Kairo langsung menghempaskan tubuhnya dengan lelah pada sofa di sampingnya saat melihat tamunya sudah keluar dari ruangan itu.
Setelah itu menghela napas lega karena akhirnya, negosiasi cukup alot mencapai kata deal. Maklum lah, kliennya kali ini sangat detail sekali dan kritis sekali dalam menilai segala aspek dalam kontrak kerja yang Kairo tawarkan. Kairo harus memutar otak dengan keras, agar kerja sama ini tetap terjadi. Namun, jangan panggil Kairo anak Daddy Arjuna Setiawan. Kalau yang begini saja gak bisa dia tangani. Memang di antara anak-anak Daddy Arjuna, Kairo lah yang mewarisi darah bisnis d
Aika hanya terdiam sambil menerawang jauh ke langit-langit. Berkedip sesekali, tetapi tetap tak mau bersuara, membuat Kairo merinding melihat kelakuannya saat ini. Yang Kairo tahu, Aika yang dikenalnya itu gesrek dan rame. Mulutnya aja lebih sering bocor tanpa filter. Kairo lihat saat ini kok malah kayak bukan Aika-nya ya? Eh? apa katanya tadi? Aika-nya? Sejak kapan dia bisa mengklaim Aika seperti itu? Walaupun ya, sebenarnya sah-sah saja. karena Aika ‘kan memang istrinya. Tapi, kok kayaknya Kairo masih berat ya ngakuin status itu. “Aika?” Kairo akhirnya tak tahan berdua saja dengan Aika tanpa obrolan sama sekali.
“Jangan! ... jangan! ... Lepasin! ... akh!” DUG! BRUK! “Aw ... “ Setelahnya, Kairo pun langsung meringis kesakitan, saat Aika tiba-tiba saja menendangnya, hingga dia jatuh tersungkur ke lantai. Sialan! Niat nenangin malah ditendang! Ya! Sebenarnya tadi Kairo hanya ingin menangkan Aika yang mulai mengigau di dalam tidurnya. Kairo langsung beranjak dari sofa, dan memeluk Aika. Siapa sangka Aika malah berontak hebat menerima pelukannya, dan ... Di sini lah Kairo berakhir. Terjungkal di lantai Rumah sakit, dengan pantat mencium lantai lebih dulu. Rasanya
Setelah dapet piring cantik, eh maksudnya didorong Aika untuk kesekian kalinya, di sinilah Kairo sekarang. Duduk di hadapan Sang Bunda, yang kadang masih menggeleng tak habis pikir melihat kelakuan Kairo. Sementara Aika, masih menunduk dalam di atas tempat tidurnya, sambil sesekali meremas selimut yang ada di pangkuannya. “Emang kalian gak bisa nunggu sampai siang, ya? Sampai Rumah sakit pun, kalian jadikan hotel dadakan?” sindir Karina. Dua sejoli di ruangan itu kembali merona, mengingat insiden beberapa menit lalu. Asli! Ternyata dicyduk
“Aika, Kamu yakin mau masuk kantor aja? Gak mau istirahat dulu? Kamu baru keluar dari rumah sakit loh, hari ini?” Alvaro refleks mengulum senyumnya, saat kembali bisa melihat sosok lain dari diri bos dinginnya selama ini. Ternyata Kairo bisa seperhatian dan sebawel itu ya kalau sama orang yang dia sayangi. Ya! Saat ini, Alvaro memang sengaja menjemput bosnya, dari rumah sakit. Setelah mendapat kabar, kalau Sang Bos belum pulang sejak kemarin. Menemani istrinya yang migrain dadakan. Kok beritanya gak keren ya?
Kairo sontak menghentikan langkahnya pagi itu. Saat tidak biasanya, melihat penampakan Aika sudah berkutat di dapur sepagian ini. Kairo berpikir dalam dan menduga-duga. Itu beneran Aika bukan? Atau jelmaannya saja? Soalnya, gak biasanya gadis gesrek itu sudah bangun sepagi ini. Siapa tahu yang sedang di dapur itu salah satu penunggu apartement, ‘kan? Yang mungkin saja sedang menyerupai Aika. Tapi, setahu Kairo, apartementnya gak angker, kok. Masa’ ada penunggunya. Sementara itu, merasa ada yang memperhatikan, Aika menoleh ke arah tangga. Langsung tersenyum lebar k
“Nyet, udah ngapa gawenya, jangan rajin-rajin, lah. Percuma lo rajin kerja. Gak bakal naik pangkat juga, kok.” Asem! Aika langsung menggeplak kepala Bianca saat gadis bahenol itu, seenaknya buka mulut tanpa saringan. Apa dia gak tahu, kalau omongan itu doa? Karena itulah, Aika langsung kesal mendengar celotehan Si Kunyuk Bianca. “Bacot
“Halo ...” Kiranya, Kairo akan sama seperti pria yang sedang selingkuh pada umumnya. Mereject telepon istrinya, atau malah mematikan ponselnya langsung. Tapi yang terjadi malah, Kairo mengangkat panggilan dari Aika begitu saja. Bahkan, tanpa mempedulikan tatapan penasaran dari wanita yang ada di hadapannya. Apa ini artinya, Aika terlalu su’udzon pada suaminya sendiri. “Halo, Pak.” Tadinya, Aika juga mau langsung menghentikan panggilannya saja. Pikirnya, buat apa dia menelepon? Toh yang dikhawatirkannya ternyata sedang makan, iya ‘kan? Bersama wanita
Kairo kira, marahnya Aika hanya sampai mengisenginya saja di bill saat di kafe. Ternyata, marahnya Aika berlanjut dengan mendiamkan Kairo. Apa ya? Lebih tepatnya nyuekin gitu lah. Soalnya kalau bilang mendiamkan, Kairo dan Aika, ‘kan, memang jarang berinteraksi di kantor. Tempat kerja mereka jauh. Aika lantai tiga, sedangkan Kairo lantai lima belas. Jadi, kata mendiamkan nggak efektif untuk menggambarkan kondisi mereka saat ini. Yang paling tepat itu ya nyuekin. Kenapa Kairo bisa bilang begitu? Karena Aika itu benar-