Diam

Share

Shean Mengikuti Zaheera Diam-Diam

Author: Linilini
last update Last Updated: 2021-06-03 11:48:13

Hari berikut nya anak buah Shean datang ke rumah Suriani. Rumah kontrakan yang sangat sederhana. Di dalam rumah itu yang ada hanya Liana saja, Suriani dan papanya berada di luar di tempat yang berbeda. Liana yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Tidak menyadari kedatangan beberapa pria berpakaian hitam dengan badan yang besar.

Tok… Tok.. Tok… Liana melihat siapa yang mengetuk pintunya yang tertutup. Dia keluar dari kamar.

“Siapa sih yang datang?” gerutunya.

Ceklek… Gadis itu melihat mereka yang berwajah seram.

“Ka….kalian siapa? Dan ada perlu apa?” tanya Liana.

“Dimana perempuan satu lagi yang tinggal di sini?” tanya salah satu dari mereka. Liana berpikir siapa yang di maksud mereka.

“Siapa? Tolong berbicara yang jelas, apa…"

“Aaaaaaaakkkhhh……. Lepaskan……aaaakkkhhh….."

Pria-pria itu menarik rambut Liana dengan paksa, menyeret nya hingga keluar dari rumah. Banyak tetangga yang keluar melihat.

“Ada apa sih? Kenapa si Liana di seret gitu? Siapa mereka?” bisik tetangganya.

“Bu, tolong aku, mereka orang jahat..” teriak Liana mengulurkan tangan nya untuk meminta pertolongan.

Sayang sekali tidak ada yang berani menolong Liana, karena sudah di  berikan tatapan tajam dari pria berbadan besar itu. Alex dan Alfa hanya memperhatikan dari seberang, tentu saja mengambil beberapa foto untuk di tunjukkan pada Shean yang menunggu laporan.

Liana di tampar beberapa kali di bagian pipi, rambut ditarik, hingga gadis itu menangis memohon ampun.

“Dimana perempuan yang satu lagi?” tanya pria itu mengangkat wajah Liana.

“Siapa? Apakah mama yang kalian cari?” tanya Liana dengan wajah yang membengkak.

“Dimana dia?” tanya mereka.

“Mama pergi dengan papa, aku tidak tahu kemana. Tolong lepaskan aku. Aku mohon,” Liana mengangkat tangan, memohon ampun.

“Bos, wanita yang satu lagi tidak ada, dia sedang keluar. Wanita ini adalah anaknya. Apa yang harus kami lakukan lagi?” tanya anak buah Alex.

“Beri peringatan pada nya lalu kalian pergi,” jawab Alex. Ana buahnya menutup panggilannya. Melihat Liana yang masih menahan kesakitan.

“Dengarkan kami, kalau kau dan orang tuamu tidak mau kami hajar lagi, bilang pada mereka untuk tidak mengganggu Zaheera,” salah satu dari mereka memberikan peringatan pada Liana.

“Zaheera? Kalian siapa? Apa kalian kenal dengan perempuan itu?” tanya Liana dengan sisa keberaniannya.

“Jangan banyak tanya. Dengar kan dan turuti. Mungkin lain kali kami akan melakukan lebih dari ini. Jadi jangan sampai kalian melanggarnya,” jawab mereka dengan suara keras.

“Baik… baiklah bang…. Tolong, lepaskan aku. Aku akan kasih tahu sama mama,” jawab Liana.

Mereka melihat teman-teman nya, memberi kode dengan menganggukkan kepala nya. Hingga akhirnya mereka menghentikan aksi penyiksaan dan pergi meninggalkan Liana yang sudah setengah babak belur. Barulah tetangga berani membantu Liana untuk memberikan pertolongan. Mereka membawa Liana ke dalam rumah untuk segera di obati.

“Siapa yang kalian ganggu sampai ada banyak orang yang datang kesini,” tanya ibu-ibu tetangga. Tetapi tidak menjawab. Masih menahan rasa sakit yang ada di tubuhnya.

 *******

“Mana wanita yang tua itu?” tanya Shean yang merasa kurang puas dengan hasil pekerjaan anak buahnya.

“Tidak ada tuan. Mereka adalah ibu dan anak,” jawab Alex.

“Beri pelajaran juga pada wanita itu. Aku tidak mau wanita itu bebas begitu saja,” perintah Shean yang merasa tidak puas.

*****

Suriani dan suami kedua nya sudah pulang. Dengan membawa makanan untuk kedua anak nya. Mereka hanya menggunakan motor matik.

“Pa, kenapa banyak orang di rumah kita? Ada apa?” tanya Suriani.

“Ya ampun kalian baru pulang? Lihat anak kalian habis di pukuli,” salah satu tetangga memberitahukan apa yang terjadi.

“Apa? Siapa yang melakukan itu?” tanya Baroto, suami kedua Suriani.

‘Kami juga tidak tahu, mereka lebih dari 5 orang, pria berbadan besar semua,” jawab tetangganya.

“Mama…papa….” Liana berdiri menghampiri orangtuanya.

“Liana, kamu kenapa? Kenapa sampai terluka begini? Siapa yang melakukannya?” tanya Baroto. Liana yang masih menangis.

“Hey, diam dulu. Papa kamu sedang bertanya,” suruh Suriani. Liana berusaha diam, melihat orang tua nya yang menunggu jawaban dari puteri kandungnya.

“Siapa…. Siapa yang melakukannya?” tanya Baroto lagi.

“Aku tidak tahu siapa yang melakukannya. Tapi kata mereka, jangan lagi kita mengganggu Zaheera. Kalau tidak mereka akan melakukan ini lagi,” jawab Liana.

“Apa? Berani sekali mereka mengancam kita,” Baroto yang tidak percaya.

“Zaheera? Apa dia kenal dengan mereka?” tanya Suriani.

“Ma, mereka juga mencari mama. Mungkin karena kita memukul Zaheera, dan mereka marah,” ucap Liana.

“Apa? Mencariku?” Suriani merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan puterinya. Liana menganggukkan kepalanya.

“Sialan, ini pasti anak pembawa sial itu yang menyuruh preman-preman itu memukulmu. Papa……"

“Ma, aku akan kasih pelajaran pada Zaheera itu, aku tidak perduli kalau dia adalah anakmu,"

“Papa, mama juga tidak perduli dengannya. Mau papa apakan pun dia mama tidak perduli. Mama gak mau puteri kita yang cantik ini terluka,"

“Tapi, Ma, Pa, pasti mereka juga tidak akan tinggal diam. Liana takut, Pa…” Liana menangis lagi.

*****

Zeera, bagaimana pakaian ini, cocok gak denganku?” tanya Izzati menempelkan pakaian ditubuhnya.

“Enggak, warnanya terlalu norak,” Zaheera menggelengkan kepalanya. Dia tidak suka dengan pakaian yang ditunjukkan Izzati.

“Tapi aku sudah lama mengincar ini. Masa enggak cocok sih, Ra.” Izzati merasa kecewa karena dibilang tidak cocok.

“Kau kan bertanya pada ku, aku jawab kenapa kau tidak terima. Kalau kau suka, ambil saja. Kan kau yang pakai,” ucap Zaheera.

“Oke, aku tetap ambil pakaian ini. Aku mau pakai,” Izzati tidak perduli dengan pendapat Zaheera lagi.

“Terserah,” Zaheera berjalan mencari sepatu. Shean, tidak jauh dari mereka, sedang mengikuti diam-diam.

Shean yang memakai topi, masker dan kacamata hitam. Seorang diri. Asistennya Tristan menunggu di mobil. Zaheera memilih-milih sepatu berwarna hitam, sepatu teplek yang paling dia suka.

“Ini berapa, Bang?” tanyanya menunjukkan sepatu yang dipilihnya.

“35 ribu neng, beli 3 bayarnya 100 ribu saja,” jawab si pedagang.

Di samping Zaheera, Shean berdiri. Sangat dekat hingga mengenai tangan Zaheera.

Zaheera hanya melihatnya sekilas, dan mengalihkan pandangannya lagi. Walaupun sekilas, Shean bisa melihat jelas wajah Zaheera.

“Siapa orang itu, kenapa dari tadi aku lihat ngikutin Zaheera?” ucap Izzati merasa curiga.

“Ya udah aku beli 3 bang. Tapi aku pilih lagi ya,” Zaheera mencari dua pasang sepatu lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Mesum Jatuh Cinta   120. Kelahiran Kaizer Rayhan Yandra

    Beberapa bulan kemudian, sudah waktunya untuk Zeera melahirkan. Dua hari yang lalu, ditengah malam saat semuanya sudah tertidur dengan pulas, termasuk Shean. Karena seharian sibuk bekerja dan menjaga Zeera, malam itu dia sangat lelah dan cepat tertidurnya. Hanya Zeera yang masih gelisah menahan sakit. Sebenarnya siang itu sudah merasakan sakit dibagian perut hingga kebawahnya. Kasihan melihat suaminya yang belum pernah istirahat total, dia hanya bisa menahan dan tidak berpikir apa-apa. Namun malam ini rasanya tidak hilang malah semakin menjadi-jadi. Sebisa mungkin dia menahan suaranya agar tidak membangunkan Shean yang berbaring disampingnya ditempat tidur. ‘Apa aku mau melahirkan? Rasanya sakit sekali, aku juga tidak tahu tanda-tanda melahirkan.’ “Sshh..” ‘Apa aku bangunkan saja Shean? Rasanya- “Aaasshh…” “Sayang? Kamu kenapa?” Shean langsung terbangun setelah mendengar suara rintihan Zeera walau pela

  • Si Mesum Jatuh Cinta   119. Aku Bukan Orang Jahat

    “Keren gak?” Izzati menunjukkan sepatu imut nan kecil pada Saga. “Hm? Iya cakep, warnanya juga cocok untuk anak laki-laki.” Jawab Saga melihat sepatu yang ditunjukkan Izzati padanya. “Emang warnanya kenapa? aku sih suka karena modelnya yang begini, keren gitu.” Izzati melihat-lihat lagi sepatu yang masih ditangannya. “Warna itu kan cocok-cocokkan. Biasanya ada warna yang cocok untuk cowok, ada yang cocok untuk cewek, seperti warna pink dan kuning, aku pernah dengar kalau warna itu sangat cocok untuk perempuan.” “Ah… sama saja kalau menurutku. Cowok juga cocok kok pakai yang warna pink, cowok-cowok di Korea juga banyak kok pakai warna pink, apalagi untuk pakaian.” “Kan tidak semua cowok suka pink, aku nih misalnya, aku paling tidak suka memakai warna pink, mau itu pakaian, tas atau sepatu. Kayaknya gak cocok banget buat aku, tapi kalau ada cowok lain yang suka, ya itu terserahnya kan.” “Hm… jadi, warna biru ini cocok sama anak Zee

  • Si Mesum Jatuh Cinta   118. Siapa Saga?

    Zeera mengucek matanya. Terbangun. Dia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk bersandar. Tubuhnya masih ditutupi selimut. Pandangannya langsung tertuju didekat jendela, suaminya yang sedang fokus pada gadgetnya.“Shean..?” panggil Zeera. Karena suaranya pelan, Shean tidak bisa mendengarnya.Zeera turun dari ranjang, berjalan menuju Shean.“Loh Zeera? Kamu sudah bangun? Kenapa kamu turun dari ranjangnya Sayang?” Shean meletakkan tabletnya diatas meja, menyusul Zeera yang sedang berjalan kearahnya.“Iya aku sudah bangun, tadi aku memanggilmu tapi kamu nggak dengar.”Shean sekarang sudah menggenggam tangan Zeera.“Kamu lagi ngapain? Kayaknya serius banget.” Lirik Zeera pada gadget Shean yang masih ada diatas meja.“Tadinya aku lagi mengerjakan pekerjaan yang dikirim Albert, tapi sudah selesai kok. Lalu aku teringat dengan anak kita, makanya aku lagi lihat-lihat keperluannya,

  • Si Mesum Jatuh Cinta   117. Dokter Mesum

    Deg-deg an, mereka berdua sedang deg-deg an didalam ruang Dokter khusus ibu hamil.“Ibu Zeera, tolong kemari,” panggil Dokter berjenis kelamin laki-laki itu.Zeera berdiri berjalan menghampiri sang Dokter, dan Shean mengikuti dari belakang.“Silahkan berbaring dulu ya.” suruh si Dokter, menepuk pelan tempat tidur khusus pasien yang tidak terlalu besar dan lebar.“Untuk apa isteri saya berbaring Dokter?” tanya Shean sinis, dia khawatir kalau isterinya kenapa-kenapa.“Kan saya mau memeriksa kehamilan isteri anda, sekaligus mengecek jenis kelaminnya.”“Apa tidak bisa duduk atau berdiri saja?”Dokter menatap Shean. Dia menghela napas mendengar pertanyaan aneh dari suami pasien.“Tidak bisalah Pak Shean. Lagipula saya tidak akan menyakiti isteri dan anak anda, cara saya sama kok seperti Dokter kehamilan pada umumnya.”“Shean, biarkan saja, memang pr

  • Si Mesum Jatuh Cinta   116. Sayang, Aku Sudah Mengingatmu

    “She… Shean, perutku,”“Maafkan aku… maafkan aku Zeera.”‘Kenapa dia menangis? Dan kenapa dia ada disini?’Setelah Shean puas memeluk Zeera, dia melepas pelukannya. Ditatapnya Zeera yang masih berdiri dihadapannya. Zeera mengernyitkan dahinya.‘Darah? Dia berdarah?’Shean panik melihat darah dipakaian Zeera, dibagian rok bawahnya.“Zeera, Zeera kamu terluka, kita harus-“Tunggu, sabar dulu Shean, ini bukan darah aku kok,” Zeera menahan tangan Shean dan menenangkannya.“Bukan… darah kamu?”“Iya. Ini darah dari wanita yang korban tabrak lari tadi.”“Kenapa bisa darahnya menempel padamu?”“Aku tadi membantunya sambil menunggu mobil Ambulance datang, jadi darahnya ikut menempel. Aku kasihan padanya, apalagi kami sama-sama sedang hamil kan.” Ucap Zeera menjelask

  • Si Mesum Jatuh Cinta   115. Kecelakaan Wanita Hamil

    Sudah beberapa hari Zeera datang ke perusahaan untuk makan siang bersama Shean, dan Zeera yang memasak makanannya. Zeera terus berusaha agar Shean bisa menerimanya seperti dulu, bukan karena dia kasihan padanya. Shean masih belum yakin dengan perasaannya, tapi tidak mau menyakiti perasaan Zeera. Sekarang Shean hanya melakukan tugasnya seperti layaknya suami normal.“Shean, aku keluar sebentar dulu ya,”“Kamu mau kemana? Sebentar lagi meetingnya sudah mau selesai.”“Memangnya selesainya berapa lama lagi?”“Sekitar 2 jam lagi.”“Yah, kelamaan. Aku keluar saja dulu sebentar, aku mau beli ice cream, dekat kok tokonya, diseberang kantor.”“Suruh karyawan lain saja untuk membelinya.”“Mereka sedang sibuk, kalau aku yang beli langsung, aku bisa memilih rasa dan bentuknya. Boleh ya… boleh ya?” bujuk Zeera yang ingin keluar kantor untuk membeli ice cream

  • Si Mesum Jatuh Cinta   114. Makan di Pinggir Jalan

    “Maafkan aku,” Shean melepas tangan Zeera. Dilihatnya pergelangan tangan Zeera sudah memerah. Sekarang mereka berdiri didepan lift khusus Presdir.Zeera mengusap pelan pergelangan tangannya yang luka.“Apa kamu menangis?” tanya Shean.“Ha? Apa?” Zeera terkejut dengan pertanyaan Shean. Dia mengangkat wajahnya melihat Shean yang menatapnya dengan perasaan bersalah.‘Darimana dia tahu aku sedang menangis?’“Apa… apa itu sakit?”Zeera mencoba berpikir apa maksud pertanyaan Shean, “Tanganku? Tidak, tidak apa-apa, kan nggak sampai putus,” jawab Zeera tersenyum kecil, agar Shean tidak merasa bersalah.Ting…Pintu lift terbuka, “Ayo kita masuk.” Ajak Shean, dia tidak menarik bagian tubuh Zeera untuk masuk kedalam lift.“Hm, Shean, kita mau kemana?” tanya Zeera, mereka berdua sudah berada didalam lift, turun lantai.

  • Si Mesum Jatuh Cinta   113. Apa Aku Cemburu?

    “Apa yang kau lakukan??” pertanyaan yang keluar dari mulut Shean dengan tatapan sinisnya.Zeera menghentikan tangannya saat ingin membuka kotak makanan. Dia melihat Shean yang marah padanya.“Kenapa? Aku… aku hanya membawa makan siang. Aku sengaja membawa untuk kita, karena kamu sibuk pasti…Karena melihat wajah Shean yang masih kesal padanya, membuatnya diam tidak bicara.‘Apa aku melakukan kesalahan?’ ucap Zeera dalam hati.Shean berdiri, keluar dari kursi kerjanya. Berjalan kearah Zeera.“Maafkan aku, tapi… kau tidak seharusnya datang kesini membawa makan siang.” Suara Shean memelan.“Aku bisa makan siang di kantin. Kau kan sedang hamil, aku khawatir dengan kehamilanmu.” Ucapnya duduk didepan Zeera.“Aku… ingin makan siang bersamamu, makanya aku datang membawa makan siangnya.” Jawabnya memelas. Zeera tahu, Shean pasti meras

  • Si Mesum Jatuh Cinta   112. Apa yang kau lakukan??

    Didalam ruangan Presdir Shean Vikal Yandra… “Albert, selain dirimu, siapa lagi yang aku percayai disini?” tanya Shean menatap serius pada Albert. “Tidak ada Tuan Shean.” “Berarti semua karyawan disini tidak bisa dipercaya dan harus diganti?” “Hm… beberapa bulan yang lalu Tuan Shean sudah mengeluarkan beberapa karyawan yang jadi benalu dan yang tidak bisa bekerja dengan baik dari perusahaan ini. Tapi Tuan Shean, setiap perusahaan besar pasti akan selalu ada saja ‘Hama’ yang nyelip di benih tanaman yang kita tanam. Dan tugas anda adalah mencabut hama terus dan terus lagi.” Ujung bibir Shean terangkat, seakan dia puas dengan jawaban Albert. “Jawabanmu pintar Albert, baiklah, apa semuanya sudah disiapkan untuk meeting?” “Sudah, Tuan.” “Oke, ayo kita bertemu dengan mereka,” Shean berdiri memakai jasnya. Dia berjalan keluar dari meja kerja, menuju pintu, sedangkan Albert mengikutinya dari belakang setelah membukakan pintu unt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status