Seperti janjinya dengan Radit pagi tadi, Anita berdandan untuk menghadiri pesta jamuan pejabat yang diadakan oleh Partai Banteng Ngamuk di Hotel Pullman Jakarta. Dia sudah hampir selesai berdandan, hanya tinggal memulas lipstick warna merah pastel saja di bibirnya.Kali ini Anita mengenakan long dress bermodel bahu terbuka warna merah maroon. Gaun itu panjangnya hingga menempel sedikit ke permukaan lantai dengan belahan setinggi setengah paha sebelah kiri, sangat anggun sekaligus seksi.Sebuah kalung berlian tumpuk 3 berderet seharga ratusan juta melingkari leher jenjangnya yang indah dan mulus. Rambut panjang Anita disanggul sederhana yang ia buat sendiri hanya agar tampil lebih rapi dan tidak gerah selama pesta."Cantik sekali istriku ini!" puji Radit yang berdiri di belakang Anita yang duduk menghadap cermin riasnya dan sedang menyimpan kembali botol parfum yang baru saja ia semprotkan ke tubuhnya.Bibir liar Radit menyosor lekuk leher mulus yang menguarkan aroma parfum mahal, tan
Sudah nyaris tengah malam saat selusin kali Anita menguap karena kantuk di pesta jamuan parpol yang penuh basa-basi membosankan itu. "Pak Radit, istrinya sudah ngantuk itu kayaknya, kalau mau pulang duluan silakan saja!" saran Pak Bratayudha, ketua DPP Partai Banteng Ngamuk wilayah Jawa Tengah yang sopan dan pembawaannya menyenangkan itu.Anita tersenyum sungkan karena ter-gap menguap oleh Pak Bratayudha. Dia pun berkata, "Iya, Pak ... maklum sudah larut malam."Akhirnya, Radit pun berpamitan dengan kolega-kolega politiknya lalu menggandeng Anita turun ke lobi dengan lift. Sebelum turun, Anita sudah menghubungi Agus agar menjemput mereka. Jadi saat mereka sampai di lantai lobi, mobil Expander hitam mengkilap itu sudah siap menunggu di depan pintu lobi Hotel Pullman Jakarta.Jalanan kota Jakarta Pusat sudah mulai lengang sekitar pukul 23.00 WIB. Namun, Agus belum mengantuk karena harus menyetir pulang, dia sempat minum kopi bersama sopir-sopir pejabat yang lain di warteg sekitar hotel
"SAH!" seru para saksi dan penghulu yang menikahkan Radit dan Gita siang itu di apartment sewaan Gita di Menteng Emerald.Dengan takzim Gita mengecup punggung tangan Radit, imam barunya dalam rumah tangga. Sudah 2 tahun ia menantikan dipinang dan dinikahi secara resmi oleh Raditya Poncobuwono. Ibunya mengusap air mata haru di belakang Gita, dia yang tahu betapa nestapanya putri satu-satunya mengandung dan membesarkan Alvino sendirian. Akhirnya ayahnya Alvino mau bertanggungjawab menikahi Gita hari ini.Kemudian Gita berpelukan dengan ibunya yang duduk di belakangnya. "Selamat ya, Git. Semoga jadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah dan langgeng sampai akhir hayat," doa dari Nyonya Utami Sukmawati. untuk puterinya."Terima kasih doanya, Bunda. Gita tak mampu membalas segala kebaikan yang telah Bunda berikan selama ini," ucap Gita dengan terisak usai memohon restu.Nyonya Utami mengelus punggung puterinya dan berpesan, "Bunda tidak meminta balasan apapun, Git. Hanya berharap bisa
Dari pagi hingga sore, Agus mengikuti pelatihan khusus sepak bola oleh pelatih dari luar negeri yang khusus didatangkan oleh PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia).Pak Rinto Sibutar Butar masih menjadi supervisor timnas AFC sekalipun tidak terjun melatih langsung. Sudah ada tim pelatih khusus yang memang handal memoles bakat alami atlet pilihan yang akan jadi punggawa kebanggaan merah putih di AFC dua minggu lagi.Latihannya memang sangat keras dan menguras stamina, beberapa rekan Agus sesama anggota timnas yang mengeluh. Badan sakit semua sepulang berlatih, kata mereka. Namun, Agus yang sudah biasa membajak sawah berhektar-hektar di kampung Bojonegoro hanya tertawa saja menanggapi keluhan teman-temannya itu.Setiap sore latihan ditutup dengan pertandingan satu babak 45 menit antara tim inti dan tim cadangan AFC. Seperti yang sedang berlangsung sore ini saat matahari masih bersinar terik."Gus, tangkap!" seru Tri Suaka mengoper bola ke depan Agus yang dengan sigap diterima ole
Sore itu Anita mengajak Agus menemaninya berbelanja ke supermarket untuk melengkapi toiletries dan mengisi kulkas di unit sewaannya di Fallpoint apartment. Memang baru sempat saat itu karena banyak acara sebelumnya, Agus pun sibuk dengan seleksi timnas AFC.Saat berjalan di lorong frozen food, Anita bertanya kepada Agus yang mendorong troli belanjaan di sisinya, "Mas, suka makan apa sih sebenarnya?"Agus dengan santai menjawab, "Suka sayur lodeh, Mbak. Ibu saya di kampung biasa masakin itu buat teman makan nasi sama tempe garit."Kemudian Anita ber-ooh. Dia membelok ke stand display sayuran segar lalu memilih beberapa jenis sayur untuk ditimbang ada labu siam, kacang panjang, dan terong ungu, lengkap dengan pete.Melihat barang belanjaan Anita, pemuda itu pun penasaran lalu bertanya, "Mbak Anita mau masak apa? Kok kayak bahan sayur lodeh sih?"Anita pun tertawa kecil menoleh ke Agus. "Mas pinter deh, kok bisa nebak kalau aku mau masak sayur lodeh!""Ehh ... Mbak Anita bisa masak? Kaya
Tubuh polos nan molek itu menggeliat dalam pelukan Agus. Perlahan sepasang kelopak matanya yang berat terbuka menatap wajah Agus yang ditutupi cambang lebat. "Pagi, Mas Sayang," sapa Anita lalu duduk di ranjang mengecup pipi Agus.Belum sempat Agus menjawab sapaan Anita, ponsel di atas nakas berbunyi nyaring. Tangan Anita meraih gawai miliknya lalu membulatkan matanya menatap layar ponsel yang bertuliskan id caller 'MAMA', segera ia menjawabnya, "Halo, Ma.""Halo, kamu nggak lupa 'kan Nit kalau hari ini pelantikan suami kamu jadi anggota dewan perwakilan rakyat di Senayan?" Suara Nyonya Laksmi terdengar melengking seperti biasanya dari loud speaker ponsel Anita.Anita menepuk jidatnya sendiri, dia lupa karena memang sudah setengah bulan tidak bertemu Radit. Bapak pejabat sibuk dengan istri barunya di luar rumah juga, Anita malas pulang ke rumahnya sendirian."Nggak lupa kok, Ma. Memang hari ini pelantikan Mas Radit. Nanti Mama bisa nonton di TV acaranya, Nita mendampingi Mas Radit,"
"Demi Allah, saya bersumpah akan menjadi pelayan bagi keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia. Bertindak lurus dan jujur serta adil seturut nilai-nilai Pancasila yang dijunjung tinggi ...," ujar Radit didampingi oleh Anita yang berdiri anggun dengan senyum kalem ala nyonya pejabat.Lensa kamera wartawan dan para peliput berita mengabadikan gambar Radit bersama Anita karena di antara anggota legislatif yang diambil sumpahnya pagi itu mereka yang tampil paling menarik dan serasi.Acara resmi kenegaraan itu berlangsung pagi hingga sore dan ditutup dengan jamuan makan spesial di gedung dewan. "Jeng Anita sudah lama menikah dengan Pak Radit?" tanya istri kolega politik Radit ketika mereka menikmati sajian makan sore itu secara standing party.Anita menanggapi dengan ramah, "Baru jalan 2 tahun ini, Jeng. Kalau Jeng Winda apa sudah lama menikah dengan Pak Bayu Anggara?" "Ohh, kami sudah menikah 8 tahun, Jeng. Sampai sudah punya anak 3 orang," jawab Winda tertawa pelan. Namun, kalau Anita
"Mbak ... ini kenapa tangannya nakal banget sih?!" desah Agus di dalam bathtub bersama Anita sore jelang malam itu.Sebetulnya dia sudah mandi di ruang ganti atlet Stadion Utama GBK tadi, tapi Anita ngeyel ditemani mandi olehnya. Bukan Anita namanya kalau tak bisa memaksanya untuk menuruti keinginan wanita itu.Acara mandinya berubah jadi tegang karena si junior dielus-elus mendadak berdiri tegak seperti upacara penurunan bendera pusaka di sore hari. Sementara sang majikan tertawa senang karena berhasil menggoda Agus.Pemuda itu menelengkan wajahnya menatap Anita. "Ini mau diapain kalau sudah berdiri begini, Mbak?" tanya Agus berharap sesuatu yang tak pasti."Nggak diapa-apain, Mas. Cuma kangen megang aja tadi. Udah ya, airnya jadi dingin nih kelamaan berendam," jawab Anita seraya bangkit dan kabur keluar dari bathtub.Dengan segera Anita membilas sisa busa sabun itu di bawah shower air hangat. Tiba-tiba tubuhnya didekap erat dari belakang."Sukanya kabur-kaburan deh!" geram Agus di s