Pertandingan antara Harum Tanurie FC versus Pupuk Sri Rezeki FC semakin sengit kendati tim lawan Agus itu belum berhasil mencetak satu gol pun mereka tak ingin cepat menyerah sebelum peluit pertandingan usai ditiup wasit.Bola pun bergulir ke arah gawang Harum Tanurie FC digiring oleh Yusrizal, pemain gelandang tim Pupuk Sri Rezeki FC dengan lari cepat disusul pemain pertahanan Harum Tanurie FC. Sementara Agus yang berada di lini penyerang tidak dapat berbuat banyak sekalipun ikut mundur ke arah gawangnya.Sebuah tendangan spekulasi yang ditendang kencang dengan kaki kanan Yusrizal dari jarak 20 meter berhasil membobol gawang Antonio Rici, kiper Harum Tanurie FC yang berkebangsaan Timor Leste itu."GOOOOOOLLLLLLL!" Teriakan suporter kesebelasan Pupuk Sri Rezeki FC bergema riuh di Stadion Atang Sutrisna. Sementara pendukung Harum Tanurie FC harus kecewa karena posisi menjadi 2-1 dengan keunggulan masih di pihak Harum Tanurie FC.Agus pun merasa ketar-ketir karena hanya beda posisi sa
"Aakkhh ... Masss!" desah suara wanita itu memecah keheningan sore di salah satu unit apartment exclusive di tengah kota Jakarta Pusat.Sementara pria yang dia panggil seolah belum tuntas memuaskan hasratnya atas tubuh berlekuk menggoda yang tergolek pasrah tanpa sehelai kain pun menutupi dirinya. Pria itu terus berpacu mereguk kenikmatan duniawi hingga partikel-partikel cahaya itu seolah pecah terdispersi di dalam otaknya. "AAARRGGHH!" pekiknya tertahan. Seusai olahraga ranjang yang panas di sore hari itu, Radit berbaring mendekap tubuh Sheila dengan rasa puas. Sudah tiga hari ia tidak pulang ke rumah menemui istrinya dengan dalih perjalanan dinas ke Jambi. Padahal dia sama sekali tidak meninggalkan Jakarta dan tidur dengan selingkuhannya di Senopati Apartment."La, abis mandi nanti kita makan malam keluar aja yuk. Bosen nih room service melulu!" ujar Radit santai sembari membelai mesra tubuh Sheila yang berlekuk-lekuk bak gitar Spanyol."Ayo, Mas. Aku mandi duluan ya ...," pamit S
Sesampainya di rumah, Radit turun dari mobil sedan Camry istrinya terlebih dahulu di depan teras. Dia berpikir Anita juga akan ikut turun bersamanya, tetapi ..."Mas Radit, aku nggak mau tinggal serumah sama Mas lagi!" seru Anita lalu menutup pintu mobilnya di hadapan Radit.Kemudian dia berkata, "Jalan, Mas Agus. Kita ke Senopati!"Agus pun menuruti perintah majikannya lalu menjalankan mobil itu kembali keluar dari halaman depan rumah Anita meninggalkan Radit yang mengejar-ngejar mobil itu seperti orang gila di belakang.Setelah agak jauh dari rumah Anita, dia pun bertanya, "Mbak, apa nggakpapa kalau ninggalin suaminya Mbak Anita begitu?"Namun, Anita hanya mendengkus lalu terdiam melihat pemandangan jalanan melalui kaca jendelanya. Dia merasa begitu bodoh karena dulu percaya saja dengan segala kesibukan Radit. Entah dengan Sheila atau berbeda orang, suaminya itu melakukan perselingkuhannya. Dua tahun sudah dia menjalani pernikahan dengan melangkah tak seiring jalan bersama suaminy
Di dalam mobil sedan Camry hitam yang melaju di tengah hiruk pikuk jalan raya ibu kota. Anita mengajak sopirnya yang merangkap pria simpanannya itu berbincang."Mas Agus, nanti siang anterin aku makan mie ayam bakso ya, tapi jangan yang di mall. Aku pengin yang asli kampung gitu, Mas!" pinta Anita sembari mengamati pemandangan di sebelah kaca jendela mobilnya.Sebenarnya Agus jarang kelayapan keliling kota sendirian. Dia menggaruk-garuk kepalanya bingung mau mengajak majikannya makan mie ayam bakso dimana? Lalu ia pun teringat warung mie ayam bakso milik Lik Supriyadi yang ada di daerah Tanah Abang."Kalau mie ayam bakso tempat teman saya yang di daerah Tanah Abang apa mau, Mbak?" tanya Agus."Boleh, nggakpapa dicoba aja ke sana nanti siang, Mas! Oya, ada latihan bola nggak, Mas Agus hari ini?" balas Anita.Agus masih melajukan mobil yang ia kemudikan dengan kecepatan stabil menuju ke Mall Plaza Senayan. "Hari ini ada tanding sore. Nanti sesudah mengantar makan siang saya izin ya, Mba
Saat tengah hari, Agus menjemput Anita ke butik milik majikannya itu. Dengan senyum riang Anita berpamitan kepada karyawannya lalu menghampiri sopirnya yang ganteng itu."Yuk berangkat, Mas!" ucapnya lalu menggandeng lengan kekar Agus sembari berjalan ke arah lift untuk turun ke tempat parkiran mobilnya di lantai bawah.Jam makan siang lalu lintas kota Jakarta cukup padat merayap, tapi Agus tidak keberatan mengantar Anita ke daerah Tanah Abang yang agak jauh sebenarnya dari Mall Plaza Senayan. Akhirnya mereka pun sampai di warung Mie Ayam Bakso Urat Asli Cak Supri. Itu adalah warung milik Lik Supriyadi, teman sekampung Agus dari Bojonegoro.Mereka dua duduk berseberangan di meja makan kayu yang tidak terlalu lebar. Badrunmendatangi meja mereka lalu sedikit terkejut saat melihat Agus berpakaian necis ala eksekutif muda yang menjadi pelanggan di warungnya."Ehh ... Gus, beneran Agus tho? Kok ndemes koen saiki, Gus!" (Kok keren kamu sekarang, Gus!) sapa Badrun dengan ceria dan kagum meli
Sore itu Anita memang belum pulang dari butiknya, dia menunggu Agus menjemputnya seusai tanding sepak bola. Kebetulan butik juga ramai, ada beberapa pelanggan yang datang berbelanja pakaian pesta. Anita turun tangan membantu pramuniaganya melayani para pelanggan butik itu. Hingga ..."NITA!" seru Radit galak seraya bergegas mendekatinya di dekat rak display baju pesta.Anita pun sedang memegang 2 gantungan long dress di tangannya kanan kiri karena ia sedang memilihkan baju untuk kliennya. Dia melihat Radit datang bersama Sheila ke butiknya dan bingung dengan apa yang mereka berdua inginkan."Kita harus bicara sekarang!" ucap Radit dengan nada tinggi sambil melotot berkacak pinggang.Segera Anita memanggil karyawati butiknya. "Alena, tolong bantu Tante Indah memilih gaun pesta ya? Aku ada sedikit urusan ...," ujar Anita tenang di hadapan kliennya.Setelah menyerahkan dua gantungan baju di tangannya, Anita masuk ke dalam ruang kantornya bersama Radit dan juga Sheila, ia menutup pintu ka
"TING."Lift yang dinaiki Agus berhenti di lantai 2, dia segera berlari-lari kecil ke butik majikannya dengan perasaan kuatir. "Permisi, Mbak Desi. Apa Mbak Anita masih di kantornya?" tanya Agus ke bagian kasir butik milik Anita."Ohh, iya. Masih kok, Mas. Coba diketok aja pintu kantornya," jawab Desi dengan ramah.Agus pun berjalan ke depan pintu kaca kantor Anita, dia mengetok pintu itu lalu masuk ke dalam saat dipersilakan masuk oleh majikannya itu.Saat ia melihat wajah wanita itu, hatinya seolah tercubit. Pipi kanan Anita bengkak dan memar sepertinya bekas dipukul keras. Agus segera berjalan ke sisi wanita itu dan menyentuh perlahan pipi Anita sebelah kanan. "Ini pipinya kenapa, Mbak?" tanyanya."Ditempeleng suami, Mas," jawab Anita ringan sembari tersenyum lalu meringis kesakitan."Apa mau saya anterin ke dokter, Mbak? Bengkak lho!" ujar Agus dengan hati cemas. Wajah halus majikannya berantakan begitu."Coba ke IGD aja ya kali, Mas. Butuh disalep aja mungkin, tapi nggak tahu me
"Paaa ... Maaa ... Nita pulang!" seru Anita ketika dia sampai di kediaman Hadinegoro. Papa mamanya yang sedang bersantai menonton TV pun berdiri menyambut puteri semata wayang mereka itu. "Lho ... tumben, Nit kok malam-malam ke sini? Mana Radit?" tanya Nyonya Laksmi penasaran sambil celingukan mencari sosok Radit menantunya.Namun, papanya yang sangat menyayangi Anita melihat wajah puterinya dengan teliti. "Ini siapa yang gampar mukamu, Nak? Memar dan bengkak begini. Tsskkk!" ujar Pak Subroto kesal."Mas Radit, Pa."Pak Subroto melotot lalu berseru, "RADIT?!""Kamu salah apa, Nit kok sampai suami kamu main tangan begini? Apa kamu masih dekat-dekat sama si Agus, sopir kamu itu?" cecar Nyonya Laksmi yang lebih membela menantu kesayangannya itu.Nita menundukkan kepalanya di hadapan papa mamanya. Mereka duduk bertiga di ruang tengah. Dia merasa bersalah sudah ikut-ikutan berselingkuh seperti suaminya. Namun, suaminya itu memang patut dipertanyakan rasa cintanya selama ini."Jawab, Nit