Roy segera bangkit dari pembaringannya, dan bergegas menuju kamar mandi arah suara teriakan Bi Surti itu. Begitu Roy tiba didepan kamar mandi, dilihatnya Bi Surti tergeletak di dalam kamar itu.“Bi Surti..!” seru Roy, yang tak banyak bicara lagi langsung memapah dan membopong pembantu Angel itu ke kamarnya yang memang lebih dekat dari kamar mandi itu.Tubuh Bi Surti ia baringkan di ranjang, meskipun pakaian bagian punggung wanita sebaya dengan Ibunya itu agak lembab karena terjatuh di dalam kamar mandi tadi. Setelah membaringkan, baru lah Roy memeriksa kalau-kalau ada bagian tubuh Bi Surti yang terluka.“Bi Surti kenapa? Kok sampai terjatuh di kamar mandi? Bagian mana yang sakit Bi? Aku cuma lihat bagian mata kaki aja yang agak memar,” tanya Roy.“Aku terpeleset di kamar mandi itu, Mas Roy. Gara-gara menginjak sabun mandi yang mungkin tadi terjatuh dari tempatnya, selain pergelangan kaki aku juga rasakan sakit di bagian pinggang dan pinggul,” tutur Bi Surti.“Kalau gitu Bi Surti sekar
Roy tak dapat lagi membendung hasrat yang sudah di luar batas kemampuannya untuk menahan, karena Bi Surti seperti memancingnya untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi ke tubuhnya itu. Pijitan berganti dengan remasan, begitu pun urut berubah menjadi elusan. Hawa kamar itu semakin lama semakin panas terasa, hingga satu persatu pakaian mereka terlepas dari tubuh dan berserakan di bawah ranjang.Gelora sentuhan dan gerakan semakin membuat hawa kamar itu semakin panas, gerimis di luar yang telah berganti menjadi hujan lebat pun tak mampu meredakan hawa panas di kamar itu. mereka berdua sudah tak ingat lagi akan siapa mereka, serta pantas atau tidaknya hal yang saat ini mereka lakukan.Hanya satu yang mereka pikirkan dan inginkan, bagaimana caranya agar sentuhan dan gerakan liar yang mereka lakukan itu segera mencapai titik puncak yang akan mereka tuju. Hujan semakin lebat di luar disertai angin sementara di kamar itu gerakan dan sentuhan pun semakin cepat dan liar, tubuh Bi Surti telah me
Pagi itu setelah sarapan, Anton ikut dengan Bramasta ke kantor perusahaannya menggunakan mobil mewah milik sepupunya itu. Kehadiran Anton di kantor tentu membuat para karyawan terkejut, karena tak biasanya mereka tidak diberitahu akan kedatangan pemilik perusahaan itu.Sebagai pemilik perusahaan sekaligus presdir di kantor itu, tentu sikap para karyawan lebih hormat kepadanya dibandingkan Bramasta yang ditunjuk sebagai wakil direktur. Mulai dari satpam penjaga pagar halaman, hingga seluruh karyawan yang berada di 3 lantai kantor perusahaan memberi salam hormat dan sapaan yang kerap dilakukan antara bawahan ke atasan mereka.Sikap yang ditunjukan Anton saat berada di dalam kantor sangat berbeda dengan sifat aslinya jika berada di rumah, suami Angel itu lebih ramah dan murah senyum saat berpapasan dengan para karyawannya. Sementara jika berada di rumah Anton lebih terkesan menunjukan egonya, baik pada Angel maupun Bramasta sepupunya.“Bram, coba tolong kamu perlihatkan semua laporan per
Setelah kurang lebih 1 jam Roy dan Angel berada di samping rumah memanggang ikan sembari bercakap-cakap, seluruh ikan tuna yang di panggang itu pun matang. Roy yang dibantu Bi Surti segera membawa ikan-ikan itu ke dalam rumah, kemudian meletakannya di meja makan.Orang tua Angel salah satu orang yang memiliki kekayaan di atas rata-rata di kota itu, selain perusahaan yang diserahkan Pak Jonan pada putrinya itu ia juga memiliki belasan perusahaan lainnya yang menyebar di kota-kota di Indonesia. Sementara Bu Via seorang dosen tetap di sebuah universitas terkemuka di sana, tentu saja hasil kekayaan mereka melimpah-ruah bisa dikatakan tidak akan habis 7 turunan nantinya.Kekurangan mereka adalah sikap Pak Jonan yang terlalu selektif dalam segala hal, termasuk menentukan sosok yang bakal diterimanya menjadi menantu. Seperti yang di alami Angel, wanita cantik bertubuh sintal itu di jodohkan dengan Anton putra dari sahabatnya yang juga orang terkaya di kota itu.Alasan Pak Jonan bersikap begi
“Begini Angel, kalian kan udah bertahun-tahun menikah. Papa dan Mama meminta kalian untuk mengurangi kesibukan bekerja, kami udah rindu ingin memiliki dan menimang-nimang cucu. Kami berharap kalian lebih fokus kesana dibandingkan pekerjaan-pekerjaan kalian yang nggak ada habis-habisnya itu,” tutur Bu Via, sementara Angel hanya diam tertunduk sulit untuk menjawab.“Yang dikatakan Mamamu itu benar, Angel. Kalian udah seharusnya memikirkan keturunan, kalau kerjaan memang takan pernah habis-habisnya terutama dengan Anton yang memiliki banyak perusahaan cabang di luar negeri,” tambah Pak Jonan.“Aku pernah bicarakan hal itu pada Mas Anton Pa, tapi dianya bilang nanti saja jika seluruh perusahaannya benar-benar udah berjalan lancar dan dapat di handel oleh orang-orang kepercayaannya,” tutur Angel mengarang alasan, padahal selama menikah tak sekalipun mereka pernah bicara mengenai hal itu, apalagi mengarah untuk fokus pada keturunan mereka.“Kalau begitu nanti Papa yang akan bicara padanya m
“Maksud kedatangannya ke kota ini menemui sahabatnya itu untuk mencari pekerjaan, tapi setelah aku tanya dia jawab hanya tamatan SMA. Aku tentu saja belum bisa memperkerjakannya di kantor sebagai karyawan,” tutur Angel.“Loh, kamu kan bisa memperkerjakan dia sebagai office boy di kantormu?” ujar Pak Jonan.“Masalahnya di kantor udah ada beberapa orang office boy, Pa. Makanya aku bingung harus menempatkannya di mana jika bekerja dikantor, untuk sementara aku pekerjakan saja di rumah ini sebagai pengurus taman. Toh dia nggak menolak malahan nggak mau digaji lagi,” tutur Angel.“Loh kok bisa gitu? Jadi kamu turuti saja apa katanya itu nggak digaji, sementara mengurus taman dan membersihkan perkarangan rumah seluas ini bukanlah pekerjaan yang gampang. Pekerjaan itu menguras keringat dan lebih berat dibandingkan bekerja sebagai office boy di kantormu,” ujar Bu Via.“Ya nggaklah, Ma. Walaupun Roy nggak mau digaji seperti yang lain setiap bulannya, tapi aku selalu memberikannya uang jajan se
“Iya Pak, itu baru aku sadari saat aku telah terlanjur datang ke kota ini. Beruntung Tante Angel mau menerimaku bekerja di rumah ini, kalau tidak aku nggak tahu harus ke mana setelah aku diberikan alamat yang tidak sebenarnya oleh sahabatku,” tutur Roy dengan raut wajah sedihnya, saat mengingat teganya Ronal memperlakukan dia seperti itu.“Kamu yang sabar ya, Roy. Kami tahu semua yang kamu alami itu, Angel telah menceritakan semuanya kepada kami. Terima kasih, kamu telah bersedia bekerja di rumah putriku ini meskipun pekerjaan itu tak seperti yang kamu harapkan,” ucap Bu Via.“Iya sama-sama, Bu. Aku justru yang berterima kasih, karena Tante Angel telah menerimaku bekerja di rumah ini. Kalau tidak aku nggak tahu bagaimana nasibku di kota ini, yang memang tak memiliki saudara selain sahabatku itu.”“Semua itu pasti ada hikmahnya, Roy. Kamu harus tetap sabar dan bekerja sesuai dengan keahlian yang kamu miliki,” tutur Bu Via.“Iya Bu, terima kasih untuk saran-sarannya,” ucap Roy.“Angel,
“Nah, itu jugalah yang menjadi pikiranku. Apakah nanti Om Anton bisa menerimaku bekerja di rumah ini? Sementara aku yakin hingga sekarang dia nggak tahu akan aku yang dipekerjakan Tante untuk mengurus taman di sini,” tutur Roy.“Kalau soal itu Mas Roy nggak usah kuatir, Nyonya saat ini nggak pernah mau lagi dengan segala aturannya. Pasti Mas Roy akan Nyonya bela jika Tuan Anton nggak setuju akan Mas dipekerjakan Nyonya di rumah ini,” ujar Bi Surti.“Tapi itu pasti akan mengundang keributan dan pertengkaran diantara mereka Bi, aku jelas aja nggak inginkan hal itu terjadi. Kasihan Tante yang sering ditinggal, begitu Om Anton pulang malah bertengkar,” tutur Roy merasa kuatir dan tak ingin semua itu terjadi nantinya.“Kalaupun Mas Roy nggak ada di rumah ini, mereka emang kerap ribut karena Tuan Anton memang egois dan banyak sekali aturannya. Sekali dua kali Nyonya berusaha untuk sabar, jika kesabaran itu nggak bisa lagi ia tahan maka keributan akan terjadi,” Bi Surti menjelaskan akan kebi
“Biasanya kamu sibuk saat akhir bulan, inikan baru minggu kedua itupun kamu nggak pernah Oma lihat seperti ini duduk sendirian sambil bermenung. Ayolah Viola cerita aja sama Oma apa yang sedang kamu pikirkan?” Oma yang tahu persis akan sikap cucunya itu tentu saja tak percaya dan curiga ada sesuatu yang tengah terjadi di diri Viola.“Mas Roy resign dari kantor dan sekarang pergi tinggalkan pulau ini,” Viola akhirnya jujur karena ia merasa takan bisa sembunyikan tentang yang ia lamunankan saat itu.“Roy resign dan pergi? Kapan itu dan ia pergi ke mana?” tanya Oma kaget.“Sehari sesudah aku memarahinya, aku juga nggak tahu apakah dia pulang ke desanya atau kembali ke Jakarta.” Jawab Viola.“Wah, kok sampai separah ini akibatnya hingga dia resign dan pergi.” Oma tak menyangka.“Aku juga nggak menyangka Oma, barang kali benar dugaanku dan juga Puspa jika dia nggak benar-benar mencintaiku.” Ulas Viola dan terdengar dia menarik napas dalam-dalam.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan begi
Sore itu sepulang dari kantor, Roy yang telah mandi dan mengganti pakaiannya langsung menuju perkarangan belakang di mana di sana terdapat kolam renang. Roy duduk di kursi yang di depannya sebuah meja berbentuk bulat dan beratap ayaman serap kayu hingga saat tengah hari pun duduk di sana akan tetap terasa sejuik.Setelah menyeruput kopi hangat yang tadi dibuatkan Bi Surti, Roy pun menyulut sebatang rokok dan menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke atas. Melihat dari sikapnya itu agaknya ada sesuatu yang tengah mengganjal pikirannya, tatapannya begitu kosong mengarah ke tengah-tengah kolam.“Nggak terasa udah 1 minggu lebih aku berada di sini dan bekerja sebagai supir merangkap asisten pribadi Tante Angel,” gumamnya dalam hati, lalu ia meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja bulat di dekat gelas berisi kopi itu.“Pesan WA ku dia baca tapi nggak direspon sama sekali, agaknya memang Viola benar-benar marah bahkan mungkin juga benci sama aku. Ada baiknya aku ganti kartu aja agar ak
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka
Sekitar jam 5 sore Angel yang telah pulang dari kantor perusahaannya tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya di halaman ia pun seperti biasanya masuk ke dalam rumah lalu menuju kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.Dengan santai dan tak memiliki firasat apa-apa ia ke luar dari kamarnya turun ke lantai bawah dan duduk di ruang tengah, tak beberapa lama terdengar ia memanggil salah seorang pembantunya.“Bi Surti..!”“Iya Nyonya,” sahut sosok yang dipanggil dari ruangan belakang, dan tak lama ia pun tiba di ruangan di mana Angel duduk.“Nyonya mau dibuatkan teh hangat?” tanya Bi Surti yang memang hampir setiap majikannya itu pulang dari kantor lalu duduk santai di ruangan tengah itu minta dibuatkan teh hangat.“Nggak Bi, karena cuacanya sejak dari kantor tadi dan setelah mandi aku masih merasa gerah. Aku mau Bi Surti buatkan jus alpukat aja, alpukatnya masih ada di kulkas kan Bi?” jawab Angel sembari balik bertanya.“Ada Nyonya, sebentar saya buatkan,” ulas Bi Sur
Pagi itu gerimis turun mengembuni Pulau Bali, Roy yang telah bersiap berangkat ke bandara nampak ke luar dari kamar yang disediakan pihak hotel. Setiba di lobi Roy pun terkejut, ternyata di sana Ardi telah menunggunya berikut mobilnya yang telah ia parkir di depan.“Berangkat sekarang Roy?” sapa Ardi sembari bertanya.“Iya Bang,” jawab Roy yang masih terkejut karena tak menyangka Ardi menunggunya di sana.“Ya udah kalau begitu yuk kita berangkat sekarang,” ajak Ardi.“Loh, kenapa Bang Ardi pakai repot-repot ngantarku ke bandara segala. Aku kan bisa ke sana dengan taksi,” ujar Roy merasa sungkan.“Sejak tahu kamu akan kembali ke Jakarta kemarin, aku emang udah berniat mengantarmu ke bandara.” Ulas Ardi diiringi senyum ramahnya.“Wah, jadi nggak enak udah disediakan kamar dan nggak boleh disewa Bang Ardi juga akan mengantarku segala ke bandara.” ujar Roy makin sungkan.“Hemmm, aku bukan hanya menganggapmu sahabat tapi udah seperti saudara sendiri. Ayo kita berangkat sekarang nanti ketin
Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe
Seperti biasa pagi hari Roy yang telah mandi dan rapi bersiap pergi ke kantor, akan tetapi ada yang berbeda dari penampilannya kali ini, biasanya mengenakan pakaian kerja berupa seragam tertera logo dan nama perusahaan pariwisata milik Viola itu namun pakaian yang ia pakai sekarang pakaian biasa mengenakan baju kemeja dan celana jeans.Bukan hanya itu saja kejanggalannya, biasanya ia pergi ke kantor ke luar dari tempat kediaman tanpa membawa apa-apa selain kunci kontak mobil operasional yang ia gunakan untuk mengantar jemput para turis, saat ini terlihat ia ke luar dari tempat kediamannya menggandeng koper scooter.Koper scooter itu ternyata hanya ia keluarkan dari dalam rumah dan menaruhnya di teras, lalu ia tinggalkan menuju kantor perusahaan tempat ia bekerja dengan hanya berjalan kaki karena memang dari tempat kediamannya itu jarak kantor hanya 200 meter saja.Mulai dari satpam hingga para karyawan kantor yang berada di ruangan terkejut melihat penampilan Roy yang tak seperti bias