Dini hari, seluruh penduduk desa mempersiapkan diri masing-masing dengan perbekalan lebih dari cukup untuk bertahan saat dalam perjalanan menuju Prefektur Ci. Beberapa orang tua duduk di atas gerobak dan seorang pria muda akan menarik gerobak tersebut, bergabung bersama gerombolan lainnya. Tiga minggu. Selama waktu tersebut, Alice membersihkan desa-desa di sekitar dari energi jahat walau energi jahat itu tidak bisa hilang seratus persen. Misi pertamanya adalah membongkar rahasia maraknya energi jahat Desa Xu, membereskan masalah tersebut kemudian membuat orang-orang yang terlibat dalam dosa menerima hukuman setimpal. Tak lupa, dia juga membiarkan Yue Moran terlibat ke pertarungan kecil sesuai permintaan Sistem.Desa-desa yang awalnya mengimani kitab baru, seketika beralih kembali ke salinan kitab lama. Perlahan namun pasti, kasus penculikan mulai mereda dan status Alice semakin naik di mata orang-orang. Alice pergi lebih dulu ke Prefektur Ci, bergegas mengawasi berbagai sudut yang
"Jangan menjauh dariku!" Langkah kaki terburu-buru sang perempuan di atas tapakan anak tangga seketika berhenti. Paras cantiknya berbalik untuk sesaat, hanya sekilas saja karena Alice bergegas kembali menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar pribadinya di penginapan. Menguncinya lalu memanggil Leon. "Leon, keluar! Aku ingin bertanya tentang sesuatu padamu!" Titah Alice menahan gelisah. Setelah dua hari berlalu dengan melelahkan, dia akhirnya mulai menemukan titik terang! Kucing hitam berbulu muncul dari balik meja. Melompat keluar dari celah portal ajaib. Sepasang mata bundar biru terlihat antusias karena kucing tersebut bisa mengetahui beberapa pikiran di kepala kontraktornya saat ini. Ia bertanya gembira, "Nona berhasil membuka plot tersembunyi. Bonus poin sedang dimasukkan ke dalam rekening tabungan, selamat Nona!" Berbeda dari kebahagiaan Leon. Si gadis justru tampak lebih serius dan sedikit murung karena beberapa alasan, bukannya dia kecewa, hanya saja, 'clue' yang dia tem
Matahari bersinar redup dari arah ufuk timur. Suara ricuh keramaian sudah berdengung di pusat kota Prefektur Ci semenjak subuh tadi. Orang-orang dari berbagai desa di sekitar area Lembah Gunung berkumpul seperti kerumunan semut berebut makanan. Su Mian dan Su Dai juga ada di antara gerombolan lautan manusia. Alice berdiri stabil, bertumpu pada bilah pedang tipis tak tergoyahkan. Hari-hari menjelang upacara doa di Kuil Agung, dia bertindak tenang tanpa gerakan agresif. Ia sengaja menjadi jinak untuk melihat pergerakan apa yang akan diambil oleh Gubernur Prefektur Ci ketika seorang musuh menerobos masuk ke wilayahnya.Namun, siapa sangka bahwa pria itu sungguh tidak melakukan serangan sama sekali. Ketika orang-orang desa yang diselamatkan dari energi jahat mulai berbagi informasi tentang perubahan buruk pada kitab baru mereka. Masyarakat asli kota Prefektur Ci tidak percaya dan berpikir itu hanya omong kosong belaka. Tentu saja penduduk kota tidak akan mudah percaya rumor tersebut,
Kerumunan orang-orang yang terlihat bagaikan lautan, membelah sendirinya dengan menakjubkan ketika kata 'Immortal' keluar terdengar oleh telinga setiap orang. Status Immortal hampir setara seperti esensi Dewa bagi para manusia, sehingga mereka segera menundukkan kepala sopan. Imam Agung bernafas lega karena keributan bisa berhasil mereda dalam waktu singkat. Ia menundukkan kepala sopan, mengikuti tindakan penduduk lain. Sensasi hangat energi spiritual dapat dia rasakan di sekitar lingkungan Kuil Agung. Harum wangi bunga menyebar dengan semerbak ke seluruh tempat. "Saya memberi salam kepada Nona Immortal," sapa Imam Agung secara sopan. Tetap menundukkan pandangan ketika kembali berdiri tegak. Alice berkata santai, "Ya. Tidak perlu sungkan. Aku datang ke sini karena suatu hal penting. Penduduk yang aku bantu pasti sudah menyebarkan informasi tentang hal ini." Bisikan lemah dari keramaian kian ricuh. Masyarakat terbelah ke dua bagian. Kelompok pertama sangat percaya bahwa Kitab Suci
Untaian surai hitam pajangnya teracak-acak, Alice menutup mata sejenak ketika tengah menyibak rambut ke belakang karena frustasi. Sepertinya mempercepat jalannya misi hanyalah ilusi mimpi yang terekspetasi. Gadis itu berkata serius dengan tatapan mata tajam, "Karena kau tahu identitasku, tidakkah kau ingin menunjukkan rasa hormat kepada seorang Dewi?" Imam Agung setengah berlutut ke lantai, meluruskan punggung ke bawah dengan tangan kanan terkepal ke dada kiri. "Hamba memberi salam kepada keturunan murni Dewi Bunga." Suara lembutnya diselimuti rasa hormat yang tinggi dan kepatuhan mutlak. Alice pun merasakan perasaan halus tersebut. Imam Agung tidak berusaha melawan sama sekali. Misi pertamanya saat ini sudah setengah jalan, dia perlu beberapa bukti untuk membuktikan Gubernur bersalah ke hadapan semua orang, lalu menutup misi dan menerima bonus poin berlimpah. Atau ambil cara lain untuk lekas pergi dari sini dengan cara menuntaskan rasa suka Yue Moran yang terlalu mudah pasang suru
"Yang Mulia Permaisuri, lihat di sana! Bukankah itu Kaisar? Beliau sedang berciuman dengan seorang perempuan!" Madam Deborah berseru terkejut saat menangkap dua siluet di antara hamparan bunga taman istana. Perempuan yang di panggil Permaisuri sontak menoleh pada lokasi yang ditunjuk oleh Madam. Surai emas panjangnya sedikit berkibar terkena hembusan angin ketika iris birunya melebar dan bergetar tak percaya. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Alice memandang punggung laki-laki yang terlihat sangat familier baginya. Dia tidak mungkin salah menebak, punggung itu adalah punggung suaminya. Sesuatu terlintas dalam pikirannya, yakni tentang rumor yang belum lama ini beredar di Istana. Rumor tersebut berisi informasi mengenai perselingkuhan, namun tidak jelas siapa yang dirumorkan berselingkuh, sebab pelayan yang menyebarkan informasi telah mati lebih dulu dengan kondisi mengenaskan sebelum informasi bocor lebih banyak. "Permaisuri," panggilan pelan Madam Deborah kembali menarik per
Pusing luar biasa sakit menghantam keras kepala Alice. Perempuan itu berusaha bangun tapi gagal pada percobaan pertama, setelah beberapa kali berusaha bangun, dia akhirnya bisa duduk dengan stabil. Iris birunya melihat sekeliling, tempat asing macam apa ini? Hanya ada warna monokrom yang dipenuhi dengan angka-angka aneh berwarna hitam.Alice tidak bisa membaca tulisan tersebut karena pergerakannya yang terlalu cepat. Apakah ini surga? Mengapa sangat berbeda dari gambaran yang ada di kitab suci?Saat dia tengah sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, sebuah suara yang sempat Alice dengar sebelum mati, kini terdengar kembali olehnya."Apa kau ingin balas dendam? Aku bisa membantumu kembali bangkit dan membunuh orang-orang yang telah berkhianat kepadamu. Tapi ada syarat yang harus dipenuhi.""Apa? Siapa di sana! Keluar!" Teriak Alice sembari beringsut mundur pada ruangan tanpa sudut itu. Namun perempuan bersurai emas tersebut merasakan sesuatu yang aneh, bukankah kakinya jelas-jelas lu
Seorang perempuan berhanfu merah muda terus meracau dan menangis sejak tadi di dekat ranjang tempat di mana anak gadisnya terbaring tak sadarkan diri, "Zui'er, kesayangan Ibu ... bangun sayang ... bangun ...""Istriku," panggil pria berhanfu putih dari pintu masuk kamar. Ekspresi wajahnya lelah dan kuyu, tapi dia tidak bisa menangis karena harus tetap rasional untuk menenangkan istrinya yang kacau. Dewa Petir memeluk istrinya, sang Dewi Bunga, berkata sedih, "Chang Zui tidak bisa di selamatkan, biarkan putri kita terlahir kembali dengan tenang istriku ...""Diam!" Dewi Bunga berteriak marah, "Putriku akan terus hidup! Putriku hanya tidur! Dia tidak akan mati ... dia tidak akan mati ..." Jemarinya menyentuh wajah sang putri yang masih terasa hangat, "Dia hanya tidur, dia hanya tidur suamiku ..."Alice langsung kesakitan dan mengutuk pelan karena sesampainya di dimensi misi pertama, seluruh tubuhnya terasa lumpuh. Rasa sakit ini bahkan lebih buruk dari kehidupan pertamanya, apalagi suar