Seorang perempuan berhanfu merah muda terus meracau dan menangis sejak tadi di dekat ranjang tempat di mana anak gadisnya terbaring tak sadarkan diri, "Zui'er, kesayangan Ibu ... bangun sayang ... bangun ..."
"Istriku," panggil pria berhanfu putih dari pintu masuk kamar. Ekspresi wajahnya lelah dan kuyu, tapi dia tidak bisa menangis karena harus tetap rasional untuk menenangkan istrinya yang kacau. Dewa Petir memeluk istrinya, sang Dewi Bunga, berkata sedih, "Chang Zui tidak bisa di selamatkan, biarkan putri kita terlahir kembali dengan tenang istriku ..."
"Diam!" Dewi Bunga berteriak marah, "Putriku akan terus hidup! Putriku hanya tidur! Dia tidak akan mati ... dia tidak akan mati ..." Jemarinya menyentuh wajah sang putri yang masih terasa hangat, "Dia hanya tidur, dia hanya tidur suamiku ..."
Alice langsung kesakitan dan mengutuk pelan karena sesampainya di dimensi misi pertama, seluruh tubuhnya terasa lumpuh. Rasa sakit ini bahkan lebih buruk dari kehidupan pertamanya, apalagi suara berisik yang dia dengar di sekitar. Tidakkah mereka tahu kalau orang sakit butuh ruangan yang tenang?!
Leon muncul dan duduk di sisi kiri Alice, "Nona, kita mulai misinya. Pahlawan dunia akan diseret kemari karena dituduh sebagai penyebab tubuh asli mati. Nona harus menjaganya dari hukuman, dua orang yang sedang ribut adalah Dewi Bunga dan Dewa Petir. Orang tuamu saat ini."
Alice akhirnya membuka kelopak matanya yang berat, tenggorokannya terasa kering dan sakit saat dia bersusah payah untuk memanggil, "I-ibu ..."
"Chang Zui!" Dewi Bunga berteriak bahagia dan menatap tak percaya pada putrinya yang benar-benar membuka mata. Perempuan tersebut segera mendekati ranjang, memeluk putrinya, menyalurkan energi spiritual sebanyak-banyaknya untuk sang putri.
Alice merasakan fluktuasi ketika energi spiritual Dewi Bunga mulai memasuki tubuhnya. Beberapa titik yang terasa sakit mulai mereda dan agak mendingan, "Ibu," panggilnya lagi. Ingatan tubuh asli saat ini sedang masuk ke dalam memorinya secara bertahap.
Dewa Petir berhenti memarahi anak kecil bermata merah yang tengah berlutut dengan banyak bekas luka. Ia ikut berlari mendekati putrinya, manatap penuh kerinduan pada sang anak, "Zui'er, putri Ayah ..."
Leon berkata mengingatkan, sosoknya hanya bisa dilihat oleh Alice seorang, "Pahlawan dimensi ada di sana, lihatlah Nona."
Alice menurut, dia menoleh ke area pintu masuk kamar. Di sana ada seorang anak kecil laki-laki yang diikat dengan tali berduri, tubuhnya penuh luka, surai peraknya yang panjang kotor oleh debu dan mata merahnya hanya menatap kosong ke depan. Alice mengerutkan kening, "Anak ini seperti tidak hidup, tapi juga tidak mati."
"Benar, karena itulah Nona diberi tugas. Buat Pahlawan Dimensi memiliki semangat untuk hidup agar bisa bangkit dan melindungi dimensi besar ini," jawab Leon.
Alice menyentuh lengan Dewi Bunga yang sibuk mengecek tubuhnya, dia berkata sedih, "Ibu, lepaskan dia. Ini bukan salahnya, tapi salahku sendiri yang tidak berhati-hati saat berkultivasi."
"Nak, apa yang kamu bicarakan?" Yang bertanya ialah Dewa Petir, bingung dan terkejut. Selama ini putrinya sangat membenci anak setengah Iblis tersebut, dan saat putrinya terpukul mundur, anak pembawa sial itu ada di sana. Jelas-jelas putrinya pasti telah sengaja di ganggu karena Yue Moran memiliki dendam!
"Tidak, Ayah. Aku yang salah, Zui mohon ... lepaskan dia ..."
Dewi Bunga tak bisa melihat putrinya yang menyedihkan, ia pun berbicara ketus pada sang suami, "Lepaskan dia! Ikuti kemauan putri kita!"
"Baik, Ayah lepaskan."
Alice membuat senyum keibuan selembut mungkin untuk Pahlawan Dimensi di sana. Tapi yang diberi senyuman justru menggeram marah seperti binatang buas yang waspada, eh? Kenapa responnya begitu? Apakah wajah tersenyumnya buruk?
Leon menjawab pertanyaan Alice, "Tubuh asli selalu menindas Pahlawan Dimensi. Responnya adalah hal normal. Aku pergi istirahat dulu, Nona bisa menjalankan misinya, panggil aku jika ada kondisi darurat."
"Tidak, Leon! Kembali! Pengaturan macam apa ini?! Kenapa harus tubuh seorang preman?! Kau menjebakku!"
***
Satu minggu lebih berlalu begitu saja, Alice sebelumnya terpaksa berdiam diri selama tiga hari berturut-turut di dalam kamar untuk memulihkan fisiknya yang ternyata memang nyaris lumpuh keseluruhan. Lalu di hari-hari berikutnya, dia terus mengikuti ke mana pun Yue Moran pergi secara diam-diam.
Pertama, dia ingin tahu tempat apa saja yang sering dikunjungi Yue Moran, kedua untuk mencari tahu kegiatan apa yang di sukainya, lalu terakhir untuk menghitung pada jam berapa Yue Moran memiliki waktu bermain.
"Ini sangat tidak adil untuk anak-anak ..." Alice berkata dengan desahan kecewa. Selama lima hari dia mengikuti Yue Moran, yang dia dapat hanya pemandangan buli para penduduk surga terhadap anak kecil tersebut. Seketika dia ingin membunuh mereka semua, apa kesalahan anak sepuluh tahun itu?
Jika Yue Moran bisa memilih, dia tidak akan memilih untuk dilahirkan sebagai Malaikat setengah Iblis! Alice membuang nafas panjang untuk melegakan pikiran, "Bahkan jika aku juga diberi kesempatan lagi untuk memilih, aku lebih suka menyiksa Alan dan Malia lalu membuat mereka berdua lebih ingin mati dari pada hidup!"
Leon muncul dan melayang diudara, "Nona, kondisi darurat! Pahlwan Dimensi ingin bunuh diri!" Serunya serius.
Sontak saja Alice bangun, "Sangat tiba-tiba?! Anak ini jelas-jelas depresi karena tekanan mental! Deteksi lokasinya!"
"Hutan belantara, tepatnya dibelakang Gunung Fu Ning."
Dengan satu gerakan tangan, segerombolan bunga muncul dari udara kosong dan menelan Alice hingga menghilang. Ia langsung berteleportasi ke lokasi Sungai Dao yang dijadikan Yue Moran sebagai tempat untuk bunuh diri. Nafasnya terputus-putus karena berlari kesana-kemari mencari sosok Yue Moran.
Setelah berlarian ke banyak titik, Alice berteriak frustasi, "Di mana Yue Moran?!"
Leon mengotak-atik layar monitor menggunakan cakar kucingnya. Dia mencoba mendeteksi nafas Pahlawan Dimensi, tapi tidak ada sinyal balasan, "Sepertinya dia sudah jatuh ke dalam sungai. Nafasnya tidak terdeteksi!"
"Sialan! Aku akan masuk ke dalam air!"
Leon ingin mengatakan sesuatu, tapi dia kembali diam.
Alice merasakan keanehan pada kucing tersebut, seolah kematiannya sedang di rencakan ulang. Dia melepas beberapa lapis hanfu merah mudanya, berkata ketus, "Jangan rencanakan apa pun sebelum koordinasi denganku!"
"Tentu, Nona," Leon berujar sopan seolah dia adalah makhluk suci yang tidak memiliki niat jahat. "Saat Pahlawan Dimensi mati, misi akan gagal, dan kita juga ikut mati."
"Argh! Dia tidak boleh mati! Aku harus membunuh suamiku dan jalang itu!" Gerutu Alice sembari mencelupkan satu kakinya untuk mengecek kedalaman. Ini sangat dalam, sigh! Yue Moran akan mati sungguhan dengan kedalaman sungai seperti ini!
Dengan satu kali lompatan, Alice masuk ke dalam sungai tanpa arus itu. Berenang ke bawah dan melepaskan energi spiritualnya untuk mendeteksi dan mencari energi gelap Yue Moran. Beruntung dia pernah mengikuti organisasi renang selama di Akademi. Setidaknya hal ini ternyata berguna setelah dia mati.
"Nona, aku menemukan titiknya. Nafasnya lemah, dia ada di timur. Dua meter dari posisimu saat ini."
Informasi dari Leon membuat Alice bergegas berenang dua meter ke arah timur. Energi khusus dari Sistem bermanfaat dalam membantu dia bernafas di dalam air, sehingga pergerakannya tidak terbatasi oleh apa pun.
"Tolong jangan mati, jangan mati ... kamu adalah kunci pertamaku untuk kembali hidup dan menuntaskan dendam!"
Iris hitam Alice berpendar ke segala arah, sesampainya pada titik yang ditentukan, dia mengeluarkan bola cahaya dari energi spiritual. Menyelam lebih ke dalam, kemungkinan besar Yue Mo Ran telah terjatuh semakin ke dasar. Setelah beberapa saat, Alice melihat untaian rambut perak yang berantakan dan mengambang acak.
Perasannya di penuhi suka cita, Alice buru-buru mendekati Yue Moran dan memeluk tubuh kecilnya yang dingin. Nafasnya sangat lemah nyaris terputus, "Leon, berikan dia energi untuk bernafas di air!"
"Tidak bisa, alat kita hanya satu. Jika ingin lebih maka harus membeli ke toko pusat! Poin kita masih kosong sebelum misi pertama berhasil!"
"Gila! Apa Sistem kalian ini bandit?!"
"Aturan pusat, Nona. Tidak pantas diperhitungkan jika dibandingkan dengan berkah kehidupan kembali."
Alice memutuskan kontak sepihak dan mengutuk pusat secara batin, menggunakan cara acak untuk memindahkan Energi Sistem pada Yue Moran, usaha beberapa kali membuahkan hasil, Energi Sistem berhasil berpindah pada Yue Moran. Dia buru-buru berenang ke atas, nafasnya sendiri tercekat dan hampir habis. Jika saja ini adalah sungai biasa, maka dia bisa menggunakan energi spiritual untuk menjaga nafasnya.
Sayangnya ini adalah Sungai Dao khusus. Hanya Klan Naga Agung yang bisa bernafas di sini.
Alice tersentak kaget ketika nafas Yue Moran di lehernya berhenti, "Tidak! Aku sudah memberikannya Energi Sistem untuk bernafas! Mustahil dia masih tetap mati!"
"Mengapa kau menyelamatkan aku?"Alice pikir kepala Yue Moran telah rusak hingga ke tahap paling parah. Lengan kirinya bergerak maju ingin menyeka wajah anak tersebut, tapi melihat hanfunya basah kuyup. Ia menarik mundur tangannya dengan sedih, "Nak—""Pukul saja, kenapa kau menarik tanganmu?" Yue Moran bertanya tenang.Terdiam, Alice teringat masa lalu tubuh asli yang sering menindas Pahlawan Dimensi karena memiliki mata merah khas Iblis. Tubuh asli kehilangan kakak laki-lakinya karena peperangan dengan Iblis di masa lalu, sehingga dia melimpahkan kebencian pada Yue Moran yang setengah Iblis.Anak ini ... seberapa jauh kerusakan mental dan emosinya? Dia hampir saja mati sungguhan jika nafasnya tidak kembali pada saat genting. Alice mau tak mau berkata lembut untuk menjawab, "Aku tidak ingin memukulmu, aku hanya ingin menyeka wajahmu yang basah."Gadis itu memperlihatkan lengan hanfunya, diikuti tawa renyah, "Lihat, ini basah? Jadi aku tidak bisa menyeka wajahmu.""Untuk apa menyeka w
"Apa yang terjadi? Leon ... ini ... bagaimana mungkin?" Suara Alice terbata-bata dan sedikit ketakutan. Pupil hitamnya menatap ke segala tempat untuk memastikan bahwa keduanya sungguh kembali ke masa lalu.Leon juga bingung. Cakar kucingnya mengetik sangat cepat di atas papan keyboard monitor. Ekpresi bola bulu hitam itu sedikit memburuk, "Nona, aku ada kabar baik dan kabar buruk. Mana satu yang ingin kau dengar lebih dulu?"Pikiran Alice yang linglung kembali fokus usai mendengar kalimat barusan. Mungkinkah ada kesalahan sistem lagi? Atau semacam bug dari pusat?"Beri aku kabar buruknya dulu, Leon.""Kabar buruknya, Yue Moran sepertinya terkontaminasi oleh energi dari Dewa Jahat. Alasan semangat hidupnya menurun cukup tajam karena bisikan manipulatif dari Dewa Jahat. Sejak awal perubahan ini sudah janggal, jelas-jelas Yue Moran ingin terus hidup untuk balas dendam dan mencari keadilan bagi Ibunya yang tiada.""Terkontaminasi?" Gumam gadis itu dengan ekspresi terperangah, "Kau bilang D
"Meski peristiwa ini mungkin telah terulang berkali-kali, kamu masih belum bisa menerimanya," Alice berkata lirih dari belakang. Ekspresi wajahnya tertutup topi bambu bertirai.Yue Moran sempat berpikir ketika dia kembali ke masa saat Ibunya mati, dia akan menguburkan mayatnya di belakang paviliun dengan tidak layak seperti dulu. Namun berkat Alice, dia bisa menguburkankan Ibunya di tempat yang sunyi dan damai, bahkan memiliki energi spiritual lingkungan yang cukup murni.Yakni, Alam Manusia.Lokasi yang dipilih oleh Alice sangat tenang, tempat ini nyaris tidak di jamah oleh manusia karena lokasinya yang terlalu masuk ke dalam hutan. Di berbagai tempat terdapat banyak tanaman seperti bunga, tumbuh."Aku selalu datang pada detik-detik terakhir Ibuku akan mati," sahut Yue Moran tanpa menoleh. Ia kembali melanjutkan, "Terkadang aku tidak terlalu membenci siklus reinkarnasi yang terus terjadi. Karena setidaknya, aku memiliki kesempatan untuk melihat Ibuku tersenyum dan menyentuh kepalaku."
"Kau ... apa yang kau katakan barusan? Aku pikir kepalamu mungkin hanya sedikit rusak, tapi sepertinya itu sudah rusak dengan sangat parah," seloroh Yue Moran tak percaya. Kedua mata merahnya bersinar was-was dengan sinar peringatan, menolak secara tegas. Dia bahkan tidak memiliki dendam apa pun dengan Kaisar Langit. Yue Moran hanya memiliki dendam pada Klan Malaikat Yue serta beberapa orang tertentu. Alice juga paham betul tentang hal yang saat ini pasti sedang berputar-putar menghantui kepala Yue Moran. Anak ini ingin balas dendam tapi semangatnya sama sekali tidak matang, usahanya juga sangat minim, hanya tahu cara melarikan diri lalu menyerah pada hidup. Alice harus keras ke depannya, atau Dimensi ini benar-benar akan hancur karena Pahlawan Dimensinya terlalu lemah serta plin-plan. Mau tak mau gadis itu berlutut, tindakan yang sebenarnya sangat di larang baginya yang memiliki status Dewi sekaligus Putri Mahkota Langit. Namun Alice ingin menunjukkan ketulusannya sebanyak mungkin
Bola api berwarna hitam melayang bebas ke udara, sepasang mata ungu yang berkobar sedikit meredup. Bola itu berhenti di depan Huang Di Chen, berkata dengan nada bersungut-sungut karena kesal, "Kali ini tumbalkan Chang Zui. Putri dari Dewa Petir dan Dewi Bunga." Di Chen sontak mengerutkan kening. Dia barusan tidak salah dengar, 'kan? Ia menutup matanya sejenak, baru kemudian membalas usai pikirannya mulai tenang, "Jangan bercanda. Kekuasaan Dewi Bunga mempengaruhi seluruh tumbuhan di Enam Alam, dan Dewa Petir adalah penguasa tertinggi tepat setelah aku. Andai aku menyinggung keduanya, Alam Surga akan terpecah." "Aku akan mengurus sisanya, cukup bunuh dia untukku. Karena dia akan menjadi penghalang terbesar bagi rencanamu yang susah payah kau susun selama ini. Dia akan membunuhmu jika kau tidak membunuhnya lebih dulu." *** Alice berhasil sampai ke pemukiman warga yang berlokasi di bawah gunung terdekat dari lokasi hutan yang dia datangi sebelumnya. Ia menyimpan topi bambunya ke ruan
Kepala Desa berlarian kecil ke pintu masuk Balai Doa dengan tergesa-gesa. Wajah paruh bayanya yang sudah keriput sebagian tampak ceria, dia berkata sopan pada Alice, "Nona Immortal, anda datang. Mari masuk! Doa akan segera di mulai!" Alice mengangguk sebagai tanda persetujuan. Berusaha untuk mengacuhkan hiruk-pikuk dari hantu serta Iblis yang bergentanyangan ke sana ke mari seperti mainan rusak. Ia melihat sekaligus memindai wajah para penduduk satu-persatu. Berharap dia bisa menemukan sesuatu. Namun semua penduduk desa memiliki energi kehidupan yang murni dan tidak terkontaminasi. Jika seorang manusia telah bermain-main dengan Iblis dan Hantu, aura kehidupannya akan meredup kemudian berakhir terkontaminasi lalu meninggal dunia. "Nona Immortal?" Kepala Desa memanggil dari samping meja persembahan. "Apakah ada yang salah? Anda merasa tidak nyaman? Tolong katakan saja pada saya!" Melambaikan tangannya seraya tersenyum, Alice menjawab ramah, "Tidak, Kepala Desa. Aku hanya ingin meliha
Suara teriakan, tawa gila, lalu tangisan. Segala jenis raungan yang mengandung berbagai emosi telah mengalun sebagai pengiring seiring Ritual Doa terus berlangsung. Para penduduk masih tidak terganggu dan tetap berdoa khusyu. Berbeda dari Alice yang saat ini entah sudah keberapa kali dia bekerut kening. Kitab yang dia baca hampir sampai pada lembaran terakhir. Anehnya, semakin dia mendekat dengan lembaran terakhir, raungan dan geraman buas serta cekikikan hantu justru bergema kian ramai. Memenuhi Balai Doa dengan suara berisik mereka. Alice sudah menemukan jawaban dari keragu-raguan di hati. Ia berhenti membaca doa, menutup kitab kemudian membakarnya dengan api. Sontak saja, para Hantu dan Iblis yang semula tampak jinak, kini berubah menggila berusaha menyerbu ke arahnya. "Kitab dan patung di sini, semuanya sudah tercemar sangat parah," tuturnya rendah. Su Mian bertanya bingung, "Nona Immortal? Kenapa anda berhenti membaca doa? Ritual Doa belum selesai!" Ada pantangan untuk tidak
[ Sistem : Ding! Darurat! Sangat darurat! Ayah Pahlawan Dimensi hampir kehilangan nyawa! Hampir kehilangan nyawa! Misi Utama ; Menyelamatkan Ayah Pahlawan Dimensi dari kematian! Rincian Tugas ; Obati Ayah Pahlawan Dimensi yang terluka, pertemukan Ayah Pahlawan Dimensi dengan Pahlawan Dimensi. Buat keduanya akur! Bonus Misi ; Rasa suka lima puluh persen untuk Pahlawan Dimensi! ] Alice berteleportasi ke lokasi yang ditunjukkan oleh peta sistem. Dirinya berakhir di sebuah jurang gelap nan curam seolah tak memiliki dasar. Kabut serta awan hitam menutupi sebagian jurang, dia sama sekali tidak bisa melihat apa pun! "Leon, pastikan tabirmu cukup kuat untuk memblokir aura Dewiku agar tidak menyebar kemana-mana!" Leon datang, berputar-putar di udara dengan membawa monitor merah pertanda bahaya, dia menjawab yakin, "Serahkan padaku, Nona. Tugas ini harus anda lakukan sendiri karena bonus yang pusat berikan juga tinggi." "Aku tahu! Aku akan pergi!" Alice akhirnya melepas kekuatan yang semp