LOGIN“Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.
“Si gondong itu lepas!” “Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi. Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko. Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.” Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si gondrong itu. “Butuh berapa level lagi, biar aku bisa melawannya?” “Ha? Level? Kau ngomong apa Rein?” tanya Joko keheranan yang ada di sampingnya. Begitu pula kawan-kawan dari kampus lain maupun ketua organisasi masyarakat yang kala itu ada di atas podium mobil. Rein menahan malu, ia kemudian pamit turun dari podium. Jujur aneh sekali rasanya, berbicara sendiri di tengah khalayak ramai. Pasti orang-orang sudah mengira dia gangguan jiwa. “Jangan lupakan misi sampingannya.” “Jika sudah level 1 nanti, kamu bia meyakinkan mereka bahwa eksistensiku benar-benar nyata,” imbuhnya. Entah mengapa Rein sangat yakin dengan suara misterius ini, ia kini berusaha mencapai poin 1000 exp dan menerima hadiah yang disebut peta harta karun. Ia bergerak, membelah lautan manusia para pendemo. Kali ini arah matanya kembali jeli, melihat satu-persatu peserta unjuk rasa itu. “Hmm... Tidak ada yang mencurigakan,” gumamnya pelan. Ia kemudian terus berkeliling. Empat puluh lima menit berlalu, ia masih belum juga menemukan orang yang dimaksud. Sampai para koordinator demo pada akhirnya, diundang masuk ke kantor kepala distrik. Tampaknya mereka berhasil mengajak diskusi kepala daerah. Rein hanya tersenyum, melihat kawan-kawan seperjuangannya berhasil dalam misinya. Sementara ia, masih sibuk mencari orang yang diduga aparat sedang menyusup. Ia kembali mondar-mandir ke sana ke mari. Hingga akhirnya suara itu kembali memberikan petunjuk. “Semua orang sibuk dengan memainkan ponsel, lihat layarnya. Seorang penyusup bisa kau kenali.” Rein kembali mengikuti saran dari suara aneh itu, “Setelah kamu mengetahui orangnya, cukup diam saja. Jika semua orang tahu, ia akan menjadi sasaran amukan massa dan keadaan akan jauh lebih parah,” imbuhnya. Ia kembali berkeliling, netranya melihat satu persatu layar ponsel milik peserta demo. Tentu sambil sembunyi-sembunyi, takut ketahuan juga nanti disangka tidak sopan. Sampai akhirnya langkah kakinya terhenti. Rein memerhatikan seorang pria yang sedang duduk sambil bermain ponsel, tampak jelas di layar depannya ada gambar dirinya sedang memakai seragam lengkap polisi berikut dengan istrinya.”Poin 200 exp ditambahkan, misi sampingan berhasil.” “Rendy Joseph, level 0 dengan jumlah perolehan exp 700.” “Sekarang apa?” “Temukan intelejen lain dan poinmu akan bertambah 200 exp per kepala.” Rein berhasil mendapatkan 1100 poin exp hari itu dan otomatis ia naik ke level satu. Ia juga mendapat sebuah hadiah berupa fitur baru yang bernama peta harta karun. Ia bisa otomatis mengklaimnya. Tampaknya para aktivis dan masyarakat yang ada di dalam gedung mendapat titik terang. Semuanya berjalan lancar, Kepala Distrik dan Ketua Dewan Distrik mau mendengar keluhan masyarakat. Secara resmi undang-undang daerah akan direvisi mengenai kebijakan pajak. Semuanya membubarkan diri, termasuk Rein. Ia mengendarai motor vespa bututnya menuju ke indekos. Sampai di kamarnya hari sudah mau gelap, ia segera mandi setelah letih seharian. Usai mengguyur tubuhnya tentu saja, ia penasaran dan ingin mencoba fitur baru. “Peta harta karun, aktif!” Setelah ia berkata demikian, entah mengapa pandangannya berubah. Tembok kamar kos dan bangunan lain seakan hilang menjadi transparan. Rein dapat melihat beberapa cahaya menjulang ke langit dari kejauhan. “Cari artefak kuno itu. Item tersebut bisa kamu gunakan sendiri atau dibagi kepada teman untuk mendapatkan kekuatan magisnya.”“Bolehkah saya masuk ke dalam kebun?”“Saya penjaga kebun ini, Mas. Sampeyan mau ngapain memangnya masuk.”Walau tidak bisa dijelaskan dnegan akal sehat, tetapi Rein mencoba untuk memahamkan bapak-bapak yang ada di sampingnya pelan-pelan. Sungguh semua yang ia katakan, tidak bisa masuk ke dalam logika.Negosiasi lama dilakukan, akhirnya ia berinisiatif memberi uang sebagai pelicin. “Begini saja deh, Pak. Kamu kukasih uang rokok, nanti ke dalam kebunnya juga ditemani kamu. Misal takut aku berniat jahat.”Bapak-bapak itu terdiam sejenak, ia mengelus jenggotnya yang berwarna putih. Beliau kemudian setuju dan mengangguk. Wajah Rein berseri-seri bahagia, ia kemudian mengambil dompet dan memberikan uang sebesar dua puluh lima ribu.“Nanti saja, Mas. Mari saya antar masuk.”Tangan kekar itu mengambil kunci dalam saku celananya, ia kemudian membuka gembok yang membelenggu gerbang. Ketika sudah terbuka, si bapak masuk duluan yang diikuti oleh Rein jalan di belakangnya.Rein kemudian melihat po
“Bawa saja coba pegang.”Secepat kilat, Rein menikamkan gunting yang ada di meja ke perut temanya itu. Joko yang kaget, segera melompat ketakutan. “Woy, gila! Mau membunuhku ya?” Tangannya meraba-raba perut bekas tusukannya.Ternyata tidak ada luka sedikitpun di sana, hanya saja kaos yang ia kenakan robek. Ia juga baru sadar, masih menggenggam erat batu yang diberikan Rein. “Sudah sini sekarang giliranku mencoba, aku genggam batunya lalu kamu tusukkan benda tajam.”Joko menuju dapur yang ada di belakang gedung pusat kegiatan mahasiswa, ia mengambil sebilah pisau. Menurutnya benda itu sangat tajam, soalnya baru dibeli anak-anak minggu lalu. “Pakai ini coba ya, Rein.”Rein kali ini bahkan sampai buka baju, sekarang ia bertelanjang dada. Dirinya sangat yakin, jika item tersebut akan memberi ability kekebalan baginya. Seperti yang sistem aneh itu katakan. Joko mulai menikamkan pisau ke perut kawannya.Sungguh di luar nalar, benda tajam itu tidak dapat menembus kulit perut dari Rein. Ujun
“Tak kan kubiarkan, kau mengambil benda itu!” suara makhluk itu besar dan menggelegar. Namun Rein tidak bisa mundur, sudah sejauh ini ia berjalan kaki dari indekosnya. Ia harus berhasil mengambil item itu.Makhluk itu tinggi besar, bahkan ukuran tubuhnya jauh dari manusia. Badannya berwarna hitam dan matanya merah menyala. Entitas asing itu mulai mendekat, dengan cepat ia mengarahkan tinjunya tepat ke arah badan Rein.Pemuda itu berguling ke arah samping, ia berhasil menghindarinya. Rein yakin jika tangan sebesar itu mengenai tubuhnya, pasti dadanya akan hancur dan kepalanya akan terpisah dari tubuh mungilnya.“Akan kuhabisi kau, Manusia!” suara itu kembali menggelegar memekakkan telinga.Rein baru ingat, tutorial yang diberikan oleh sistem tadi, cara mengalahkan makhluk itu dengan cara memukulnya menggunakan batang pohon kelor. “Di sana, aku harus mengambilnya beberapa,” gumamnya setelah pandangan matanya menjelajah.Ia kembali melompat ke samping kanan, ketika pukulan dari makhluk i
“Ada dua jenis item yang bisa kamu kupulkan, yakni artefak kuno dan juga energi alam.”Rein mengikuti sumber cahaya yang menjulang sampai ke atas langit. Sampai di jalanan gang depan indekosnya, ia sedikit dibuat bingung, pasalnya ada beberapa titik cahaya di sana. Ia kemudian memutuskan, untuk pergi ke yang terdekat.Cahaya itu mengarah pada sebuah jurang yang ada di sebelah timur kampusnya. “Ke mana letak dari benda itu? Arah timur dari fakultas teknik? Bukankah di sana hanya ada jurang dan juga hutan kecil.” Ia berjalan sambil terus mendongak ke arah atas.Hanya berbekal sandal japit, kaos oblong, dan celana jeans pendek. Pandangannya fokus ke atas dan pastinya yang bikin aneh sambil berbicara sendiri. Pokoknya sudah seperti orang gangguan jiwa.“Woy hati-hati kalau jalan, mata dipakai dong,” teriak salah satu pengendara motor yang hampir menabraknya. Jujur saat ini Rein benar-benar tidak peduli akan keadaan sekitar. Ia hanya fokus, dengan tujuan benda tersebut.Langkah kakinya men
“Pukuli saja, pukuli!” ujar mereka semua, kemudian puluhan bogem mentah melayang ke kepalanya. Ada beberapa yang menjambak rambutnya. Sementara Rein sudah mengamankan barang bukti berupa bom molotov.“Si gondong itu lepas!”“Dia menghilang!” Teriak beberapa orang yang ada di sana, termasuk bapak-bapak yang memeganginya. Rein yang tepat berada di sampingnya, menoleh ke arah si gondrong. Ternyata benar-benar menghilang bak ditelan bumi.Rein bahkan sampai mencari-cari membelah lautan manusia, tetapi tidak juga menemukannya. Sungguh di luar nalar manusia. Ia kemudian naik ke atas podium yang dibawa oleh mobil bak terbuka untuk menyusul Joko.Ia berbisik ke telinga kawannya itu, agar berhati-hati. Banyak penyusup yang membuat onar di kondisi seperti ini. “Selamat kamu mendapatkan exp sebesar 400. Sekarang statusmu level 0 dengan perolehan 500 exp.”Sistem aneh itu menambahkan, jika Rein tadi hanya perlu mengungkap si provokator. Ia masih belum cukup kekuatan untuk menangkap dan melawan si
“Atau mungkin otakmu sudah geser gara-gara dipukuli para polisi itu.”Rein tidak melanjutkan perkataannya, ia hanya diam. Mungkin kawan-kawannya benar, itu hanya khayalannya saja. Diskusi berlanjut mereka memiliki rencana untuk unjuk rasa berikutnya, agar berdiskusi secara damai dengan Kepala Distrik maupun dewan distrik.“Ya sudah aku pamit pulang ke kosan dulu lah, pusing kepalaku,” ujar Rein. Ia melenggang pergi dari emperan gedung fakultas pulang menuju ke indekosnya. Ia membuka gagang pintu kamar sederhana itu, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.Ia hanya menatap langit-langit kamarnya, plafon bolong-bolong dan juga cat dinding usang sudah menjadi pemandangannya sehari-hari. Rein sengaja menyewa tempat murah ini, dengan keadaan ekonominya.“Sistem keadilan surgawi,” gumamnya pelan dengan nada tidak bersemangat. “Sudah kuduga ia hanya khayalanku saj dan tidak akan muncul.”“Selamat datang kembali di sistem keadilan surgawi tuan. Nama Rendi Joseph, level 0 dengan perolehan







