"Nggak usah dipakai dulu dasternya daripada nanti saya lepas lagi, Mbak!" sergah Agus setelah mereka berdua mengeringkan tubuh dengan handuk bersih.Lengan kekar Agus meraup tubuh Anita yang sudah mulai bertambah berat ke gendongannya. Wanita hamil itu terkesiap kala ia merasa kehilangan bobot tubuhnya melayang naik meninggalkan pijakannya di lantai kamar yang dingin.Dengan segera Anita menalikan tangannya ke leher Agus. "Mas, despacito ya ...," ucapnya terkikik. Despacito itu artinya perlahan-lahan. "Oohh ... sudah belajar bahasa Spanyol juga ya?" sahut Agus terkekeh lalu dia pun mulai menyusuri leher wangi istrinya itu.Bulatan kembar yang memang sudah ranum sebelum hamil semakin besar dan selalu membuat Agus tegang di bawah sana saat menyentuhnya dengan tangan dan mulutnya. Sapuan lidah di puncak gunung batok kembar itu membuat Anita gemetar dan mendesah nikmat. Dia suka setiap sentuhan intim dari suaminya."Wah, dedek bayinya kayaknya bakal kenyang ini, Mbak kalau susu Mamanya m
Perjalanan Agus dan Anita dari Jakarta hingga tiba di tujuan kampung halaman Agus usai sudah. Diantar oleh driver gocar dari Surabaya ke Bojonegoro, Agus membayar dengan tiga lembar merah uang rupiah. Rumahnya masih seperti dulu saat Agus tinggal di kampung yang menyisakan sejuta kenangan pahit manis dengan orang-orang yang berasal dari masa lalunya. Ada rasa haru yang menyeruak dalam dadanya, sebuah perasaan asing yang terasa begitu pekat. Dia telah berhasil mendobrak segala hinaan dan caci maki yang merendahkan dirinya dulu."Ayo, Mbak kita masuk cari bapak ibuku di dalam," ajak Agus sambil membantu driver gocar itu menurunkan koper miliknya dan milik istrinya.Sore itu Bu Rodiyah tergopoh-gopoh keluar dari rumah sederhana yang sudah usang itu menyambut putera tunggal dan menantunya. "Gus, Nita, syukur akhirnya sampai juga ke sini! Ayo masuk ... masuk ...," sambutnya memeluk Anita sementara Agus membawa koper di kanan kiri tangannya dan meninggalkan sebuah koper di halaman depan ru
Rumah tingkat dua lantai berdinding putih bak istana itu berdiri di Dusun Tapan, Bojonegoro. Letaknya hanya berbeda 3 rumah dari rumah mantan istri Agus dulu yang bernama Ratih Sitoresmi. Pintu gerbang teralis hitam setinggi 2 meter itu dibuka sendiri oleh Agus. Dia menggandeng tangan istrinya mengikuti Pak Slamet melihat-lihat rumah barunya. Biaya pembangunannya menghabiskan 1 milyar lebih sedikit, Agus mencatat semua transfer uang pembangunan rumah itu dengan teliti dulu."Mbak Anita suka nggak sama rumahnya, ini bapakku yang jadi mandor bangunannya?" tanya Agus kepada istrinya yang masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dalam rumah yang masih berbau cat dinding karena masih belum dihuni sejak dibangun."Bagus banget, Mas. Nita suka kok, paling nggak kokoh bangunannya dan kelihatan nyaman ditinggali," jawab Anita tersenyum bahagia. Dia tidak menyangka akan dibuatkan rumah oleh suaminya itu di Bojonegoro.Pak Slamet turut senang jerih lelahnya berbulan-bulan tidak meng
Suara canda tawa ibu-ibu yang membantu acara mitoni (syukuran 7 bulan usia kehamilan) Anita terdengar riuh di dapur rumah baru pasangan Agus dan Anita. Tumpukan kotak nasi berkat sudah siap dibagikan siang itu. Bu Rodiyah yang memimpin jalannya acara siang itu mendampingi menantu cantik kesayangannya. Sementara Agus duduk menemani istrinya di sofa sambil sesekali mengobrol dengan bulik dan bude-nya ( bibi adik dan kakak perempuan ibunya)."Berhubung semua sudah beres acara syukuran rumah baru dan mitoni buat Anita, sekarang tolong dibantu kirim-kiriman nasi berkat ya!" ujar Bu Rodiyah ke saudari-saudarinya yang seumur hidup tinggal di Dusun Tapan bersamanya selama ini."Siap, Mbakyu!" Seruan dari para wanita berjumlah enam orang itu serempak.Ketika tiba saatnya membagikan nasi berkat ke rumah-rumah warga Dusun Tapan, Bulik Rohmah dan Bude Rohana saling lempar tanggungjawab untuk mengirimkan nasi berkat ke rumah Ki Agung Artosuwiryo yang berstatus mantan mertua Agus."Rohmah, koen ba
Suara lagu dari Ruth Sahanaya yang terdengar dari radio di pendopo sunyi itu meremas-remas hati sepasang mantan suami istri itu. "Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan ... Setelah aku jauh berjalan dan kau kutinggalkan. Betapa hatiku bersedih mengenang kasih dan sayangmu. Setulus pesanmu kepadaku ... Engkau 'kan menunggu ... Andaikan kau datang kemari, jawaban apa yang 'kan kuberi? Adakah jalan yang kautemui untuk kita kembali lagi?" Namun, suami baru Ratih tidak setuju istrinya yang sudah beranak satu itu terbawa romansa dengan 'mas mantan bojo'. Dia berdehem keras lalu berkata dengan nada tegas, "Tih, kita susul bapakmu ke RSUD Bojonegoro aja kalau begitu!"Ratih seolah tak rela pertemuannya dengan Agus terputus begitu saja. Dia pun menyapa mantan suaminya itu. "Mas Agus, gimana kabarnya? Lama kita nggak ketemu, Mas! Ratih ... Ratih ... kangen ... uwaaaa," ucapnya lalu menangis kencang menghambur ke pelukan Agus. Padahal ada suaminya juga yang membuat kedua pria itu sa
Semenjak tersandung kasus dugaan suap dan menjadi target OTT otoritas pemberantasan korupsi pejabat publik, Radit menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah. Dia mulai berubah ke arah yang lebih baik.Kehamilan istrinya yaitu Yuni Sahara juga penyebab salah satu titik balik dimana dia bertekad menjadi manusia yang lebih mulia dan tidak lagi berkubang dalam lembah dosa."Yun, hati-hati naik tangganya. Perut kamu sudah besar banget sekarang!" ujar Radit membantu istrinya menapaki tangga masuk ke gedung dewan yang cukup banyak dan tinggi.Mereka berdua baru saja turun dari mobil Toyota Fortuner hitam milik Radit yang disopiri oleh Pak Bandi. Rencananya hari ini adalah hari terakhir Yuni ngantor sebelum cuti melahirkan karena HPL (Hari Perkiraan Lahir) puterinya besok menurut dokter kandungannya.Rapat umum anggota dewan dimulai pukul 09.00 WIB dengan banyak agenda pemaparan hasil kerja selama setahun dari dewan perwakilan rakyat Indonesia yang dilantik periode lalu. Seperti biasa rapat s
Pagi itu pesawat Malaysia Airlines yang membawa Bu Rodiyah dari Jakarta menuju ke Barcelona baru saja mendarat. Wanita desa berusia setengah abad lebih itu berusaha tetap tenang dan mengikuti panduan pramugari hingga berhasil keluar dari gerbang kedatangan penumpang internasional di Bandara International Barcelona El-Prat."Ibuuu!" sambut Anita bergegas mendekati Bu Rodiyah lalu saling bertukar cium peluk dengan ibu suaminya itu."Syukur kalau nggak nyasar, Bu! Hahaha," tukas Agus sembari tertawa berderai. Sebenarnya dia sudah cemas sedari semalam karena ibunya baru sekali pergi keluar negeri sendirian.Bu Rodiyah pun tertawa gembira dan menjawab, "Aslinya Ibu juga grogi, Gus. Di pesawat akeh londo-ne (banyak bule-nya), nggak paham omong apa. Ibu cuma senyum ngangguk-ngangguk aja kalau diajak ngomong.""Kita ke tempat tinggal Agus ya, Bu. Sini tas jinjingnya Agus bawakan saja," ujar puteranya lalu mengangkat tas berisi baju ganti yang berukuran sedang itu.Mereka bertiga berkendara de
"Ouuhh ... Diego ... sube sube ... akkh!" racau señorita cantik itu meminta pemuda Argentina itu bergerak menaikkan bibirnya dari betis mulus hingga ke pangkal pahanya. (sube=naik)Permainan cinta Paula Simona Gonzales bersama pemain libero Barça itu selalu liar. Malam-malam panas di Barcelona membuat Diego Martinez terperangkap dalam gairah si nona muda adik bosnya.Tubuh kekar Diego bersimbah peluh hingga nampak seperti sehabis mandi. Dia main di atas berjam-jam dengan berbagai posisi dan Simona tak kunjung lelah melayani pemain sepak bola yang tangguh staminanya itu. "Señorita, Espero que disfrutes de nuestro amor!" (Nona, saya harap Anda menikmati percintaan kita!) Diego terengah dengan jantung berpacu memagut bibir ranum wanita binal itu yang kini tengah menindih tubuh Diego."Milikmu keras terus dan aku suka, Argentine Boy! Kupikir lebih baik kita menikah saja, kau membuatku kecanduan tubuh tangguhmu ini, Diego. Uhmm ... akkh!" Simona bergerak menghentakkan tubuhnya dengan liar