Home / Fantasi / Sistem Pahlawan Rakyat Jelata / Bab 4 Menghilang Musterius

Share

Bab 4 Menghilang Musterius

last update Last Updated: 2025-10-04 15:56:41

“Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.

“Si gondong itu lepas!”

“Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi.

Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko.

Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.”

Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si gondrong itu. “Butuh berapa level lagi, biar aku bisa melawannya?”

“Ha? Level? Kau ngomong apa Rein?” tanya Joko keheranan yang ada di sampingnya. Begitu pula kawan-kawan dari kampus lain maupun ketua organisasi masyarakat yang kala itu ada di atas podium mobil.

Rein menahan malu, ia kemudian pamit turun dari podium. Jujur aneh sekali rasanya, berbicara sendiri di tengah khalayak ramai. Pasti orang-orang sudah mengira dia gangguan jiwa.

“Jangan lupakan misi sampingannya.”

“Jika sudah level 1 nanti, kamu bia meyakinkan mereka bahwa eksistensiku benar-benar nyata,” imbuhnya. Entah mengapa Rein sangat yakin dengan suara misterius ini, ia kini berusaha mencapai poin 1000 exp dan menerima hadiah yang disebut peta harta karun.

Ia bergerak, membelah lautan manusia para pendemo. Kali ini arah matanya kembali jeli, melihat satu-persatu peserta unjuk rasa itu. “Hmm... Tidak ada yang mencurigakan,” gumamnya pelan. Ia kemudian terus berkeliling.

Empat puluh lima menit berlalu, ia masih belum juga menemukan orang yang dimaksud. Sampai para koordinator demo pada akhirnya, diundang masuk ke kantor kepala distrik. Tampaknya mereka berhasil mengajak diskusi kepala daerah.

Rein hanya tersenyum, melihat kawan-kawan seperjuangannya berhasil dalam misinya. Sementara ia, masih sibuk mencari orang yang diduga aparat sedang menyusup. Ia kembali mondar-mandir ke sana ke mari.

Hingga akhirnya suara itu kembali memberikan petunjuk. “Semua orang sibuk dengan memainkan ponsel, lihat layarnya. Seorang penyusup bisa kau kenali.”

Rein kembali mengikuti saran dari suara aneh itu, “Setelah kamu mengetahui orangnya, cukup diam saja. Jika semua orang tahu, ia akan menjadi sasaran amukan massa dan keadaan akan jauh lebih parah,” imbuhnya.

Ia kembali berkeliling, netranya melihat satu persatu layar ponsel milik peserta demo. Tentu sambil sembunyi-sembunyi, takut ketahuan juga nanti disangka tidak sopan. Sampai akhirnya langkah kakinya terhenti.

Rein memerhatikan seorang pria yang sedang duduk sambil bermain ponsel, tampak jelas di layar depannya ada gambar dirinya sedang memakai seragam lengkap polisi berikut dengan istrinya.”Poin 200 exp ditambahkan, misi sampingan berhasil.”

“Rendy Joseph, level 0 dengan jumlah perolehan exp 700.”

“Sekarang apa?”

“Temukan intelejen lain dan poinmu akan bertambah 200 exp per kepala.”

Rein berhasil mendapatkan 1100 poin exp hari itu dan otomatis ia naik ke level satu. Ia juga mendapat sebuah hadiah berupa fitur baru yang bernama peta harta karun. Ia bisa otomatis mengklaimnya.

Tampaknya para aktivis dan masyarakat yang ada di dalam gedung mendapat titik terang. Semuanya berjalan lancar, Kepala Distrik dan Ketua Dewan Distrik mau mendengar keluhan masyarakat. Secara resmi undang-undang daerah akan direvisi mengenai kebijakan pajak.

Semuanya membubarkan diri, termasuk Rein. Ia mengendarai motor vespa bututnya menuju ke indekos. Sampai di kamarnya hari sudah mau gelap, ia segera mandi setelah letih seharian.

Usai mengguyur tubuhnya tentu saja, ia penasaran dan ingin mencoba fitur baru. “Peta harta karun, aktif!” Setelah ia berkata demikian, entah mengapa pandangannya berubah. Tembok kamar kos dan bangunan lain seakan hilang menjadi transparan.

Rein dapat melihat beberapa cahaya menjulang ke langit dari kejauhan. “Cari artefak kuno itu. Item tersebut bisa kamu gunakan sendiri atau dibagi kepada teman untuk mendapatkan kekuatan magisnya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 23

    “Selamat kamu mendapatkan 500 exp karena berhasil dalam misi memviralkan tambang ilegal. Nama Rendy Joseph, level 2 poin exp 2500.”Rein tidak menghiraukannya, ia meneruskan berlari dengan rekan-rekannya sampai di Desa Talas. Para ibu-ibu seketika keluar rumah, melihat mereka berempat tergopoh-gopoh berlarian. “Ada apa, Mas? Mbak? Bagaimana dengan warga lain yang sedang protes di tambang.”Sambil mengatur napas yang masih kembang kempis, Hendra mencoba menjelaskan. “Mereka semua tertangkap oleh aparat, Bu.” Warga menunjukkan eksperi terkejut, bahkan ada beberapa yang berteriak.“Ya Allah bagaimana nasib suamiku!” Ada juga yang menangis maupun pingsan. Rein dan Zafran mencoba menenangkan. “Kalian tenang! Semua akan baik-baik saja, sekarang kami akan keluar dari sini mencari bala bantuan. Kebenaran pasti akan menemukan jalannya!”Mereka berpamitan, tujuan Hendra kali ini akan menyusul William yang sedang meliput tambang dari depan. Ia juga ingin melaporkan, tentang teramgkapnya warga da

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 22 Siaran Langsung

    Keesokan harinya, Zafran benar-benar mengumpulkan kawan-kawan awak media dari Mata Pedang. Mereka kemudian dibagi dua. Meliput depan pertambangan dan juga sebagian ikut dengan Hendra dan Rein masuk ke area Desa Porang dan Talas.Mereka mulai bergerak. Zafran sendiri ikut bersama Rein dan Hendra. Tim wartawan ini hanya berisi dua orang yakni Safitri dan Zafran. “Jangan banyak-banyak yang ikut masuk ke dalam, aku kesusahan juga nanti melindungi kalian. Belum lagi si Rein ini belum bisa diandalkan.”Tidak seperti kemarin, perjalanan kali ini lancar jaya tanpa hambatan. Sampai di Desa Talas Nirmala dan Jo menyambut. Ternyata warga dari Desa Porang juga sudah berkumpul di sini. “Nanti liput saja ya beritanya, aparat yang berpihak kepada tambang pasti akan sangat ganas menghalau kita.”“Siap, kawan-kawan awak media yang lain juga sudah bersiap di depan,” ujar Zafran sambil memegang kamera.Nirmala juga menjelaskan kepada tiga anggotanya, jika terjadi bentrokan nanti diusahakan jangan membun

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 21 Wartawan Mulai Bergerak

    “Rein, jujur aku belum bisa mengandalkanmu. Namun jika aku memaksa bertarung seorang diri akan fatal akibatnya.”“Lalu, apa solusimu?”Hendra terdiam sejenak, ia kemudian mengusulkan untuk mencari jalan lain. Akhirnya mereka berdua berjalan ke arah hulu sungai, mencoba untuk menjauhi orang-orang itu. Tentu dengan gerakan senyapnya, padang ilalang sekitar juga masih lumayan tinggi. Bisa untuk menyembunyikan tubuh.Mereka berjalan cukup lama, kurang lebih ada sekitar setengah jam. Netra Hendra menjelajah sekitar, ternyata aman. Keadaan sepi tidak ada seorangpun, bahkan gerombolan yang tadi ia lihat sudah tidak ada.“Ayo menyeberang, Rein.” Mereka berdua mulai menceburkan diri ke sunga dan mulai menyeberanginya. “Aku bisa saja menghabisi mereka tadi, sayang sekali ada suangai ini. Seandainya jarak dekat aku pasti mampu.”Hendra memiliki sebuah siasat, ia ingin mencuri seragam para pekerja tambang. Untuk itu mereka berdua bisa dengan mudah keluar masuk. “Bagaimana cara kita mendapatkannya

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 20 Sisa Perlawanan

    Pria proyek itu lantas mengambil ht berwarna hitam dari saku bajunya, tetapi gerakannya sudah keduluan para pasukan Guardian. Kaki Hendra mendarat di pundak pria itu dan menancapkan belati ke lehernya.Cairan merah segar keluar dengan derasnya. Rein yang melihat semua itu terkejut sejadi-jadinya, ia kemudian terduduk lesu. “Ken... Kenapa kalian bunuh seseorang yang tidak berguna.”“Bisa panjang urusannya jika dia dibiarkan. Sebagai Guardian kita harus bergerak seefektif mungkin.”“Termasuk membunuh?”“Jika itu untuk melancarkan misi, maka lakukanlah.” Hendra membersihkan bilah belatinya, ia kemudian menyarungkan kembali. Sementara yang lain, menyembunyikan mayat pria tersebut dan berusaha menghilangkan jejak.Nirmala mendekat ke arah sungai, menurutnya lumayan dalam. Untuk itu mereka harus berhati-hati saat berenang. “Semua yang ada di sini bisa berenang. Bagaimana denganmu, Rein? Kamu masuk Guardian lewat jalur undangan khusus. Aku agak meragukanmu.”“Bisa, tenang saja. Rumahku di de

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 19 Misi Menyelidiki

    “Silakan pesanannya,” ujar pramusaji sambil membawa satu nampan besar pesanan. Rein mencium aroma yang keluar dari kopi panas miliknya. Ia sangat menikmati, bau harumnya serasa menjadi terapi yang membawa semangat.“Oh iya, kemarin kamu yang sudah ungkap para pelaku penyelewengan uang pajak bukan?” Zafran hanya mengangguk, “Tapi hasilnya kurang memuaskaan, aktor utamanya malah bebas.”“Hah? Aktor utama? Maksudmu Pak...” Belum selesai Gendhis berbicara, Zafran sudah menempelkan jari telunjuknya di antara dua bibir, menyuruhnya untuk berhenti. Tempat tersebut merupakan tempat umum, untuk itu sangat beresiko.Sementara pria dengan topi koboi tetap tenang, ia menikmati secangkir kopinya yang ditemani oleh sebatang cerutu.Telepon Rein berdering, ternyata ada notifikasi pesan dari William. Ketua Guardian itu mengintruksikan untuk berkumpul sekarang juga. “Maaf ya, Kalian. Aku harus pergi sekarang. Ada urusan ini dengan Guardian.”“Kopimu loh, Rein. Bahkan cuma dicium saja aromanya, belum k

  • Sistem Pahlawan Rakyat Jelata   Bab 18 Pria Bertopi Koboi

    William memberi pesan kepada Rein sebelum ia pulang, ia menitahkan agar kasus tambang ilegal ini muncul ke permukaan. “Baiklah aku akan menghubungi kawanku yang seorang wartawan dan juga mengadakan diskusi oleh semua elemen mahasiswa di kampusku.”Rein menghidupkan mesin vespa tuanya, ia kemudian memacunya menuju kembali ke kost. Ia segera masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri ke kasur, tidak sempat rasanya mandi atau sekedar bersih-bersih. Tulangnya serasa remuk semua setelah mendaki gunung.Baru sebentar saja ia berbaring, pandangannya mulai berat lalu terlelap. Ia sangat tenang, soalnya hari ini jadwal kuliah kosong. Itu artinya, Rein bisa beristirahat seharian karena libur. Sampai akhirnya ia terbangun di sore harinya.“Jam berapa ini?” desahnya, sambil memeriksa layar ponsel yang ternyata tepat pukul empat sore. Lelap juga tidurnya. Rein duduk sejenak di ranjang, ia sandarkan punggungnya ke tembok samping kasur.Ia gulir layar di ponselnya, tengah ramai diperbincangkan di sosi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status