Hampir jam 10 malam Angel dan Roy tiba kembali di rumah selepas memenuhi undangan makan malam Leni dan putrinya, hanya duduk sejenak melepaskan kepenatan di perjalanan di ruangan tengah, mereka pun kemudian beristirahat.Bagi Roy ketika diberi kesempatan ngobrol berdua tadi dengan Friska tidak ada hal yang spesial dan ia rasa biasa-biasa saja, akan tetapi sebaliknya Friska makin kagum dan simpati pada Roy yang ternyata selain tampan juga sangat nyaman diajak bicara.Hal itu bukan karena selama ini dia dibatasi bergaul dengan para priia baik di dalam maupun di luar kampus oleh Maminya, akan tetapi di antara beberapa teman cowok yang pernah bertatap muka dan ngobrol bareng sosok Roy lah yang terkesan membuatnya nyaman.Friska bahkan ingin sering-sering bertemu dan ngobrol dengan Roy atau paling tidak melalui ponsel, keinginannya itu diketahui dan disetujui oleh Leni. Bahkan Maminya itu berencana akan membalas kunjungan Angel dan Roy jika tidak minggu depan, minggu satunya lagi sekaligus
“Aku heran kamu begitu inginnya Roy jadi pendamping Friska, apa yang membuat mu begitu?” tanya Angel yang memang mengetahui jika sahabatnya itu selama ini terbilang sosok yang sangat membatasi putrinya dalam urusan pergaulan, itu semua karena dia ingin Friska benar-benar fokus pada kuliahnya dan berhasil menyandang gelar dokter.“Aku melihat Roy sosok pria yang baik, pekerja keras dan bertanggung jawab. Pandangan ku itu nggak ada kaitannya dengan dia merupakan keponakan angkatmu, pria seperti Roy lah yang selama ini aku inginkan jadi pendamping Friska kelak.” Tutur Leni.“Gimana dengan Bang Hendrik?” tanya Angel.“Mas Hendrik juga sama dengan ku tentang sosok pria yang diinginkan untuk mendampingi Friska nanti, kami nggak akan memandang dia berasal dari desa atau pun kota, dari keluarga terpandang dan berada atau pun dari keluarga sederhana serta pas-pasan. Bagi kami jika sosok pria itu suka bekerja keras tak malas-malasan, dia akan bisa nanti kami handalkan untuk keberlanjutan perusa
Sepulang dari kantor setelah mandi Angel yang duduk di teras rumahnya ketika Bi Surti datang membawakan dia minum, Angel meminta pembantunya itu untuk memanggil Roy untuk menemuinya di teras itu.“Mas Roy..” panggil Bi Surti di depan pintu kamar Roy yang saat itu tertutup.“Iya Bi, aku lagi ganti pakaian.” Sahut Roy dari dalam.“Nyonya bilang agar Mas Roy menemuinya di teras,” ujar Bi Surti.“Baik Bi, setelah ganti pakaian aku akan temuin Tante di teras.” Jawab Roy.“Mas mau dibuatkan kopi atau teh?” tanya Bi Surti.“Kopi aja Bi, sekalian minta tolong dibawakan ke teras.” Jawab Roy lagi.“Baik, Mas Roy langsung aja temuin Nyonya di teras nanti kopinya aku antar.” Ulas Bi Surti.“Ya Bi, makasih.” Ucap Roy.“Tante memanggil ku?” tanya Roy ketika tiba di teras rumah masih berdiri di sebelah Angel duduk.“Iya, duduklah Roy.” Jawab Angel.“Makasih Tante,” ucap Roy kemudian duduk di sebelah Angel.Hampir berbarengan dengan Roy duduk Bi Surti pun datang membawa segelas kopi hangat, kopi itu
“Tentu aja Tante, hal itulah yang paling membuatku nggak akan pernah bisa untuk melupakannya. Meskipun dia bukan jodohku nantinya, aku harap sosok pria yang jadi pendampingnya nanti benar-benar menyanyanginya dan Viola bisa bahagia selamanya.” Tutur Roy.“Beginilah realita kehidupan, di saat kita mencintai seseorang dan seseorang itu pun menyanyangi pula dengan sepenuh hati malah tak berjodoh. Sebaliknya sosok yang awalnya yang nggak kita kenal sama sekali, mendadak aja jadi pasangan hidup.” Ujar Angel.“Seperti hal yang Tante alami ya?” tebak Roy.“Ya, hal yang terjadi di diriku ini banyak pula terjadi pada orang lain. Bedanya aku sampai saat ini belum pernah menemukan cinta sejati ku dan ketika dijodohkan sosok pria yang jadi pendamping itu bukan pria yang baik, sedangkan kebanyakan pula dari mereka yang dijodohkan dapat hidup bahagia dengan seiringnya waktu rasa saling mencintai itu hadir,” tutur Angel.“Aku yakin suatu saat Tante akan menemukan pria yang benar-benar menyayangi Tan
Sepeninggalnya Bobby dan manager hotelnya, Viola dan Puspa yang tadi ikut mengantar hingga tempat parkir kembali ke dalam kantor. Puspa diajak Viola untuk ke ruangannya untuk membahas kerja sama yang baru saja terjalin antara perusahaan pariwisata itu dengan hotel milik Bobby, beberapa berkas yang dibawa Puspa dilihat kembali oleh Viola ketika tiba di meja dalam ruangannya.“Harga yang ditetapkan dalam perjanjian ini sama kan dengan pihak hotel lainnya?” tanya Viola.“Ya Bu, harga yang tertera di berkas kerja sama itu sama dengan saya tetapkan pada pihak hotel lainnya dalam memakai jasa kita bagi para tamu hotel mereka.” jawab Puspa.“Hemmm, aku lihat tadi Bang Bobby sangat antusias sekali jalin kerja sama dengan perusahaan kita ini.” ulas Viola diiringi senyumnya.“Tentu saja Bu, sejauh ini dalam pelayanan yang kita berikan tidak pernah mengecewakan. Akan tetapi memang harus diakui sejak Mas Roy resign dari kantor ini, pelanggan kita agak menurun.” Tutur Puspa, mendengar nama Roy dis
Friska tersenyum manis, Roy pun balas tersenyum ramah. Melihat dari senyumnya sepertinya Friska menaruh simpati pada Roy yang saat itu tampil dengan memakai jas hingga tampak lebih tampan, sementara Roy sendiri terlihat biasa-biasa saja meskipun calon dokter itu sosok gadis yang cantik mempesona.“Oh ya Angel, keponakan mu ini udah di semester berapa kuliahnya? Atau barang kali dia udah wisuda?” tanya Leni Mamanya Friska, Angel tak segera menjawab ia arahkan pandangannya pada Roy.“Aku nggak kuliah Tante, aku hanya tamatan SMA.” Roy yang menjawab diiringi senyum santainya, Leni nampak melongo mendengarnya.“What?! Apa-apaan kamu ini Angel, masa keponakannya nggak di kuliahin dan membiarkan dia hanya tamat SMA aja?” Seru Leni pada Angel.“Hemmm, Roy sebenarnya bukanlah keponakan kandungku. Dia dari desa dan awalnya dia nekad datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dengan ijasah SMA nya itu, gara-gara sahabatnya yang memberi alamat palsu kos-kosannya Roy nyasar ke rumahku lalu aku men