Share

Sistem Sakti Pendekar Menara Nirwana
Sistem Sakti Pendekar Menara Nirwana
Penulis: Lucky Number 12

Bab 01. Tukang Bakmi Yang Dicampakkan

“M-me-mei Li …?!”

Malam itu sepulangnya ia berdagangan bakmi, Zhu Lian pergi ke rumah Song Mei Li, kekasihnya. Akan tetapi, ia melihat. Beberapa mobil SUV mewah terparkir di sana. 

Sempat menyangka ada kendurian di rumah keluarga Song, ia terkejut. Tatkala, dirinya menyaksikan. Di dalam rumahnya, Mei Li terlihat berada dalam pangkuan lelaki lain. Mereka tampak begitu mesra.

“Zhu Lian, mengapa kau datang kemari?” tanya Mei Li tanpa berusaha turun dari pangkuan laki-laki yang yang mendekapnya. Sementara, tangan kanannya melingkar pada pundak pria tersebut.

“A-ak-aku—”

Membingungkan. Terang saja Zhu Lian datang ke situ untuk menjumpai Mei Li. Tetapi, pacarnya itu malah bertanya seperti itu pada dia. Orang yang bersama Mei Li itu menimpali.

“Oh, jadi kamu cowok yang bermimpi untuk menikahi Mei Li? Maaf, Bung. Mimpimu itu tidak akan pernah terwujudkan. Karena, Mei Li telah menjadi calon istriku sekarang!”

Zhu Lian hanya bisa mematung. Marah? Pasti. Namun sayangnya, Zhu Lian tidak bisa berbuat banyak. Ia memandangi 4 orang pria lain yang berdiri, seolah tengah mengawal lelaki yang tengah memangku Mei Li. Keempatnya memandangi dia dengan tajam.

Pada bagian dada kiri dari jas hitam yang mereka kenakan terdapat simbol gunung dengan gambar buaya. Itulah alasan Zhu Lian tidak mampu berbuat apa-apa. Sekalipun, ia naik pitam melihat tingkah Mei Li.

Logo tersebut menandakan bahwa mereka datang dari sekte petualang. Mereka adalah para ahli bela diri dan biasanya, memiliki qi yang kuat.

Mei Li tidak mengetahui. Kekasih -mungkin sekarang sudah menjadi ‘mantan pacarnya’- juga menguasai ilmu bela diri. Sayangnya, Zhu Lian sama sekali tidak memiliki qi. Bisa saja dia menantang orang-orang itu. Tapi, percuma. Dia pasti akan jadi bulan-bulanan mereka.

Pria yang sedang berpose mesra dengan Mei Li itu berkata lagi. “Perkenalkan. Aku adalah Hu Chen. Putra pemimpin Sekte Buaya Penjelajah. Seandaikan saat ini kau merasa dongkol. Karena, kekasihmu akan segera menikah denganku, silahkan kirim tantangan resmi ke Gedung Telaga Buaya.”

Lesu. Itulah yang dirasakan oleh Zhu Lian. Setahun sudah ia mengencani Mei Li. Hu Chen benar. Zhu Lian sudah pernah mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Mei Li tahun depan.

Waktu itu, Mei Li menyambut dengan riang niat Zhu Lian tersebut. Tapi sekarang, sepertinya rencana dia tidak akan pernah terwujudkan.  

“Maaf, Zhu Lian … sadarilah. Kamu itu hanya seorang tukang bakmi. Jika penghasilanmu puluhan juta sebulan, barulah aku akan mengizinkan kau untuk terus menjalin hubungan dengan anakku!”

“Pergi sana, tukang bakmi ….! Dan jangan kembali lagi kemari. Karena, putriku Mei Li sudah memiliki calon suami sekarang!”

Perkataan Tuan dan Nyonya Song itu mendahului hengkangnya Zhu Lian dari rumah mereka. Berjalan menjauh dari sana dengan terus tertunduk, Zhu Lian menitikkan air mata.

Sudah pasti, ia merasa sedih kehilangan Mei Ling. Tetapi saat itu, amarah dan kekecewaanlah yang membuat matanya berair. Ia tidak menyangka. Tanpa sepengetahuannya, Tuan Song telah menjodohkan putrinya dengan Hu Chen.

“Seandaikan saja …, aku juga memiliki qi yang kuat seperti para pendekar petualang itu, aku … akan menghajar mereka semua tadi. Persetan dengan Mei Li. Aku tetap akan meninggalkan dia …!” geram Zhu Lian berceloteh sendiri sembari sesenggukan.

*** 

Keesokan malamnya. Dengan tersenyum, Zhu Lian membersihkan gerobak bakminya. Bagaimana dia tidak girang. Akhir-akhir ini, daganganya tersebut selalu habis. Setelah, ia berdagangan di Gang Biru III selama 3 bulan lamanya.

“Hei, tukang bakmi!”

Tiba-tiba seseorang menghampiri gerobak dagang Zhu Lian. Pria dengan tubuh tinggi besar mendekat padanya, berkata dengan nada yang kasar.

“Aku dengar, sudah beberapa minggu ini warung bakmi milikmu ini ramai, ya?” tanya pria itu dengan seringai seperti memandang rendah.

Kawasan Gang Biru merupakan salah satu lorong tempat berniaga kenamaan yang berada di pusat kota Great North. Pada kiri kanan gang yang lega itu, terdapat banyak orang berjualan. Gang Biru terdiri dari 5 lorong.

Yang paling bergengsi adalah Gang Biru I. Di sana, café dan restoran-restoran kenamaan berdiri. Gang Biru II, tempatnya orang berjualan busana hingga mainan.

Zhu Lian beruntung. Ia bisa berdagang di Gang Biru III, yang merupakan pusat kuliner kaki lima. Akan tetapi, ada satu masalahnya. Di sana, pemerintah membiarkan para preman melakukan pungutan liar. 

Orang yang berkata pada Zhu Lian itu contoh nyatanya. Dia dikenal dengan sebutan Tiger. Konon, mereka juga akan menyetorkan sebagian dari pajak tidak resmi itu pada orang dinas terkait.

“Yaaa …, lumayan, Tiger. Tapi—”

“Kalau begitu mulai hari ini, setoran untukmu naik seratus ribu!”

“Oh, begitu. Baik. Aku akan menyetorkannya padamu … mulai bulan depan,” ucap Zhu Lian menurut.

“Enak saja bulan depan …, sekarang, Zhu Lian. Ayo, cepat!” Tiger berkata seraya menjulurkan tangan. Jari-jemarinya bergerak-gerak tanda dia menginginkan uang milik Zhu Lian.

Ingin rasanya Zhu Lian melawan. Akan tetapi, kesempatan berdagang di kawasan Gang Biru langka bagi pedagang kecil seperti dia. Menentang Tiger, sama saja dengan membuat dirinya tidak bisa lagi berdagangan di sana.

Terpaksa. Zhu Lian mengeluarkan dompet. Lantas, ia mengambil sehelai uang seratus ribu dan menyerahkannya pada Tiger.

“Hahaha …! Bagus! Kalau kamu ingin peruntunganmu berlipat-lipat, kau juga harus rajin memberi, Zhu Lian. Karena, seperti itulah hukumnya. Hahaha!”

Beranjak dari tempat ia berdagang, Zhu Lian memandang ke arah Menara Nirwana yang berdiri menjulang dekat kawasan Gang Biru.

“Bagaimana bisa bangunan ini sekonyong-konyong berdiri di antara kita?” ujar Zhu Lian dalam hati. “Seperti apa rasanya bisa bertualang di dalam sana …”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yeni_Lestari87
aku suka ceritanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status