Share

Bab 3

Author: Kuning
Prisca sudah bekerja sebagai manajer di hotel ini selama tiga tahun lebih. Sudah banyak konglomerat yang dia layani, dan tak sedikit dari para tamu memiliki aset lebih dari triliunan. Orang yang bisa keluar masuk hotel ini memang pada dasarnya bukan orang sembarangan. Meski uang yang sudah dideposit ke kartu member bisa ditarik kembali dan banyak pengusaha dari perusahaan besar yang top-up gila-gilaan, baru kali ini dia menemui orang yang sekali top-up langsung 200 miliar. Aset yang dimiliki pastinya lebih dari sekadar triliunan, makanya dia berani top-up sebanyak itu.

Setelah bergaul dengan banyak orang kaya, Prisca baru menyadari bahwa orang yang benar-benar kaya yang tersembunyi di dunia ini. Kebanyakan dari mereka lebih suka untuk hidup bersahaja, dan bisa jadi orang yang saat ini ada di depannya termasuk salah satu dari mereka. Di usia David yang masih sangat muda ini, kemungkinan besar dia adalah anak konglomerat.

Sejujurnya, Prisca memandang rendah David saat pertama kali bertemu tadi. Total harga dari pakaian yang David kenakan paling hanya berapa ratus ribu saja. Di jalanan juga banyak yang seperti itu. Ketika mendengar bawahannya bilang David ingin top-up kartu member sejumlah 200 miliar rupiah, Prisca langsung berasumsi kalau David hanya bercanda. Akan tetapi atas tuntutan profesi, Prisca masih dengan sabar melayani permintaan David. Bahkan Prisca juga sempat penasaran akan bagaimana David mundur nanti apabila pembayarannya gagal. Namun, siapa yang menyangka kalau ternyata dia benar-benar mampu melakukan pembayaran dengan angka fantastis itu.

Prisca yang sudah sering bersosialisasi dengan masyarakat kalangan atas tentu saja ingin bisa sama seperti mereka. Meski sudah banyak pria kaya yang memberikan kode padanya, Prisca tidak begitu tertarik kepada mereka, khususnya mereka-mereka yang tidak memperhatikan penampilan fisik. Kebanyakan dari mereka hanya menginginkan tubuh Prisca, dan dari pengamatan Prisca selama ini, tidak ada satu pun dari mereka yang benar-benar kaya.

Yang Prisca harapkan adalah disukai oleh mereka yang memang benar-benar kaya. Orang yang benar-benar kaya hidupnya tidak suka terlalu mencolok, dan anak muda yang ada di depannya ini adalah salah satunya. David memenuhi segala kriteria Prisca. Muda, kaya, dan bersahaja. Ini adalah kesempatan terbaik baginya untuk mengubah nasib.

Pegawai resepsionis yang tadi meminta Prisca turun pun menyesali perbuatannya. Kalau tadi dia langsung melayani David tanpa pandang bulu, dia yang akan mendapatkan komisi, tapi dia malah dengan bodohnya memanggil sang manajer.

“Mohon maaf, Pak, boleh minta KTP-nya agar bisa saya proses?” kata Prisca.

David pun memberikan KTP-nya kepada Prisca, tapi sebenarnya dari awal dia sudah menyadari ada yang aneh dengan Prisca. KTP saja tidak ada, mau bagaimana membuat kartu member? Setelah transfer berhasil baru dimintai KTP, itu jelas sekali awalnya Prisca tidak percaya David mampu membayar sebesar 200 miliar. Namun, David juga tidak terlalu peduli dengan itu. Selama dua puluhan tahun ini dia sudah sering diremehkan oleh orang lain. Perlakuan Prisca ini masih terbilang cukup baik. Kalau di tempat lain, mungkin dia sudah diusir oleh satpam.

“Aku mahasiswa di Jina University. Mulai hari ini, aku mau sarapan, makan siang, dan makan malam disini. Siapin bahan makanan yang paling berkualitas. Kalau aku nggak datang karena ada urusan, langsung buang makanannya dan bikin yang baru buat yang berikutnya.”

Semua orang terkejut mendengar permintaan David. Sehari tiga kali makan dengan bahan makanan terbaik … harga untuk satu porsinya saja sudah mencapai jutaan. Dan kalau ada urusan sehingga berhalangan hadir, makanannya harus dibuang? Apa itu bukan pemborosan namanya?! ini sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata kaya lagi, tapi sultan! Apalagi David ini hanya seorang mahasiswa.

“Siap, Pak David. Kami akan menyiapkan semuanya sesuai permintaan Bapak.”

Setelah kartu membernya selesai dibuat, David langsung diantar ke sebuah kamar yang sangat mewah.

“Pak David, ini adalah kamar terbaik yang kami punya. Sebentar lagi kami akan menyajikan makanannya. Ini kartu nama saya. Kalau butuh apa-apa, boleh langsung hubungi saya,” ujar Prisca sembari menyerahkan kartu namanya. Kartu nama ini bukan yang disediakan oleh pihak hotel, melainkan yang Prisca cetak sendiri. Kartu ini hanya Prisca berikan kepada orang-orang yang sesuai dengan kriteria dia.

Ketika David mengambil kartu nama tersebut, Prisca dengan sengaja mengelus punggung tangan David dengan jari lentiknya hingga membuat David merinding.

“Tangannya lembut banget! Ini cewek jago banget godain orang lain, dasar siluman,” pikir David dalam hati.

Tak lama kemudian, berbagai macam lauk sudah disajikan di atas meja kamarnya. Ada udang, pauhi, kepiting, sup hisit, sarang walet, tomahawk steak, foie gras, caviar, dan berbagai macam makanan mewah lainnya. Setiap lauk dibuat dengan sempurna dan sangat menggugah selera. Selain itu ada juga sebotol wine Lafite dari tahun 1983.

Harga semua hidangan yang ada di meja ini diperkirakan mencapai puluhan juta. David tidak mungkin bisa menghabiskan semua ini sendirian, tapi dia tidak peduli. Sekarang dia sudah punya uang untuk membeli apa pun yang dia mau!

Sesuai dengan apa yang bisa diharapkan dari hotel bintang lima, semua makanannya terasa begitu harum dan nikmat.

“Pak David, bagaimana rasa makanannya? Apa cukup memuaskan?” tanya Prisca sambil membungkukkan badannya.

“Enak, enak! Puas banget! Memang nggak salah hotel ini disebut hotel terbaik!”

“Silakan dinikmati. Saya permisi dulu, kalau butuh apa-apa, Bapak bisa langsung hubungi saya.”

“Aku nggak habis makan sendirian, dan rasanya ada yang kurang kalau nggak ada cewek cantik yang menemani. Gimana kalau kita makan bareng?” tanya David.

David sungguh merasa Prisca adalah wanita yang cantik, dan pakaian yang dia kenakan sekarang juga menonjolkan keelokan tubuh yang dia miliki. Wangi yang menempel di tubuh Prisca juga sangat ampuh dalam memikat lawan jenis. Setiap gerak-gerik yang Prisca lakukan membuat jantung David berdegup kencang. Bisa makan bersama dengan wanita secantik ini benar-benar sebuah keberuntungan.

“Anu … Pak David, rasanya agak kurang pantas kalau saya ikut makan. Sekarang juga masih jam kerja,” kata Prisca.

Sebenarnya dia ingin sekali menemani David makan. Tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan agar bisa lebih dekat dengannya, apalagi dia juga belum pernah menyantap semua makanan yang disajikan di sini. Akan tetapi, Prisca sadar sebagai wanita, dia harus pandai menahan diri. Jual mahal adalah cara terbaik untuk merayu pria. Daya tarik seorang wanita yang tak berbusana tidak akan sekuat daya tarik wanita yang mengenakan setengah transparan. Mengatakan kalau sekarang masih jam kerja hanyalah alasan belaka. Bahkan bosnya juga pasti akan memuji Prisca kalau dia mau menemani tamu sepenting ini makan bersama.

Walau demikian, Prisca tidak menolak dengan tegas, dia hanya berkata kurang pantas, yang mana jawaban ini tentu membuat David semakin penasaran. Dan benar saja, David pun berkata, “Apanya yang nggak pantas? Kalau nanti bos kamu ngomel, biar aku yang ngomong sama dia. Kalau dia masih ngotot, sekalian aku beli hotel ini dan aku jadiin kamu bosnya,” kata David.

Mendengar itu, Prisca pun tidak lagi menolak dan langsung duduk menuangkan minuman untuknya. Kalau Prisca masih terus mencari alasan, bisa-bisa David akan marah. Prisca harus bisa memainkan emosi David dengan baik agar rencananya berhasil.

Bicara soal omongan David yang bilang ingin membeli hotel ini, Prisca hanya menanggapinya dengan tawa. Bercanda saja. Hotel ini harganya bisa lebih dari 30 triliun. Meski Prisca sangat memandang tinggi kekayaan yang dimiliki David, bukan berarti dia percaya David bisa berbuat sampai sejauh itu.

Namun, tentu saja Prisca yakin keluarga David punya kekayaan yang lebih gila lagi. Zaman sekarang banyak orang yang mengaku punya kekayaan sampai sekian triliun, tapi itu semua hanya berbentuk barang virtual atau saham. Orang yang benar-benar bisa mengeluarkan sekian triliun dalam bentuk uang tunai hanya beberapa saja, dan merekalah yang disebut sebagai orang kaya sejati.

Kalau David benar-benar sanggup membeli hotel ini dan mengangkat Prisca jadi bos, dia pun rela mati demi David.

David tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Prisca saat ini. Jika tidak, dia pasti akan langsung membelinya. Jangankan 30 triliun, 60 triliun pun David beli!
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 119

    Sekarang sudah masuk hari Minggu. David pikir Yoga akan menghubunginya, tapi setelah ditunggu seharian, tidak ada telepon yang masuk. Kemarin malam David mendapat telepon dari Selly yang menanyakan mengapa David tidak datang ke rumahnya. David baru ingat kalau dua membuat janji akan datang ke rumahnya Selly, tapi rencana itu harus tertunda karena kedatangan Yasmine, jadi mau tidak mau David mencari waktu lain untuk datang.Siang harinya David mendapatkan sebuah kabar. Prisca melaporkan tim sudah terbentuk. Dengan bantuan uang, dia berhasil menarik banyak orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya. David meminta Prisca untuk melakukan investasi ke proyek mana pun yang cukup potensial, tanpa harus mengkhawatirkan soal uang sedikit pun. Dia juga menyuruhnya menghubungi Wanto. Masih ada investasi senilai 10 triliun, setara dengan 50 Poin Kekayaan.Sekarang David harus cepat mengeluarkan uang untuk mendapatkan Poin Kekayaan agar dia bisa meng-upgrade Sistem. Dia merasa Fisik dan Mental-

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 118

    Memang, unit ini jelas lebih kecil jika dibandingkan dengan penthouse yang David tempati, tapi dari segi dekorasi interior, unit ini tidak kalah mewah dan layak dinobatkan sebagai rumah 200 miliar.“David, ngapain kamu ajak kami ke sini?” tanya Yasmine.“Om, Tante, kira-kira rumah ini gimana?” tanya David balik.“Bagus, sih! Tapi Tante mana sanggup beli!”“Rumahnya sudah aku beli! Tinggal urus surat-suratnya saja, habis itu bisa langsung ditempati.”Dari awal Yasmine dan Yovi sudah punya firasat David pasti akan membelikan rumah ini untuk mereka, makanya dia mengajak mereka melihat-lihat. Kendati demikian, mereka tetap tidak bisa menutupi rasa kaget mereka saat David benar-benar melakukannya.“Mana bisa begitu! David, kamu sudah kerja keras cari uang. Kami nggak bisa terima rumahnya!” kata Yasmine.“Iya! Rumah ini terlalu mahal, kamu nggak perlu!” timpal Yovi.Hanya Indah seorang yang menikmati pemandangan dari balik kaca. Berhubung David yang bersikeras ingin memberi, maka diterima sa

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 117

    Siang hari itu David menghubungi Karin untuk menanyakan apakah ada unit kosong untuk ditempati. Dia ingin membelikan rumah untuk kedua tantenya, kemudian mempekerjakan mereka di Golden Hotel. Tidak menghasilkan juga tidak masalah, yang penting mereka punya kesibukan. Setahun David tinggal memberikan mereka sekian miliar untuk biaya hidup satu tahun, dengan begitu mereka sudah bisa hidup berkecukupan.David mendatangi Karin yang sudah berjaga di resepsionis dan langsung pergi melihat unit. Kedatangan David kali ini berhasil membangkitkan kenangan pahit beberapa sales lainnya. Waktu itu tidak ada yang mau melayani David, dan Karin yang masih pegawai baru saat itu langsung melayaninya, dan berhasil mengantongi komisi miliaran.Belajar dari kesalahan di masa lalu, kali ini mereka langsung mengelilingi David begitu dia tiba di kantor pemasaran.“Permisi, Pak, ada yang bisa dibantu?”“Bapak mau beli rumah? Mari saya antar!”“Ini kartu nama saya. Kalau Bapak butuh bantuan, bisa langsung hubun

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 116

    Di suatu kediaman yang sunyi di Amba, seorang pemuda dan pria tua sedang asyik bermain catur. Pria tua terlihat sudah berusia 70-80 tahun. Namun meski di usianya yang uzur, rambutnya masih terlihat lebat hitam, dan matanya masih terlihat begitu bergairah. Tidak ada sedikit pun tanda-tanda penuaan dalam dirinya. Sedangkan lawan mainnya, mesti disebut dengan pemuda, usianya sudah menginjak 30 tahun, tapi jika dibandingkan dengan si pria tua, tidak salah dia disebut sebagai pemuda.“Permainan kamu makin hari makin bagus saja!” puji si pria tua.“Mana adalah! Permainanku masih jauh dari kata bagus!”Pemuda itu bernama Ruben, salah satu anggota Partai Terio. Nama Ruben tidak hanya terkenal di kalangan anak muda, tapi juga cukup dikagumi di kalangan orang tua.“Ruben, main catur itu sama kayak kehidupan nyata. Waktunya maju, kamu harus maju dengan berani. Waktunya mundur, ya harus mundur. Kayaknya belakangan ini kamu lagi ada masalah, ya?” tanya si pria tua yang bernama Joseph itu.“Pengamat

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 115

    “Eh … ha-halo! A-aku … Carlos!” ucap Carlos terbata-bata sembari menjabat tangan Sasha. Hanya sentuhan tangan saja sudah membuat wajahnya merah padam. Sasha tidak menyadari ada sesuatu yang aneh dari Carlos, dia hanya menjabat tangan dan langsung melepasnya.David menoleh kepalanya ke Carlos seketika mendengar ucapannya yang gagap, dan dia melihat wajah Carlos sudah memerah seperti tomat dengan tingkah lakunya yang aneh pula. Penampilan Sasha yang mengenakan seragam rok mini memang memberikan kesan anak muda yang sangat kuat. Untuk Carlos yang sedang masa puber, Sasha memiliki daya pikat yang luar biasa. Akan tetapi, Sasha bukanlah gadis yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya lebih baik David menyarankan Carlos untuk mengurungkan niatnya daripada nanti dia sendiri yang terluka.“Kak David, aku sudah titip salam ke sekolah. Kaka tinggal langsung bawa Carlos ke dalam saja untuk urus administrasinya!” kata Sasha.“Oke, makasih, ya, Sasha!”“Kak David nggak usah sungkah begitulah!”“Oh,

  • Sistem Kekayaan Mahakuasa   Bab 114

    Di hari berikutnya, David meminta Sasha untuk mengurus prosedur masuk sekolah Carlos di sekolah yang sama dengannya. Meski sekarang David punya uang yang tak terbatas, tak bisa dipungkiri bahwa dia masih belum membangun reputasi. Namanya hanya baru sekadar diperbincangkan saja di KMB dan Partai Terio.Sebagai anak kesayangan keluarga Lumanto, hal semacam ini tentu adalah tugas sepele bagi Sasha. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah mengabari David bahwa Carlos berhasil diterima. Lantas, David pun segera membawa Carlos ke sekolah yang bernama Ricci School itu.Ricci School adalah akademi untuk kaum elite yang paling ternama di Provinsi Jina. Meski termasuk sekolah swasta, kualitas pengajar di sana sangat tinggi dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, dan mereka juga disokong oleh keluarga Lumanto secara langsung.Murid yang bisa belajar di sekolah tersebut entah memang berprestasi sehingga mendapatkan beasiswa penuh, atau anak orang kaya yang harta keluarganya sudah di luar nalar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status