Share

Bab 2

Di kala David masih bertanya-tanya apakah sesuatu yang disebut Sistem Kekayaan ini benar adanya, pintu klinik tempat dia beristirahat terbuka dan masuklah seorang wanita berusia 30-an dengan jubah putih yang biasa dikenakan oleh dokter.

Dokter ini bernama Joanna, usianya 32 tahun dan sudah menikah beberapa tahun, tapi masih belum punya anak. Suaminya adalah pemilik perusahaan kecil. Namun, ada kabar angin yang mengatakan bahwa hubungan suami istri ini kurang baik dan sedang meributkan urusan perceraian. Rumor yang beredar di kampus mengatakan bahwa sang suami meminta Joanna menemaninya menjamu seorang tamu untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan besar. Gelas Joanna ditaburi obat agar dia mau menemani sang klien semalam. Untungnya, Joanna mengetahui rencana tersebut dan langsung melarikan diri ke kampus. Sejak saat itu, Joanna terus tinggal di kampus dan tidak pernah pulang ke rumah.

“Kalau sudah bangun, kamu boleh pergi. Pulang nanti jangan lupa minum obat buat tambah darah. Badan kamu kurang fit, harus lebih jaga kesehatan. Jangan terlalu sering marah-marah,” pesan Joanna.

“Makasih, Dok.”

David pun keluar dari klinik dengan kondisi terhuyung-huyung karena kepalanya masih terasa sedikit pusing.

“Haish, apa anak-anak zaman sekarang bucin sampai segitunya?” keluh Joanna dalam hati.

Seketika itu pula Joanna teringat dengan suaminya sendiri. Saat pertama kali berpacaran semasa kuliah, suaminya juga cinta mati padanya. Akan tetapi ketika ingin mengembangkan perusahaannya bulan lalu, dia diam-diam menuangkan obat agar Joanna mau menjual dirinya pada sang klien. Kalau bukan karena Joanna sendiri yang menyadarinya, entah apa yang akan terjadi padanya. Sampai detik ini pun Joanna masih tidak mengerti mengapa suaminya rela berbuat sejauh itu.

Saat ini, jadi banyak mahasiswa dan mahasiswi lain yang membicarakan David karena namanya jadi terkenal sejak putus dengan Sarah. Di Jina University sendiri, banyak sekali pasangan yang putus nyambung setiap harinya, tapi baru kali ini kejadian ada orang pingsan setelah diputuskan oleh pacar. Belum lagi ulah Joel yang dengan sengaja mengumumkan hubungannya dengan Sarah, yang tentu saja nama David langsung terkenal di satu kampus hanya dalam waktu yang singkat.

Akan tetapi, David tidak punya waktu untuk mengurusi hal itu. Dia merasa sangat haus dan pergi ke vending machine yang ada di kawasan kampus untuk membeli sebotol air mineral. Ketika hendak membayar, David spontan ingin membayarnya menggunakan ponsel, tapi tiba-tiba dia teringat dengan Sistem Kekayaan yang baru saja dia dapatkan. David ingin membuktikan apakah hal yang dikatakan oleh sistem itu benar, maka dia pun membayarnya dengan menggunakan sidik jari.

[Ting ….]

[Sistem Kekayaan berhasil melakukan pembayaran sebesar Rp6.000.]

Vending machine itu pun mengeluarkan sebotol air mineral sesuai yang David inginkan.

“Seriusan?” gumam David sambil mengambil air minumnya, kemudian dia melirik panel yang muncul di depannya.

Pemilik : David

Saldo : Rp19.999.999.999.999.994.000

Fisik : 15 (Lemah)

Mental : 28 (Sedang)

Keahlian : Dapat ditambahkan tanpa mengonsumsi Poin Kekayaan.

Poin Kekayaan : 0

“Hahahaha ….”

Ternyata sistem ini benar-benar bekerja. Itu berarti, mulai hari ini dia menjadi orang terkaya di dunia. Apa itu daftar orang terkaya di dunia? Apa pula itu peringkat Forbes? Kalaupun kekayaan mereka semua digabungkan, tetap masih tidak seberapa dengan kekayaan yang sekarang David miliki. Mulai hari ini, David akan mengubah gaya hidupnya.

Dua puluh tahun pertama di hidupnya David lalui dengan penuh pengorbanan, tapi di sisa hidup ke depannya, David ingin menjalani hidup yang bebas. Semua orang yang selama ini meremehkannya akan David balas tanpa ampun.

Setelah menenangkan dirinya, David pergi ke Golden Hotel yang lokasinya memang tidak jauh dari area kampus untuk makan. Rasa laparnya sudah tak tertahankan sampai jalan pun sempoyongan. Golden Hotel ini adalah hotel termewah dan termahal yang ada di Provinsi Jina. Saat Sarah masih berpacaran dengan David dulu, dia pernah bilang impiannya adalah bisa makan di restoran tersebut.

“Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”

Ketika David baru saja masuk ke lobby hotel, dia langsung disambut oleh pegawai yang bertubuh tinggi dan berkulit putih bersih.

“Aku mau makan!” jawab David.

“Untuk berapa orang?”

“Sendiri saja.”

“Silakan, sebelah sini.”

Tadinya David kira si pegawai ini akan langsung membawanya masuk ke dalam restoran, tapi ternyata dia malah dibawa ke meja resepsionis terlebih dahulu.

“Ada kartu membernya, Pak?” tanya pegawai yang bertugas di meja resepsionis.

Di balik meja resepsionis itu juga masih ada beberapa pegawai yang tinggi badannya tidak kalah dengan pramugari. Mereka semua memiliki tinggi lebih dari 170 cm, lengkap dengan kaki yang panjang dan kulit yang putih mulus.

“Nggak ada,” jawab David.

“Mohon maaf, Pak. Makanan yang kami sediakan di sini semuanya berkualtias tinggi dan diimport dari luar negeri. Kalau bahan makanannya tidak habis di hari itu, kami langsung buang untuk menjamin kesegarannya. Kalau tidak ada member, untuk makan diwajibkan bayar deposit terlebih dahulu.”

“Bikin member-nya gimana?” tanya David.

“Untuk bikin member, Bapak harus top-up minimal sebesar dua miliar untuk member biasa, top-up empat miliar untuk tingkat yang lebih tinggi, dan sepuluh miliar untuk jadi member VIP.”

“Oke, tolong bikinin satu.”

“Bapak mau top-up berapa?”

“Top-up 200 miliar dulu bisa?”

“Be … berapa, Pak?” tanya si pegawai resepsionis dengan ragu takut tadi dia salah dengar.

“Aku bilang mau top-up 200 miliar dulu.”

“Bapak yakin?”

“Yakin!”

“Baik, mohon ditunggu sebentar. Manajer kami sebentar lagi datang.”

Lantas, pegawai itu pun berbicara melalui walkie-talkie, “Maaf, Bu Prisca, mohon datang ke lobby.”

Kemungkinan besar pegawai ini menganggap David hanya membuat onar, karena mau bagaimanapun juga, David tidak terlihat seperti orang yang mampu mengeluarkan uang sebanyak itu untuk top-up kartu member. Makanya dia memutuskan untuk langsung memanggil manajer hotel saja.

“Tak lama kemudian, seorang wanita berpakaian jas hitam yang usianya sekitar 20-an tahun pun tiba di lobby hotel. Sesuai jabatannya sebagai manajer, penampilannya juga terlihat satu tingkat lebih tinggi dibandingkan pegawai resepsionis lainnya.

“Ada apa?” tanya Prisca kepada pegawai yang memanggilnya tadi.

Si pegawai itu pun berbisik ke telinga Prisca menceritakan apa saja yang David katakan padanya tadi.

“Selamat datang, Bapak mau top-up kartu member sejumlah 200 miliar?”

“Iya!” jawab David lugas.

“Bapak yakn?”

“Iya.”

“Pembayarannya mau melalui bank apa, Pak?” tanya si manajer sambil mengoperasikan komputer di meja resepsionis.

“Bank mana saja boleh!”

“Verifikasi pembayarannya dengan metode apa, Pak?”

“Sidik jari!”

“Baik. Mohon dicek terlebih dahulu apakah angkanya sudah benar, setelah itu bisa langsung tekan tombol confirm dan letakkan jari Bapak di sini.”

Si manajer memperlihatkan jumlah uang yang akan diproses dari monitor kepada David, dan setelah David memberikan konfirmasi, dia meletakkan jarinya di tempat pemindai.

Beberapa detik kemudian … terdengar suara notifikasi dari komputer.

“Transfer berhasil.”

Seketika itu juga, sekitar enam sampai tujuh pegawai resepsionis termasuk si manajer terkejut, dan tatapan mata mereka yang semula menatap sinis David pun langsung berubah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status