Share

#2. Kontrak dan Misi untuk Terlahir Kembali

Pusing luar biasa sakit menghantam keras kepala Alice. Perempuan itu berusaha bangun tapi gagal pada percobaan pertama, setelah beberapa kali berusaha bangun, dia akhirnya bisa duduk dengan stabil. Iris birunya melihat sekeliling, tempat asing macam apa ini? Hanya ada warna monokrom yang dipenuhi dengan angka-angka aneh berwarna hitam.

Alice tidak bisa membaca tulisan tersebut karena pergerakannya yang terlalu cepat. Apakah ini surga? Mengapa sangat berbeda dari gambaran yang ada di kitab suci?

Saat dia tengah sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, sebuah suara yang sempat Alice dengar sebelum mati, kini terdengar kembali olehnya.

"Apa kau ingin balas dendam? Aku bisa membantumu kembali bangkit dan membunuh orang-orang yang telah berkhianat kepadamu. Tapi ada syarat yang harus dipenuhi."

"Apa? Siapa di sana! Keluar!" Teriak Alice sembari beringsut mundur pada ruangan tanpa sudut itu. Namun perempuan bersurai emas tersebut merasakan sesuatu yang aneh, bukankah kakinya jelas-jelas lumpuh ...

Bola mata Alice terbelalak terkejut saat kakinya bisa digerakkan dengan bebas.

Layar monitor raksasa tiba-tiba muncul di depan Alice, berkata lebih dulu sebelum Alice sempat bertanya keajaiban macam apa yang ada di sini, "Kamu hanyalah arwah yang berwujud, ragamu sudah mati. Jadi segala penyakit yang ada padamu sebelumnya, akan tertinggal di dalam raga. Karena aku sudah menjelaskan hal yang membuatmu bingung, sekarang berikan aku jawaban atas tawaranku tadi. Waktumu dan waktuku tidak banyak."

Monitor tersebut berubah wujud menjadi seekor kucing berbulu hitam, iris birunya sangat mirip dengan Alice. Kucing itu berjalan mendekati Alice dan duduk di dekat kakinya. Menunggu jawaban.

Alice terdiam beberapa saat, kedua tangannya terkepal. Tentu saja dia harus balas dendam! Tapi apakah kucing ini serius ingin membantunya? Kehadirannya sejak awal terlalu mencurigakan. Namun, apa pun hasil akhirnya, jika hal itu bisa membuatnya kembali hidup untuk membunuh Alan dan Malia, maka Alice akan mempertaruhkan segalanya!

Dengan tatapan teguh tak tergoyahkan, Alice mengangguk mantap, "Aku mau. Apa syarat yang harus aku penuhi untuk bisa bangkit kembali?"

"Mudah, selesaikan misi yang di berikan untukmu."

"Jelaskan misi-misi yang harus aku selesaikan, agar aku dapat memahaminya dan mempermudah segalanya saat bertugas."

Kucing hitam mengibaskan ekor lalu melompat naik ke tubuh Alice yang langsung dipeluk dengan sigap oleh perempuan tersebut. Kucing hitam itu menggigit leher Alice, tak berselang lama sebuah tato kecil berbentuk aneh muncul, "Pertama-tama, kita harus menjalin kontrak sebelum aku menjelaskan. Dengan adanya kontrak ini, hidupku dan hidupmu akan tersambung. Jika kamu mati, maka aku juga akan ikut musnah dari alam semesta ini. Jadi jangan khawatir tentang aku berkhianat."

Alice refleks menyentuh bekas gigitan si kucing hitam, sedikit sakit tapi tidak masalah. Ia mengangguk paham, "Oke, aku--uh!" Berbagai macam penjelasan tentang misi secara tiba-tiba memasuki kepalanya. Pukulan internal tersebut membuat dia kewalahan dan berakhir pusing, "Ini ... ini penjelasan tentang misi-misinya?"

"Benar, secara garis besar, tugasmu adalah membantu para pahlawan dari berbagai dimensi untuk menjaga dimensi mereka tetap aman dan tidak tertelan oleh Dewa Jahat. Semakin banyak dimensi hancur, maka semakin kuat Dewa Jahat, sebab energi di setiap dimensi adalah sumber makanan bagi Dewa Jahat."

"Aku mengerti," jawab Alice, dia menggendong kucing hitam kemudian berdiri, "Haruskah aku memberimu nama? Untuk memudahkan kita saat menjalin hubungan kontrak ini, bagaimana pun juga kita sekarang adalah satu tim."

Kucing hitam menundukkan kepalanya dengan sopan, berujar hormat, "Nona bisa menentukan nama untukku."

"Leon? Setuju? Wajahmu bulat dan terlihat lucu seperti putra bungsuku saat masih bayi," ujar Alice sambil tersenyum kecil saat mengingat betapa bahagianya dia waktu Leon lahir.

Kucing hitam yang sekarang bernama Leon itu seketika mengeluarkan cakar tajamnya, "Aku benci di bilang imut, Nona."

"Eh?" Tertawa canggung, Alice langsung meminta maaf. Untuk saat ini, Leon adalah big boss di sini dan dia hanyalah junior baru yang tidak berpengalaman. Jadi alangkah baiknya jika dia berusaha akrab dan menjaga perasaan Leon.

Leon melompat turun, berjalan ke depan beberapa langkah. Lonceng di lehernya berbunyi nyaring, cakarnya bergerak mencakar udara dan bekas cakaran tersebut benar-benar membekas di udara. Cakaran di sana mulai retak dan hancur sampai sebuah portal yang memperlihatkan galaksi bima sakti muncul.

"Galaksi Bima Sakti? Aku sungguh bisa melihatnya secara langsung," Alice berdecak kagum. Selama masih muda, dia sering meneliti tentang lingkungan diluar lingkup manusia, yakni Galaksi Bima Sakti yang hanya di jelaskan secara singkat dalam buku sejarah Pemilik Menara Sihir terdahulu.

"Benar, ini adalah Galaksi Bima Sakti. Pusat yang mengendalikan berbagai dimensi di sekitarnya. Sekarang kita harus menjalankan misi pertama kita, Nona."

"Langsung?!" Berseru terkejut, Alice kembali melanjutnya karena panik, "Bukankah ini terlalu cepat? Aku baru saja datang ke sini, harusnya ada pelatihan 'kan? Bagaimana kalau aku melakukan kesalahan dan misinya gagal?"

Leon hanya menjilati cakarnya, "Jika gagal ya sudah, gagal saja. Lalu kita mati bersama," sahutnya santai.

"Apa kau benar-benar seorang pemandu? Semangat hidupmu bahkan sangat minim, aku takut jika aku dalam bahaya saat menjalankan misi, kamu hanya akan diam saja dan melihatku mati ..."

"Aku hanya bercanda, Nona."

Tidak lucu. Alice mulai sedikit kesal.

Leon menjelaskan pelan-pelan tentang misi pertama mereka berdua sebagai tim, "Kita akan memasuki dimensi yang memiliki fondasi Enam Alam. Dimensi ini adalah dimensi terkuat, dan pahlawan dunia yang diramalkan sedang mengalami berbagai penderitaan. Tugas kita hanya menjaga semangatnya untuk tetap hidup. Karena jika dia mati, Dewa Jahat akan langsung menelan dimensi tersebut."

"Hanya itu?" Tanya Alice untuk memastikan.

"Benar hanya itu. Di misi terakhir nanti, kita juga akan bertemu dengan pahlawan ini lagi dan membantunya menata ulang dimensi tersebut."

Alice akhirnya berjalan mendekat ke Leon, berdiri tepat di depan portal teleportasi yang terhubung ke semua dimensi dalam Galaksi Bima Sakti. Akan tetapi ada satu hal yang membuat dia bingung, dan akhirnya bertanya lagi sebelum benar-benar berangkat, "Leon, kenapa Dewa Jahat harus menunggu pahlawan dimensi mati dulu baru kemudian menelan dimensinya? Bukannya dia kuat?"

"Aturan, Nona. Meski Dewa Jahat kuat, dia memiliki batasan yang tidak bisa dilewati. Dewa Jahat tidak bisa menelan dimensi ketika pahlawan dimensi atau lebih tepatnya, poros dimensi masih hidup. Pahlawan dimensi adalah poros dimensi, segala hal di dimensi tersebut berputar di sekeliling Pahlawan Dimensi, jadi ketika porosnya hilang, maka dimensi tidak akan berjalan dengan baik dan akan ada kehancuran yang merajalela. Pada saat-saat seperti inilah, Dewa Jahat akan keluar kemudian menelan dimensi tersebut."

Bulu kuduk Alice meremang. Ia membayangkan betapa jahat dan rakus Dewa Jahat. Menelan dimensi? Seberapa besar Dewa Jahat? Sangat menyeramkan. Alice mangut-mangut, lalu menjawab, "Dilihat dari tindakannya yang brutal karena menelan dimensi, sepertinya dia ingin ..." Alice menunduk untuk melihat Leon yang juga menatapnya.

Kucing hitam itu mengangguk, "Benar, dia ingin menelan seluruh dimensi kecil dan besar, kemudian menjadi penguasa Galaksi Bima Sakti. Menciptakan dunia dan makhluk yang dia kehendaki, mematikan kebaikan, dan membangkitkan kejahatan." Mata sipitnya yang tajam melirik portal, "Pintu dimensi sudah terbuka, mari, Nona."

"Baik, aku siap!"

"Karena kamu memiliki dua orang putra, maka misi ini akan berjalan lebih mudah bagimu yang seorang Ibu."

Membahas tentang putranya, Alice merindukan Reinhart dan Leon, kedua putranya. Ia tersenyum, "Aku akan berusaha sebaik mungkin."

"Bersiap, kau akan memasuki salah satu tubuh putri pasangan Dewa-Dewi. Dia mengalami pukulan dalam kultivasi dan harusnya mati, cangkang itu akan menjadi milikmu. Dan namamu sekarang adalah Chang Zui."

Cahaya putih kekuningan bersinar terang dari pintu portal teleportasi. Luapan sinar yang semakin membesar mulai menutupi Leon dan Alice sedikit demi sedikit sampai keduanya akhirnya tertelan oleh sinar tersebut dan menghilang bersamaan dengan kilauan yang mulai mereda.

***

"Chang Zui! Sayangku, bangun ... tolong bangun ... jangan tinggalkan Ibumu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status