Empat tahun usia pernikahan ternyata telah membuat suami Leandra Nafisah berubah. Di depan mata, Lea melihat suaminya berselingkuh bahkan selingkuhan suaminya sedang hamil buah cinta mereka. Lea ingin mengakhiri pernikahannya dan memilih bercerai, tapi tidak semudah itu bercerai dengan suaminya. Banyak halangan dan rintangan yang membuat Lea harus bersabar menerima semua ini. Hingga datang Ghalib Haykal yang membantu membalas sakit hati Lea secara tuntas.
Lihat lebih banyak“Siapa dia?”
Mata Leandra Nafisah membola saat melihat wanita tak dikenal yang tiba-tiba datang bersama sang Suami ke rumah. Hampir dua bulan suaminya pergi keluar kota untuk urusan kerja. Tentu saja Lea terkejut saat melihatnya datang bersama seorang wanita. Apalagi penampilan wanita itu terlihat seksi dan berani mengenakan baju yang sedikit terbuka.
“Sayang … Lea … dengerin Mas dulu. Aku akan menjelaskan semuanya.”
Kenan Husein, pria yang sudah empat tahun ini dinikahinya tampak menatap Lea penuh harap. Pria berwajah menarik itu terlihat sedang memohon agar Lea bersabar.
Lea menarik napas panjang, menatap tajam ke arah Kenan, kemudian menganggukkan kepala. Ia sudah lama menunggu kedatangan suaminya dan sangat shock saat melihatnya tiba-tiba datang bersama seorang wanita.
Namun, Lea juga harus mendengar penjelasan Kenan. Ia sangat mengenal suaminya dan tahu jika suaminya tidak akan berbuat aneh-aneh di luar sana.
Kenan menarik tangan Lea dan mengajaknya duduk di sofa. Wanita tak dikenal itu juga duduk di sana sambil sesekali melirik mereka berdua.
“Dia Lisa. Dia adik sahabatku. Dia sedang hamil dan suaminya seorang tentara yang sedang tugas negara. Untuk sementara dia akan tinggal di sini, Lea.”
Lea tampak terkejut, menatap Lisa sekilas. Wanita itu masih sangat muda, Lea menafsir usianya mungkin kisaran awal 20-an. Tidak diduga ternyata dia sudah menikah.
“Lalu ke mana keluarganya? Apa tidak ada yang bersedia menampungnya?”
Kenan menarik napas panjang sambil mengelus lembut tangan Lea.
“Sayang … Lisa itu yatim piatu. Kakaknya sedang sakit. Untuk biaya berobat saja dia kesulitan, bagaimana hendak menampung adiknya juga. Jadi apa salahnya kita menampung dia di sini?”
Lea terdiam, menelan saliva sambil kembali melirik Lisa. Lisa tersenyum sekilas sambil menganggukkan kepala. Namun, entah mengapa Lea merasa ada yang disembunyikan wanita muda ini.
“Apa benar seperti itu?” tanya Lea kemudian.
Lisa mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Mbak. Maaf, kalau merepotkan. Hanya Kak Kenan yang saya kenal. Jadi tidak ada tempat lain lagi untuk berlindung.”
Lea menghela napas sambil kembali melihat Kenan. Kenan tersenyum, mengelus tangan Lea sambil menatapnya dengan sendu.
“Memangnya berapa usia kandunganmu?” tanya Lea.
“Baru tiga minggu, Mbak.”
Lea menarik napas sambil melirik perut Lisa. Memang perut wanita itu tidak terlihat begitu besar. Namun, segitu saja sudah membuat Lea meradang.
Sudah empat tahun ia menikah dengan Kenan dan hingga kini belum ada tanda-tanda mengenai kehamilannya. Kadang Lea merasa sedih, apalagi jika ia mendengar ucapan mertuanya.
Kenan anak tunggal dan kedua orang tua Kenan selalu menuntut cucu darinya. Kalau sudah begitu, Kenan akan menghibur dan membesarkan hatinya. Kenan sangat perhatian pada Lea dan begitu besar mencintainya. Bahkan dulu Kenan yang jatuh cinta padanya lebih dulu dan berusaha mati-matian untuk mendapatkan Lea.
“Ya sudah … kalau begitu biar aku minta tolong Bibi siapkan kamar. Kamu pasti lelah, kan?”
Lisa mengangguk sambil tersenyum. Lea segera memanggil salah satu asisten rumah tangga dan tak lama sudah mengantar Lisa ke kamarnya. Tinggal Kenan dan Lea di ruang tamu.
Kenan tersenyum sambil menatap dengan penuh hasrat ke istrinya. Lea hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
“Apa kamu tidak merindukan aku, Sayang?” tanya Kenan.
Lea tersenyum sambil menatap wajah rupawan Kenan. Meski Kenan keluar kota, dia selalu pulang seminggu sekali. Lalu dia juga tak lupa selalu menelepon Lea setiap malam. Hal seperti itu selalu dilakukannya sepanjang dua bulan ini dan Lea yakin tidak ada yang berubah dengan Kenan.
“Apa kamu tidak akan keluar kota lagi?” Bukan jawaban yang dilontarkan Lea malah sebuah pertanyaan.
Kenan tersenyum dan menggelengkan kepala.
“Tentu tidak, Sayang. Aku sudah menyelesaikan urusanku di kantor cabang. Semua sudah beres di sana. Selanjutnya aku bisa pantau dari sini saja.”
Lea tersenyum sambil menganggukkan kepala. Keluarga Kenan merupakan salah satu pemilik perusahaan terbesar di kota ini. Mereka memiliki bisnis di berbagai bidang. Kemarin adalah pembukaan kantor cabang baru dan Kenan perlu merapikannya agar bisa berjalan dengan baik serta bisa dipantau dari kantor pusat.
“Sudah omong-omongnya, kita lanjut di dalam, ya?”
Tanpa menunggu jawaban Lea, Kenan langsung menggendong tubuh Lea membawanya masuk ke dalam kamar. Terang saja Lea tersenyum kesenangan dibuatnya. Sudah lama dia merindukan belaian suaminya dan rasanya malam ini dia akan melalui malam panas dengan Kenan.
Entah berapa kali mereka melakukannya, yang pasti Lea sangat kelelahan dan sudah terlelap. Ia terbangun saat panggilan alam mengganggunya. Lea mengerjapkan mata sambil meraih jubah tidurnya. Ia membungkus asal tubuh polosnya dan berlarian ke kamar mandi.
Cukup lama Lea menghabiskan waktu di kamar mandi. Usai bercinta tadi, Lea langsung terpulas dan lupa belum membersihkan diri. Jadi sekalian saja ia membersihkan diri kali ini. Namun, saat keluar dari kamar mandi dan hendak kembali ke kasur Lea baru sadar jika tidak ada Kenan di sana.
“Mas Kenan ke mana? Dia gak ada di kamar mandi. Terus ke mana?”
Lea merapikan jubah tidurnya, membuka pintu kamar dan berjalan mengendap-endap keluar kamar. Seluruh ruangan di rumah sudah temaram. Salah satu kebiasaannya memang mematikan semua lampu di rumah jika sudah terlelap.
Lea berjalan sambil berpegangan ke dinding seraya memicingkan mata. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari suaminya. Kemudian matanya tiba-tiba melihat sekilas bayangan melintas keluar dari kamar tamu, tempat Lisa beristirahat.
“Siapa itu? Apa Lisa yang keluar?” batin Lea.
Ia mempercepat langkahnya hendak mengejar sosok bayangan tadi. Ia takut kalau itu Lisa yang keluar kamar. Bisa jadi Lisa haus dan lupa membawa minum. Sedangkan tadi, ia lupa menunjukkan dapur.
Lea berdecak sambil menghela napas saat melihat kamar Lisa tertutup rapat dan bayangan yang dilihatnya tadi sudah menghilang.
“Kayaknya aku salah lihat, deh.”
Lea menghela napas dan bersiap membalikkan badan kembali ke kamar. Namun, dia langsung dikejutkan oleh sebuah tepukan yang singgah di bahunya. Lea hampir menjerit kalau tidak melihat wajah Kenan tadi.
“Mas!! Kamu ngagetin aku aja!!” semprot Lea.
Kenan hanya tersenyum sambil mengerjapkan matanya.
“Kamu dari mana? Aku mencarimu tadi.”
“Aku dari dapur, bikin mie instan. Kamu juga aku bikini, sudah aku bawa ke kamar.”
Lea tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia hampir lupa dengan kebiasaan Kenan yang suka makan mie instan usai pergulatan panas mereka.
Tak lama, mereka sudah kembali ke kamar menghadap mie instan yang asapnya masih mengepul.
“Hmm … enak banget. Udah lama gak makan mie instan bikinanmu, Mas.”
Lea tersenyum kesenangan sambil terus menikmati mie instannya. Kenan yang duduk di sampingnya ikut senang sambil sesekali menganggukkan kepala. Kemudian tiba-tiba perhatian Lea teralihkan ke leher Kenan. Ada lingkaran merah tertera jelas di leher putih mulusnya.
Lea terdiam sejenak, menghentikan makannya dan langsung mengulurkan tangan menyentuh leher suaminya.
“Lehermu kenapa, Mas?”
“Deasy, kamu yakin obat yang kamu beri padaku kemarin benar?” tanya Lisa.Ia langsung menelepon Deasy begitu acara berakhir. Lisa sengaja memilih ke toilet dan menelepon Deasy di sana.“Iya. Memangnya kenapa?”Lisa berdecak sambil mengacak rambutnya.“Aku sudah memasukkan obat pencahar itu ke minuman sample, tapi kenapa tidak bereaksi ke para tamu. Mereka baik-baik saja.”Deasy menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Kamu yakin tidak salah memasukkan, Lisa?”Lisa menggeleng dengan spontan. “Enggak. Aku sendiri yang melakukannya. Mana mungkin salah.”Deasy terdiam sambil mengetukkan jemari di dagunya. Apa mungkin ada kandungan dalam minuman itu yang bisa menghilangkan reaksi obat pencahar? Apa mungkin Lea sepintar itu?“Deasy, aku rasa kita akan coba dengan cara lain. Aku kesal semua memuji Mbak Lea tadi.”Deasy mencibir mendengar
Senin pagi, sudah terlihat kesibukan di kantor Ghalib. Hari ini hari peluncuran produk baru hasil formula Lea. Ghalib sengaja mengundang beberapa pemegang saham termasuk juga rekanan bisnisnya dan wakil dari BPOM.Meski baru uji coba, tapi tetap saja Ghalib ingin memberi yang terbaik. Begitu juga Lea, dia tidak mau membuat Ghalib kecewa. Kali ini semua tengah berkumpul di ruang pertemuan. Tidak banyak orang yang diundang sehingga ruangan tersebut tidak begitu sesak.“Terima kasih atas kehadirannya semua. Hari ini, saya akan meluncurkan produk baru. Semoga saja setelah lolos tes uji coba konsumen, awal bulan bisa segera launching.”Ghalib membuka kalimat pertemuan mereka. Semua tampak antusias dan menganggukkan kepala. Sementara ada beberapa karyawan yang sudah berkeliling mengedarkan sample produk baru mereka.Tanpa menunggu aba-aba, semua yang hadir langsung mencoba minuman kesehatan tersebut. Rasa segar langsung menjalar memenuhi tenggorokan. Minuman itu tidak terlalu manis, juga ja
Lea terkejut mendengar kalimat yang baru keluar dari bibir Ghalib. Belum sempat ia menjawab, Ghalib kembali bersuara.“Apa bisa hubungan kita lebih dari sekedar teman, Lea?”Mata Lea mengerjap menatap pria tampan yang sedang confess di depannya. Ia tidak menduga akan mendapat pernyataan seperti ini. Karena melihat belum ada jawaban dari Lea, Ghalib kembali melanjutkan kalimatnya.“Aku tahu kamu masih sulit untuk menerimaku. Aku juga tahu, kamu masih terluka usai bercerai. Namun, aku janji. Aku janji tidak akan mengecewakanmu, Lea. Aku mencintaimu.”Kembali kalimat Ghalib menyentuh hati Lea dengan saksama. Bagai anak panah Arjuna yang melesat dan menembak tepat di sasaran. Hanya saja, Lea tidak tahu harus berkata apa kali ini.“Lea … .”Sentuhan tangan Ghalib di lengan Lea membuat wanita cantik itu terjingkat. Lea mendongak, menatap mata Ghalib yang penuh cinta dengan sendu. Ia tidak tahu harus menja
Pria paruh baya berpakaian rapi itu tersenyum, mengedarkan pandangan sambil membungkukkan badan seolah memberi salam dan permintaan maaf.“JONAS!! Apa yang kamu lakukan? Mana Ghalib?”Suara Nyonya Emilia memecah keheningan mereka. Musik kembali terhenti dan semua yang hadir melihat ke arah Pak Jonas.“Maaf, semuanya. Tuan Ghalib berhalangan hadir malam ini.”Semua tamu tampak kecewa, tapi segera teralihkan saat musik kembali mengalun. Wajah Nyonya Emilia merah padam menatap Pak Jonas dengan kesal.“Kemana dia?” tanya Nyonya Emilia.Pak Jonas menunduk dan terlihat kebingungan.“Saya tidak tahu, Nyonya. Saat saya jemput ke apartemennya, Tuan sudah tidak ada.”Nyonya Emilia berdecak sambil mengulum senyum. Entah kenapa dia teringat dengan kejadian yang sama beberapa tahun lalu. Ghalib takut badut. Itu sebabnya dia tidak suka jika menghadiri pesta ulang tahun, termasuk pestanya sendir
“TUAN!!!”Pak Jonas tampak terkejut usai mendengar ucapan Ghalib. Tidak biasanya Ghalib menolak permintaan Nyonya Emilia. Namun, kenapa kali ini dia melakukannya?“Aku sudah punya rencana sendiri, Pak. Kalau Nenek bersikeras mengadakan pesta, aku tidak akan hadir.”Pak Jonas bergeming di tempatnya dengan jakun yang bergerak naik turun dan mata yang tertuju ke Ghalib. Ia tahu rencana apa yang akan dilakukan tuan mudanya ini. Apalagi jika menghabiskan waktu bersama Lea. Pak Jonas tahu sejak awal jika tuannya memang tertarik pada Lea.“Baik. Akan saya sampaikan ke Nyonya Emilia, Tuan.”Akhirnya Pak Jonas mengalah. Entah dengan alasan apa dia akan mengatakan hal ini. Yang pasti semua undangan sudah tersebar. Rasanya akan kesulitan jika membatalkan pesta.Sementara itu Deasy tampak sedang melamun di kamar usai berbincang dengan Lisa. Tidak dia sangka pada akhirnya dia menyetujui bersengkokol dengan Lisa. Deasy
“Apa maksudmu? Kedatanganku ke sini hanya untuk bekerja sama, tidak ada maksud lain.”Deasy langsung menepis tangan Lisa dan berjalan menuju mobilnya. Lisa hanya diam melihatnya dari jauh. Kemudian saat Deasy hendak masuk mobil, Lisa berseru keras.“Namun, aku lihat matamu selalu berbinar saat aku membahas kakakku. Apa itu bukan artinya jika kamu menyukainya?”Deasy menghentikan langkah, membuka pintu mobil kemudian menoleh ke Lisa.“Kalau aku suka dia pun. Itu sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Aku bisa mendapatkan apa yang aku mau tanpa bantuanmu.”Lisa berdecak sambil berjalan mendekat.“Oh ya, lalu kenapa Kak Kenan tidak memilihmu? Dia malah lebih memilih mempertahankan pernikahannya saat itu? Apa kamu lupa?”Deasy terdiam, kemudian menatap Lisa dengan geram. Lisa memang mendengar percakapan Nyonya Eliana di pagi itu. Saat dia datang ke rumah Kenan.“Lagi-lagi k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen