Share

Bab 22

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 12:00:27

“Syukurlah kamu sudah siuman.”

Suara yang tidak asing terdengar di telinga Lea. Ia mengerjapkan mata sambil menoleh ke arah suara. Lea langsung terkejut saat melihat Ghalib sedang berdiri di sampingnya.

Lea mengedarkan pandangannya. Semua serba putih, aroma obat-obatan juga menyergap hidungnya.

“Aku … di mana?”

Ghalib tersenyum sambil mendekatkan tubuhnya.

“Kamu di rumah sakit. Mobilmu menabrak lampu jalan tadi. Untungnya kamu tidak apa-apa.”

Lea hanya diam, meringis sambil memijat keningnya. Kepalanya masih terasa pusing, tapi Lea sudah ingat apa yang baru saja menimpanya. Karena terlalu sedih ditambah sakit kepala, Lea tidak fokus dan menabrak lampu jalan. Untung saja jalan yang dia lalui tidak begitu ramai sehingga tidak ada korban jiwa. Hanya mobilnya saja yang rusak parah.

“Aku sudah mencoba menghubungi Kenan sejak tadi, tapi sepertinya ponselnya tidak aktif.”

Lea tida

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
bofoh lemot menye menye trus saja lea
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 206

    “Kamu mengenal mereka?”Tiba-tiba rekan sejawatnya bertanya. Ghea menoleh dan tersenyum dengan kikuk.“Eng … aku rasa aku pernah mendengar namanya. Hanya saja, apa mungkin mereka orang yang sama?”Rekan sejawat itu tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Mereka sepasang suami istri. Istrinya terkena stroke sedangkan suaminya terkena serangan jantung. Mereka ditempatkan dalam satu kamar untuk memudahkan pengawasan.”Ghea tampak terkejut mendengarnya.“Memangnya tidak ada keluarganya yang menunggu?”“Awalnya tidak ada. Bahkan putranya pernah membayar aku untuk menjaga mereka, tapi belakangan ini sudah ada yang menjaganya, kok.”Ghea diam lagi dan terlihat penasaran.“Apa kamu tahu siapa nama putranya?”“Aku lupa bertanya, tapi dia sangat manis dan sopan. Penampilannya juga selalu rapi dan klemis. Aku yakin, dia pasti orang sibuk seh

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 205

    “Kenan?? Kamu benar masih hidup?”Suara Ghalib terdengar geram dan penuh kemarahan begitu mendengar suara yang ia kenal dari seberang sana.Kenan tidak menjawab hanya terkekeh mendengar pertanyaan Ghalib. Ghalib semakin marah dibuatnya.Tangannya mengepal dengan wajah yang tegang. Berulang kali Ghalib memukul meja dengan tangannya. Ia kesal harus berbincang melalui telepon. Andai saja ia bertemu, pasti akan sangat puas jika melayangkan tinju ke pria bajingan ini.“Dengar, Ghalib!! Ini baru permulaan. Satu persatu apa yang pernah aku miliki akan aku ambil kembali.”Ghalib membisu, jakunnya naik turun menelan saliva. Entah mengapa benak Ghalib sudah melayang pada beberapa kejadian hari ini yang menimpa perusahaannya. Apa ini ulah Kenan? Dia yang melakukannya?Belum sempat Ghalib menjawab, Kenan sudah mengakhiri panggilannya. Ghalib mendengkus sambil menatap nomor yang tertera di layar ponselnya.“Berani sek

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 204

    “Ghea, kamu kenapa?”Panggilan Ghea terputus dan itu membuat Arifin panik. Ia tergesa menyambar jaket dan kunci mobilnya, kemudian berlarian menuju parkiran.Dengan kecepatan penuh, ia melajukan mobil menuju rumah Ghea. Untung saja lalu lintas malam ini begitu lenggang, sehingga memudahkan Arifin tiba dengan cepat.Ia sudah menghentikan mobil di depan rumah Ghea. Arifin melihat ada banyak orang berkerumun di depan rumahnya. Bahkan tetangga kanan kiri dan depan rumah tampak berhambur keluar.Ghea tampak berdiri di depan rumah dengan wajah pucat dan sibuk ditenangkan oleh beberapa orang.“Kamu gak papa?” tanya Arifin begitu mendekat.Ghea mendongak dan tertegun saat melihat pria berkacamata itu sedang berdiri di depannya. Ghea tidak menjawab, malah langsung berdiri dan berhambur memeluk Arifin.Arifin membeku di tempatnya. Ia tidak tahu apa yang menimpa Ghea hingga wanita manis ini ketakutan. Bahkan Arifin merasa

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 203

    “Mengikuti kita? Siapa?”Ghea melotot dengan tangan yang langsung memegang lengan Arifin. Ia spontan melakukannya dan terlihat ketakutan. Berulang kali Ghea menoleh ke belakang untuk melihat mobil siapa yang sedang mengikutinya.Arifin terdiam sejenak sambil melirik tangan Ghea yang masih menempel di lengannya. Melihat reaksi Arifin, Ghea buru-buru menarik tangannya.“Apa itu Kenan?” Kembali Ghea mengajukan pertanyaan.Arifin menggeleng. “Saya tidak tahu. Saya tidak bisa melihat plat mobilnya dari sini.”Ghea berdecak, kemudian menoleh ke belakang sambil memicingkan mata.“Bukannya tidak bisa, tapi mobil di belakang tidak mempunyai plat nopol. Bisa jadi ia sengaja melepasnya.”Arifin terdiam dan kembali melirik mobil di belakang melalui kaca spion. Mobil itu masih menguntitnya meski sedikit memberi jarak. Mereka sudah keluar dari kompleks perumahan kali ini.“Terus kita ke m

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 202

    Ghalib mendengkus kesal bersamaan dengan suara pintu utama kabin apartemen yang tertutup keras.Pria tampan berdagu belah itu hanya terdiam dengan mata yang tak lepas menatap pintu apartemennya. Ia tidak menduga neneknya lebih keras kepala.Helaan napas panjang keluar tergesa dari bibir Ghalib.“Baik. Mulai hari ini kita lihat siapa yang lebih keras kepala!!” geram Ghalib tertahan.Sementara itu Deasy tampak terkejut saat melihat Nyonya Emilia sudah keluar dari kabin apartemen Ghalib. Wajahnya merah padam dan terlihat muram, sepertinya perdebatan berlanjut usai Deasy keluar ruangan tadi.“Nek, apa semua baik-baik saja?”Deasy bertanya dengan hati-hati. Ia tidak mau dituduh turut campur, hanya saja ia juga tidak enak jika terus diam tanpa bertanya.Nyonya Emilia tersenyum masam sambil menoleh ke Deasy.“Iya, aku baik-baik saja. Antar Nenek pulang, Deasy!”Deasy mengangguk dengan senyum

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 201

    “Eng … Nek, saya … tunggu di depan saja, ya!!”Tiba-tiba Deasy bersuara sambil bangkit dari duduknya. Sepertinya wanita berwajah manis itu menyadari jika pembicaraan dua orang ini keluar dari konteks keberadaannya. Dia tidak seharusnya mendengar ini semua.Tanpa menunggu izin dari siapa pun, Deasy keluar dari kabin apartemen Ghalib, menyisakan Nyonya Emilia bersama cucu kesayangannya itu.“Apa maksud dari semua ini, Ghalib? Apa kamu menentang Nenek lagi?”Ghalib mendengkus sambil menyandarkan punggung ke sofa seraya melipat tangan di depan dada.“Apa aku berkata hal yang menentang Nenek tadi?”Bukannya menjawab, Ghalib malah balik bertanya. Tentu saja, Nyonya Emilia kesal dibuatnya.“Jangan berputar-putar kalau bicara. To the point saja!! Maumu apa, Ghalib?”Ghalib terdiam sesaat, menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan.“Aku tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status