Share

Bab 5 Berburu Item

last update Last Updated: 2025-10-04 16:38:34

“Ada dua jenis item yang bisa kamu kupulkan, yakni artefak kuno dan juga energi alam.”

Rein mengikuti sumber cahaya yang menjulang sampai ke atas langit. Sampai di jalanan gang depan indekosnya, ia sedikit dibuat bingung, pasalnya ada beberapa titik cahaya di sana. Ia kemudian memutuskan, untuk pergi ke yang terdekat.

Cahaya itu mengarah pada sebuah jurang yang ada di sebelah timur kampusnya. “Ke mana letak dari benda itu? Arah timur dari fakultas teknik? Bukankah di sana hanya ada jurang dan juga hutan kecil.” Ia berjalan sambil terus mendongak ke arah atas.

Hanya berbekal sandal japit, kaos oblong, dan celana jeans pendek. Pandangannya fokus ke atas dan pastinya yang bikin aneh sambil berbicara sendiri. Pokoknya sudah seperti orang gangguan jiwa.

“Woy hati-hati kalau jalan, mata dipakai dong,” teriak salah satu pengendara motor yang hampir menabraknya. Jujur saat ini Rein benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Ia hanya fokus, dengan tujuan benda tersebut.

Langkah kakinya menyusuri jalanan panjang di dalam kompleks kampus Universitas Kanguru Merah. Sampai akhirnya ia terhenti tepat di depan pintu gerbang fakultas teknik. Seorang satpam bertubuh tegap menghampirinya.

“Maaf, Mas. Ada perlu apa ya?”

“Saya ada rapat organisasi, Pak.”

Satpam memandangnya dengan curiga, pria muda ini hanya membawa celana jeans pendek dan kaos oblong, memakai sandal pula. Untung saja semesta masih berpihak kepadanya, ia membawa dompet di saku celananya.

“Ini kartu tanda mahasiswa milik saya. Ini juga ada kartu anggota Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat universitas.”

Pria bertubuh tegap itu menerima dua kartu dari Rein, ia hanya melihatnya sekilas kemudian mengangguk-angguk. Lalu mengembalikan kartu itu dan mempersilakannya lewat.

Jujur si satpam masih heran, jarang lihat mahasiswa masuk kampus pakai celana pendek begini. Tetapi karena ini malam hari, jadi ia biarkan saja lewat. Sekali lagi Dewi Fortuna, memang sedang berada di pihak Rein malam ini.

“Duh nanti ketemu teman-teman dari BEM Fakultas teknik enggak ya?” gumamnya sambil celingak-celinguk mengedarkan pandangannya. Jujur ia malu kalau ketemu temannya, dengan keadaan pakaian kaos dan celana pendek seperti ini.

Keadaan malam itu cukup sepi, hanya ada beberapa mahasiswa saja yang sedang mengerjakan tugas di gazebo Fakultas Teknik. Hanya di bagian Jurusan Arsitektur saja yang ramai, sudah wajar sih anak jurusan itu memang super sibuk.

“Memang benar apa kata teman sekosanku ah... Anak jurusan arsitektur memang gak pernah pulang ke kosan, mereka tidur di kampus.”

Ia terus berjalan sampai akhirnya berada di bangunan paling ujung, sumber cahaya memang mengarah di hutan sebelum jurang Fakultas Teknik. Rein termasuk beruntung, soalnya tempat yang dituju tidak terlalu dalam masuk ke dalam jurang.

Rein memicingkan matanya, ia juga harus hati-hati oleh terjalnya jalan. Sampai pada akhirnya ia berhenti tepat di depan sumber cahaya. Hanya pohon berbatang kecil setinggi manusia dewasa, ia ingat dulu neneknya pernah membuat sayur dari tumbuhan ini.

“Inikan pohon kelor?”

“Item teridentifikasi bernama Galih Batu Kelor, kamu bisa mendapatkannya setelah melawan entitas penjaga. Tips tutorial dariku, makhluk tersebut bisa dikalahkan menggunakan batang tumbuhan kelor yang dipukulkan.”

Perlahan Rein melangkahkan kakinya mendekat, ia mencoba menyentuh pohon bercahaya itu. Namun tiba-tiba saja badannya terpelanting ke belakang. Ketika dirinya hendak bangkit, ia melihat sosok tinggi besar dengan dua tanduk di kepalanya.

***

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah pelataran rumah mewah, berdiri tiga orang lelaki setengah baya. Mereka masing-masing memegang gelas berisi wine dan juga cerutu ada di tangan satunya lagi.

“Bersulang untuk keberhasil kita.” Gelas disulangkan dan mereka minum dengan wajah ceria, wajahnya berseri tetapi juga menyeringai menunjukkan sisi liciknya.

“Menaikkan pajak sepuluh kali lipat selama berbulan-bulan adalah ide brilian, meskipun itu hanya pengalihan isu saja.”

“Betul apa katamu, membuat para aktivis dan semua masyarakat fokus terhadap masalah pajak tersebut.”

“Pembangunan proyek tambang yang kita inginkan menjadi lancar, tanpa gangguan dari para cecunguk itu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 8 Kambing Hitam

    “Bolehkah saya masuk ke dalam kebun?”“Saya penjaga kebun ini, Mas. Sampeyan mau ngapain memangnya masuk.”Walau tidak bisa dijelaskan dnegan akal sehat, tetapi Rein mencoba untuk memahamkan bapak-bapak yang ada di sampingnya pelan-pelan. Sungguh semua yang ia katakan, tidak bisa masuk ke dalam logika.Negosiasi lama dilakukan, akhirnya ia berinisiatif memberi uang sebagai pelicin. “Begini saja deh, Pak. Kamu kukasih uang rokok, nanti ke dalam kebunnya juga ditemani kamu. Misal takut aku berniat jahat.”Bapak-bapak itu terdiam sejenak, ia mengelus jenggotnya yang berwarna putih. Beliau kemudian setuju dan mengangguk. Wajah Rein berseri-seri bahagia, ia kemudian mengambil dompet dan memberikan uang sebesar dua puluh lima ribu.“Nanti saja, Mas. Mari saya antar masuk.”Tangan kekar itu mengambil kunci dalam saku celananya, ia kemudian membuka gembok yang membelenggu gerbang. Ketika sudah terbuka, si bapak masuk duluan yang diikuti oleh Rein jalan di belakangnya.Rein kemudian melihat po

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   bab 7 Batu Merah Delima

    “Bawa saja coba pegang.”Secepat kilat, Rein menikamkan gunting yang ada di meja ke perut temanya itu. Joko yang kaget, segera melompat ketakutan. “Woy, gila! Mau membunuhku ya?” Tangannya meraba-raba perut bekas tusukannya.Ternyata tidak ada luka sedikitpun di sana, hanya saja kaos yang ia kenakan robek. Ia juga baru sadar, masih menggenggam erat batu yang diberikan Rein. “Sudah sini sekarang giliranku mencoba, aku genggam batunya lalu kamu tusukkan benda tajam.”Joko menuju dapur yang ada di belakang gedung pusat kegiatan mahasiswa, ia mengambil sebilah pisau. Menurutnya benda itu sangat tajam, soalnya baru dibeli anak-anak minggu lalu. “Pakai ini coba ya, Rein.”Rein kali ini bahkan sampai buka baju, sekarang ia bertelanjang dada. Dirinya sangat yakin, jika item tersebut akan memberi ability kekebalan baginya. Seperti yang sistem aneh itu katakan. Joko mulai menikamkan pisau ke perut kawannya.Sungguh di luar nalar, benda tajam itu tidak dapat menembus kulit perut dari Rein. Ujun

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 6 Melawan Monster Penjaga

    “Tak kan kubiarkan, kau mengambil benda itu!” suara makhluk itu besar dan menggelegar. Namun Rein tidak bisa mundur, sudah sejauh ini ia berjalan kaki dari indekosnya. Ia harus berhasil mengambil item itu.Makhluk itu tinggi besar, bahkan ukuran tubuhnya jauh dari manusia. Badannya berwarna hitam dan matanya merah menyala. Entitas asing itu mulai mendekat, dengan cepat ia mengarahkan tinjunya tepat ke arah badan Rein.Pemuda itu berguling ke arah samping, ia berhasil menghindarinya. Rein yakin jika tangan sebesar itu mengenai tubuhnya, pasti dadanya akan hancur dan kepalanya akan terpisah dari tubuh mungilnya.“Akan kuhabisi kau, Manusia!” suara itu kembali menggelegar memekakkan telinga.Rein baru ingat, tutorial yang diberikan oleh sistem tadi, cara mengalahkan makhluk itu dengan cara memukulnya menggunakan batang pohon kelor. “Di sana, aku harus mengambilnya beberapa,” gumamnya setelah pandangan matanya menjelajah.Ia kembali melompat ke samping kanan, ketika pukulan dari makhluk i

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 5 Berburu Item

    “Ada dua jenis item yang bisa kamu kupulkan, yakni artefak kuno dan juga energi alam.”Rein mengikuti sumber cahaya yang menjulang sampai ke atas langit. Sampai di jalanan gang depan indekosnya, ia sedikit dibuat bingung, pasalnya ada beberapa titik cahaya di sana. Ia kemudian memutuskan, untuk pergi ke yang terdekat.Cahaya itu mengarah pada sebuah jurang yang ada di sebelah timur kampusnya. “Ke mana letak dari benda itu? Arah timur dari fakultas teknik? Bukankah di sana hanya ada jurang dan juga hutan kecil.” Ia berjalan sambil terus mendongak ke arah atas.Hanya berbekal sandal japit, kaos oblong, dan celana jeans pendek. Pandangannya fokus ke atas dan pastinya yang bikin aneh sambil berbicara sendiri. Pokoknya sudah seperti orang gangguan jiwa.“Woy hati-hati kalau jalan, mata dipakai dong,” teriak salah satu pengendara motor yang hampir menabraknya. Jujur saat ini Rein benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Ia hanya fokus, dengan tujuan benda tersebut.Langkah kakinya men

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 4 Menghilang Musterius

    “Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.“Si gondong itu lepas!”“Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi.Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko.Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.”Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 3 Menangkap Provokator

    “Atau mungkin otakmu sudah geser gara-gara dipukuli para polisi itu.”Rein tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam. Mungkin kawan-kawannya benar, itu hanya khayalannya saja. Diskusi berlanjut mereka memiliki rencana untuk unjuk rasa berikutnya, agar berdiskusi secara damai dengan Kepala Distrik maupun dewan distrik.“Ya sudah aku pamit pulang ke kosan dulu lah, pusing kepalaku,” ujar Rein. Ia melenggang pergi dari emperan gedung fakultas pulang menuju ke indekosnya. Ia membuka gagang pintu kamar sederhana itu, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.Ia hanya menatap langit-langit kamarnya, plafon bolong-bolong dan juga cat dinding usang sudah menjadi pemandangannya sehari-hari. Rein sengaja menyewa tempat murah ini, dengan keadaan ekonominya.“Sistem keadilan surgawi,” gumamnya pelan dengan nada tidak bersemangat. “Sudah kuduga ia hanya khayalanku saj dan tidak akan muncul.”“Selamat datang kembali di sistem keadilan surgawi tuan. Nama Rendi Joseph, level 0 dengan perolehan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status