Share

Shean Mengikuti Zaheera Diam-Diam

Hari berikut nya anak buah Shean datang ke rumah Suriani. Rumah kontrakan yang sangat sederhana. Di dalam rumah itu yang ada hanya Liana saja, Suriani dan papanya berada di luar di tempat yang berbeda. Liana yang sedang sibuk dengan ponsel nya. Tidak menyadari kedatangan beberapa pria berpakaian hitam dengan badan yang besar.

Tok… Tok.. Tok… Liana melihat siapa yang mengetuk pintunya yang tertutup. Dia keluar dari kamar.

“Siapa sih yang datang?” gerutunya.

Ceklek… Gadis itu melihat mereka yang berwajah seram.

“Ka….kalian siapa? Dan ada perlu apa?” tanya Liana.

“Dimana perempuan satu lagi yang tinggal di sini?” tanya salah satu dari mereka. Liana berpikir siapa yang di maksud mereka.

“Siapa? Tolong berbicara yang jelas, apa…"

“Aaaaaaaakkkhhh……. Lepaskan……aaaakkkhhh….."

Pria-pria itu menarik rambut Liana dengan paksa, menyeret nya hingga keluar dari rumah. Banyak tetangga yang keluar melihat.

“Ada apa sih? Kenapa si Liana di seret gitu? Siapa mereka?” bisik tetangganya.

“Bu, tolong aku, mereka orang jahat..” teriak Liana mengulurkan tangan nya untuk meminta pertolongan.

Sayang sekali tidak ada yang berani menolong Liana, karena sudah di  berikan tatapan tajam dari pria berbadan besar itu. Alex dan Alfa hanya memperhatikan dari seberang, tentu saja mengambil beberapa foto untuk di tunjukkan pada Shean yang menunggu laporan.

Liana di tampar beberapa kali di bagian pipi, rambut ditarik, hingga gadis itu menangis memohon ampun.

“Dimana perempuan yang satu lagi?” tanya pria itu mengangkat wajah Liana.

“Siapa? Apakah mama yang kalian cari?” tanya Liana dengan wajah yang membengkak.

“Dimana dia?” tanya mereka.

“Mama pergi dengan papa, aku tidak tahu kemana. Tolong lepaskan aku. Aku mohon,” Liana mengangkat tangan, memohon ampun.

“Bos, wanita yang satu lagi tidak ada, dia sedang keluar. Wanita ini adalah anaknya. Apa yang harus kami lakukan lagi?” tanya anak buah Alex.

“Beri peringatan pada nya lalu kalian pergi,” jawab Alex. Ana buahnya menutup panggilannya. Melihat Liana yang masih menahan kesakitan.

“Dengarkan kami, kalau kau dan orang tuamu tidak mau kami hajar lagi, bilang pada mereka untuk tidak mengganggu Zaheera,” salah satu dari mereka memberikan peringatan pada Liana.

“Zaheera? Kalian siapa? Apa kalian kenal dengan perempuan itu?” tanya Liana dengan sisa keberaniannya.

“Jangan banyak tanya. Dengar kan dan turuti. Mungkin lain kali kami akan melakukan lebih dari ini. Jadi jangan sampai kalian melanggarnya,” jawab mereka dengan suara keras.

“Baik… baiklah bang…. Tolong, lepaskan aku. Aku akan kasih tahu sama mama,” jawab Liana.

Mereka melihat teman-teman nya, memberi kode dengan menganggukkan kepala nya. Hingga akhirnya mereka menghentikan aksi penyiksaan dan pergi meninggalkan Liana yang sudah setengah babak belur. Barulah tetangga berani membantu Liana untuk memberikan pertolongan. Mereka membawa Liana ke dalam rumah untuk segera di obati.

“Siapa yang kalian ganggu sampai ada banyak orang yang datang kesini,” tanya ibu-ibu tetangga. Tetapi tidak menjawab. Masih menahan rasa sakit yang ada di tubuhnya.

 *******

“Mana wanita yang tua itu?” tanya Shean yang merasa kurang puas dengan hasil pekerjaan anak buahnya.

“Tidak ada tuan. Mereka adalah ibu dan anak,” jawab Alex.

“Beri pelajaran juga pada wanita itu. Aku tidak mau wanita itu bebas begitu saja,” perintah Shean yang merasa tidak puas.

*****

Suriani dan suami kedua nya sudah pulang. Dengan membawa makanan untuk kedua anak nya. Mereka hanya menggunakan motor matik.

“Pa, kenapa banyak orang di rumah kita? Ada apa?” tanya Suriani.

“Ya ampun kalian baru pulang? Lihat anak kalian habis di pukuli,” salah satu tetangga memberitahukan apa yang terjadi.

“Apa? Siapa yang melakukan itu?” tanya Baroto, suami kedua Suriani.

‘Kami juga tidak tahu, mereka lebih dari 5 orang, pria berbadan besar semua,” jawab tetangganya.

“Mama…papa….” Liana berdiri menghampiri orangtuanya.

“Liana, kamu kenapa? Kenapa sampai terluka begini? Siapa yang melakukannya?” tanya Baroto. Liana yang masih menangis.

“Hey, diam dulu. Papa kamu sedang bertanya,” suruh Suriani. Liana berusaha diam, melihat orang tua nya yang menunggu jawaban dari puteri kandungnya.

“Siapa…. Siapa yang melakukannya?” tanya Baroto lagi.

“Aku tidak tahu siapa yang melakukannya. Tapi kata mereka, jangan lagi kita mengganggu Zaheera. Kalau tidak mereka akan melakukan ini lagi,” jawab Liana.

“Apa? Berani sekali mereka mengancam kita,” Baroto yang tidak percaya.

“Zaheera? Apa dia kenal dengan mereka?” tanya Suriani.

“Ma, mereka juga mencari mama. Mungkin karena kita memukul Zaheera, dan mereka marah,” ucap Liana.

“Apa? Mencariku?” Suriani merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan puterinya. Liana menganggukkan kepalanya.

“Sialan, ini pasti anak pembawa sial itu yang menyuruh preman-preman itu memukulmu. Papa……"

“Ma, aku akan kasih pelajaran pada Zaheera itu, aku tidak perduli kalau dia adalah anakmu,"

“Papa, mama juga tidak perduli dengannya. Mau papa apakan pun dia mama tidak perduli. Mama gak mau puteri kita yang cantik ini terluka,"

“Tapi, Ma, Pa, pasti mereka juga tidak akan tinggal diam. Liana takut, Pa…” Liana menangis lagi.

*****

Zeera, bagaimana pakaian ini, cocok gak denganku?” tanya Izzati menempelkan pakaian ditubuhnya.

“Enggak, warnanya terlalu norak,” Zaheera menggelengkan kepalanya. Dia tidak suka dengan pakaian yang ditunjukkan Izzati.

“Tapi aku sudah lama mengincar ini. Masa enggak cocok sih, Ra.” Izzati merasa kecewa karena dibilang tidak cocok.

“Kau kan bertanya pada ku, aku jawab kenapa kau tidak terima. Kalau kau suka, ambil saja. Kan kau yang pakai,” ucap Zaheera.

“Oke, aku tetap ambil pakaian ini. Aku mau pakai,” Izzati tidak perduli dengan pendapat Zaheera lagi.

“Terserah,” Zaheera berjalan mencari sepatu. Shean, tidak jauh dari mereka, sedang mengikuti diam-diam.

Shean yang memakai topi, masker dan kacamata hitam. Seorang diri. Asistennya Tristan menunggu di mobil. Zaheera memilih-milih sepatu berwarna hitam, sepatu teplek yang paling dia suka.

“Ini berapa, Bang?” tanyanya menunjukkan sepatu yang dipilihnya.

“35 ribu neng, beli 3 bayarnya 100 ribu saja,” jawab si pedagang.

Di samping Zaheera, Shean berdiri. Sangat dekat hingga mengenai tangan Zaheera.

Zaheera hanya melihatnya sekilas, dan mengalihkan pandangannya lagi. Walaupun sekilas, Shean bisa melihat jelas wajah Zaheera.

“Siapa orang itu, kenapa dari tadi aku lihat ngikutin Zaheera?” ucap Izzati merasa curiga.

“Ya udah aku beli 3 bang. Tapi aku pilih lagi ya,” Zaheera mencari dua pasang sepatu lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status